Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Fatal Saat Pilih KPR Pertama

ilustrasi mengambil KPR (freepik.com/tirachardz)
Intinya sih...
  • Gak memahami jenis KPR yang dipilih
  • Hanya fokus pada besaran cicilan bulanan
  • Gak punya dana darurat sebelum ambil KPR

Memutuskan untuk ambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pertama sering terasa seperti langkah besar yang penuh harapan. Sayangnya, banyak orang justru terjebak pada euforia punya rumah sendiri dan gak benar-benar paham dengan tanggung jawab finansial jangka panjang yang menyertainya. Pilihan yang salah saat memilih KPR bisa berdampak buruk selama puluhan tahun, apalagi kalau dilakukan tanpa riset yang matang. Alih-alih merasa nyaman, cicilan rumah bisa berubah jadi beban berat yang menguras mental dan tabungan.

Masih banyak yang mengira proses ambil KPR hanya soal persetujuan bank dan jumlah cicilan per bulan. Padahal, ada aspek tersembunyi yang sering terlewat dan ujung-ujungnya menyulitkan kehidupan keuangan. Kesalahan kecil bisa berujung fatal, terutama bagi yang belum terbiasa mengelola keuangan jangka panjang. Supaya gak terjebak di lubang yang sama, penting untuk tahu apa saja kesalahan paling umum saat memilih KPR pertama.

1. Gak memahami jenis KPR yang dipilih

ilustrasi memilih KPR (freepik.com/freepik)

Kesalahan paling mendasar adalah asal memilih jenis KPR tanpa memahami detailnya. Banyak yang cuma tertarik dengan penawaran bunga rendah tanpa mengecek apakah bunga tersebut tetap atau mengambang. Padahal, jenis suku bunga sangat menentukan jumlah cicilan di masa depan. Kalau ternyata suku bunga berubah-ubah, pengeluaran bulanan bisa melonjak dan mengganggu kestabilan finansial.

KPR konvensional dan KPR syariah juga punya skema pembayaran yang sangat berbeda. Beberapa orang memilih KPR syariah karena gak menggunakan bunga, tapi gak sadar kalau total pembayarannya justru bisa lebih besar. Tanpa pemahaman yang cukup, keputusan yang diambil bisa malah menambah risiko keuangan. Penting untuk membandingkan semua jenis KPR dan bertanya detail ke pihak bank sebelum tanda tangan kontrak.

2. Hanya fokus pada besaran cicilan bulanan

ilustrasi menghitung cicilan (freepik.com/wirestock)

Banyak calon debitur merasa aman begitu melihat cicilan bulanan yang tampaknya masih terjangkau. Tapi mereka lupa memperhitungkan biaya-biaya tambahan seperti asuransi, administrasi, dan notaris. Semua komponen ini bisa menambah beban keuangan secara signifikan tanpa disadari. Akhirnya, anggaran bulanan jadi jebol dan tabungan darurat ikut terpakai.

Fokus hanya pada angka cicilan juga bisa menipu saat suku bunga mulai naik. Cicilan yang awalnya terasa ringan bisa berubah drastis setelah masa fixed rate selesai. Tanpa proyeksi jangka panjang, kondisi keuangan rumah tangga bisa terguncang. Maka dari itu, jangan cuma terpesona oleh cicilan murah di awal, lihat keseluruhan biaya dan skenario terburuknya juga.

3. Gak punya dana darurat sebelum ambil KPR

ilustrasi kunci rumah dan dana darurat (unsplash.com/Jakub Żerdzicki)

seperti kehilangan pekerjaan atau sakit, cicilan tetap harus dibayar tanpa kompromi. Kalau gak ada dana cadangan, bisa-bisa rumah disita dan keuangan makin kacau. Sayangnya, banyak orang nekat ambil KPR dengan tabungan pas-pasan.

Dana darurat yang ideal minimal sebesar tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan. Ini penting supaya proses cicilan tetap aman meski kondisi sedang sulit. KPR adalah komitmen jangka panjang, dan stabilitas keuangan harus jadi pondasi utamanya. Jangan memulai langkah besar ini kalau belum punya pegangan finansial yang solid.

4. Mengabaikan skor kredit dan riwayat finansial

ilustrasi menghitung finansial (freepik.com/pressfoto)

Bank gak sembarangan menyetujui KPR, mereka sangat memperhatikan skor kredit calon debitur. Banyak orang baru sadar soal ini setelah pengajuan mereka ditolak tanpa alasan yang jelas. Ternyata, riwayat cicilan kartu kredit, pinjaman online, atau telat bayar tagihan bisa memperburuk skor kredit. Kalau reputasi finansial buruk, bunga yang ditawarkan pun bisa lebih tinggi.

Penting untuk mengecek skor kredit dan memperbaikinya jauh sebelum mengajukan KPR. Langkah kecil seperti melunasi utang tepat waktu bisa membantu meningkatkan skor secara perlahan. Riwayat keuangan yang bersih memperbesar peluang disetujui dengan bunga kompetitif. Jangan remehkan nilai kepercayaan dari sisi lembaga keuangan, karena itu akan menentukan seberapa ringan masa depan cicilan.

5. Gak membandingkan penawaran dari beberapa bank

ilustrasi mengambil KPR (freepik.com/tirachardz)

Langsung menerima tawaran KPR dari satu bank tanpa membandingkan bisa membuat rugi dalam jangka panjang. Setiap bank punya skema bunga, tenor, dan biaya yang berbeda-beda. Kalau gak teliti, bisa saja melewatkan penawaran yang lebih ringan dan fleksibel. Ini kesalahan klasik yang banyak dilakukan oleh pembeli rumah pertama karena buru-buru ingin segera akad.

Melakukan perbandingan minimal dari tiga bank bisa membuka perspektif yang lebih luas. Ada bank yang menawarkan bunga tetap lebih lama, ada pula yang memberikan keringanan biaya awal. Semua itu harus jadi bahan pertimbangan agar KPR benar-benar terasa ringan. Jangan anggap remeh proses survei ini, karena keputusan kecil hari ini akan berdampak besar untuk puluhan tahun ke depan.

Memilih KPR bukan sekadar soal mampu atau gak mampu membayar cicilan. Lebih dari itu, ini soal kesiapan menghadapi komitmen jangka panjang yang membutuhkan perencanaan matang. Kesalahan di awal bisa membuat perjalanan finansial jadi lebih berat dan penuh tekanan. Maka dari itu, pastikan semua langkah sudah dipertimbangkan dengan matang sebelum ambil keputusan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us