5 Tugas Editor Buku, Tak Sekadar Cek Salah Tik

Pernah, gak, sih, kamu membaca buku yang enak dibaca, rapi, mengalir, dan gak bikin pusing? Selain karena kerja keras penulis, ini juga berkat tangan dingin seorang editor buku. Mereka inilah sosok di balik layar yang bikin tulisan mentah berubah jadi karya matang. Kalau gak ada editor, bisa jadi buku penuh salah tik (typo), alur berantakan, atau malah bikin pembaca bingung.
Sering dianggap "cuma" tukang koreksi tulisan, deskripsi tugas (jobdesk) editor buku jauh lebih kompleks dan menantang, mulai dari merapikan naskah, mengecek fakta, sampai jadi rekan diskusi penulis. Nah, biar kamu makin paham, yuk, kita kupas tuntas apa aja, sih, sebenarnya tugas seorang editor buku! Dengan begitu, kamu bisa makin paham tentang dunia kepenulisan.
1. Jadi “pembaca pertama” dan penjaga kualitas

Sebelum buku dipasarkan, editor jadi orang pertama yang membaca naskah secara utuh. Itu artinya, mereka juga bertanggung jawab atas kesan pertama terhadap isi buku. Kalau editor meloloskan naskah yang berantakan, nama penerbit juga bisa kena imbas.
Sebelum diterbitkan menjadi sebuah buku, editor sudah terlebih dahulu mengutak-atik naskah supaya lebih enak dibaca. Editor juga bertugas menyisir kata per kata supaya gak ada salah tik, tanda baca, atau kalimat. Gaya bahasa juga dipastikan konsisten dari awal sampai akhir agar buku kelihatan profesional dan enak dibaca.
2. Diskusi intens dengan penulis

Editor bukan tukang revisi yang kerja sendirian, melainkan rekan diskusi bagi penulis. Mereka harus bisa memberikan masukan, kritik, bahkan debat sehat demi kualitas buku yang lebih oke. Kadang editor perlu bertanya, “Kalimat ini maksudnya apa, ya?” atau, “Bagian ini bisa diperdalam, gak, biar pembaca lebih nyambung?” Jadi, kemampuan komunikasi itu wajib banget buat editor agar bisa menyampaikan umpan balik (feedback) dengan cara yang enak tanpa bikin penulis baper.
3. Melakukan pengecekan fakta dan data

Untuk buku nonfiksi, editor juga bertanggung jawab melakukan cek fakta. Jangan sampai buku beredar, tapi isinya menyesatkan, misalnya data statistik salah, nama tokoh keliru, atau sejarah dipelintir. Itu bisa jadi masalah besar, lho.
Itu sebabnya, editor harus punya kemampuan riset yang bagus. Mereka perlu rajin mencocokkan informasi dari berbagai sumber. Dengan begitu, buku yang diterbitkan tetap kredibel dan bisa dipercaya.
4. Bekerja sama dengan tim produksi buku

Editor gak hanya bekerja dengan penulis, tapi juga bersama-sama tim lain, seperti penata letak (layouter), pembaca pruf (proofreader), ilustrator, dan desainer sampul. Setelah naskah dianggap oke, editor masih harus koordinasi dengan tim lain agar hasil akhir bukunya rapi, dari isi sampai tampilan luar. Jadi, editor itu ibarat sutradara yang mengarahkan banyak pihak agar buku bisa terbit sesuai standar penerbitan.
5. Menjaga tenggat tetap sesuai rencana

Satu lagi tugas penting editor ialah mengatur waktu pengerjaan naskah agar gak melewati tenggat. Proses penyuntingan itu bisa lama, apalagi kalau naskahnya tebal atau masih banyak kurangnya. Editor harus bisa menentukan prioritas, kapan revisi selesai, dan kapan siap naik cetak. Tenggat ini kadang bikin stres, tapi juga jadi tantangan yang membuat kerjaan editor makin seru. Apalagi kalau hasil akhirnya bisa bikin pembaca puas, rasa capek langsung terbayar.
Tugas editor buku memang panjang dan detail. Namun, justru di situlah letak serunya. Editor bisa belajar banyak hal, dari berbagai topik buku, bertemu dengan banyak penulis dengan gaya unik, sekaligus punya peran besar dalam melahirkan karya yang bermanfaat. Jadi, kalau ada yang bilang editor itu cuma tukang coret-coret naskah, itu salah besar! Mereka adalah penjaga kualitas yang bikin buku layak dinikmati pembaca.



















