Pada hari Sabtu (7/9), Jenny Jusuf hadir sebagai pembicara diskusi 'Ngobrolin produksi film Indonesia' dalam Indonesia Writers Festival 2019. Sebagai seorang penulis skenario ternama, Jenny berbagi pengalaman, tips dan trick-nya dalam dunia perfilman Indonesia. Inti dari kesuksesan Jenny adalah 'manfaatkan apa yang ada'.
Kira-kira apa ya maksudnya?
Saat ini terkenal dengan karya-karya populernya, siapa yang menyangka bahwa awal karier Jenny sebagai penulis skenario bermula dari cuitannya di twitter.
"Aku awalnya cuma ditawarin sama seorang temen di twitter, sih. Awalnya sesederhana suka nge-tweet. Sekitar tahun 2009/2010 itu twitter belum se-hectic sekarang. Jadi kita lebih cepat kenal satu sama lain," papar penulis skenario Critical Eleven ini.
Berawal dari cuitan twitter-nya itulah Jenny menulis skenario pertamanya untuk program inhouse salah satu stasiun televisi.
Mulanya, Jenny sempat ragu karena tidak memiliki pengalaman menulis skenario. Sebelum menulis skenario, Jenny lebih dulu menulis buku dan ia tahu gaya tulisan buku dan film itu berbeda. Namun, temannya meyakinkannya untuk mencoba dunia skenario film tersebut.
"Aku ditawarin, 'Kak kita lagi cari penulis nih, kalau gue baca tweet lo, kayaknya lo bisa' ya aku bilang kalau aku gak bisa nulis, dan mereka bilang gak apa sambil jalan sambil belajar," papar Jenny.
Sambil menyelam minum air, Jenny akhirnya menerima tawaran tersebut. Dari program inhouse, Jenny kemudian berkesempatan untuk menggarap ftv dan sinetron.
Jenny mengaku tidak pernah betul-betul menempuh pelajaran penulisan skenario secara profesional. Selama ini, dirinya hanya belajar dari internet atau orang-orang yang dia kenal.
"Ya aku manfaatkan apa yang sudah ada. Belajar dari internet, nanya sama orang macem-macem, gitu," terang perempuan kelahiran tahun 1984 ini.
Memanfaatkan apa yang ada. Prinsip itulah yang kemudian terus dipegangnya sampai sesukses sekarang.
Belajar dari pengalamannya, Jenny merasa anak muda zaman sekarang lebih beruntung karena memiliki banyak akses untuk mencari ilmu. Ketika ingin menjadi seorang film maker yang sukses, seseorang mampu belajar apa pun dari internet. Bahkan, kita juga bisa mengobrol dengan tokoh-tokoh idola kita lewat sosial media. Hal itulah yang ia harapkan dapat dimanfaatkan oleh anak muda.
"Saya pernah dapat pertanyaan, 'kak aku pengen bikin film pendek tapi aku gak punya drone'," papar Jenny. Ia heran dengan pemikiran tersebut. Menurutnya, tidak semua film bagus bermodal alat yang canggih dan luar biasa. Apalagi, apabila seseorang ingin membuat film pertamanya.
"Selama kamu punya handphone, laptop, internet, itu cukup. Saya rasa sekarang kita sudah sangat dipermudah," lanjut Jenny.
Dengan kemampuan Jenny memanfaatkan apa yang ada, kini ia sudah sukses menggarap berbagai 5 skenario film populer. Tahun 2015, Jenny menulis film pertamanya: Filosofi Kopi, dari novel populer Dewi Lestari. Dari film pertamanya itu, Jenny menyabet 3 penghargaan yaitu Piala Citra untuk penulis skenario adaptasi terbaik, Piala Maya untuk Skenario Adaptasi Terpilih, dan penghargaan Festival Film Bandung untuk Penulis Skenario Terpuji.
Kini Jenny juga tengah menggarap skenario film Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini (NKCTHI) yang diadaptasi dari buku populer karya Marchella FP.
Kamu sudah memanfaatkan apa yang ada atau belum nih?