Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Kamu Harus Baca Tulisanmu Sendiri, Worth It Banget!

ilustrasi membaca (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi membaca (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ayo ngaku, kamu pasti pernah menulis dengan semangat membara, tapi esok harinya malah tidak berani untuk membacanya kembali. Entah karena malu, insecure, atau kamu merasa bahwa tulisanmu biasa saja.

Padahal, baca ulang karya sendiri itu penting lho. Bukan untuk mencari kekurangan, tapi untuk menyadari kalau kamu pernah gigih berjuang. Nah, makanya itu, yuk intip lima alasan kenapa baca tulisan sendiri itu worth it banget!

1. Menyadari kalau kamu pernah berjuang

ilustrasi membaca buku (unsplash.com/Tuấn Vỹ)
ilustrasi membaca buku (unsplash.com/Tuấn Vỹ)

Membaca kembali karya-karyamu ibarat membuka surat dari masa lalu. Di sana kamu bertemu dengan seseorang yang pernah gigih menulis, juga punya mimpi untuk jadi penulis profesional. Meski tulisan awalnya sangat berantakan dan amburadul.

Di saat itulah kamu dapat tertawa lepas. Sembari menyadari kalau memang untuk sampai ke titik ini, perjalananmu tidak instan. Kamu rela berkorban waktu, tenaga, dan juga pikiran.

2. Menyaksikan perubahan yang terjadi

ilustrasi sedang membaca (pexels.com/Ariel Castillo)
ilustrasi sedang membaca (pexels.com/Ariel Castillo)

Seiring berjalannya waktu, tulisanmu pasti mengalami perubahan. Kalimat-kalimat yang tadinya kaku seperti kanebo kering, perlahan mengalir deras bagaikan aliran sungai di musim hujan. Dulunya kamu sering kehabisan kata-kata, sekarang idemu seolah tidak ada habisnya.

Dengan menyelami kembali karyamu, kamu dapat menyaksikan kemajuan yang sudah kamu buat. Kemudian tersadar, kalau kamu sudah menghasilkan progres yang pantas untuk diapresiasi.

3. Menemukan inspirasi

ilustrasi sedang membaca (pexels.com/RDNE Stock project )
ilustrasi sedang membaca (pexels.com/RDNE Stock project )

Percayalah, tulisan-tulisan lamamu itu menyimpan harta karun. Bisa jadi, kalimat yang dulunya kamu anggap sepele, ternyata dapat dikembangkan menjadi narasi yang lebih kuat dan menggigit. Potongan ide yang sempat kamu abaikan, ternyata mampu menjelma jadi tulisan yang ciamik.

Begitulah uniknya dunia kepenulisan. Inspirasi segar kadang kala bersembunyi di balik folder lama yang tidak pernah dibuka.

4. Belajar tanpa adanya tekanan

ilustrasi membaca (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi membaca (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Menilai karya orang lain itu gampang. Tapi, kalau kamu mau menilai karyamu sendiri, itu artinya kamu punya keberanian. Kamu bisa lihat kekuranganmu sendiri, tanpa perlu menghakiminya, karena kamu tahu betul perjalanan dari setiap kata yang kamu goreskan.

Nah, kabar baiknya, dari situ kamu tumbuh dan berkembang. Dengan menyusun kembali standar baru untuk tulisan-tulisanmu yang berikutnya. Tanpa merasa gagal, kamu terus bergerak ke depan, karena sudah tahu bagian-bagian mana yang perlu perbaikan.

5. Membangun proses kreatif

ilustrasi sedang membaca (unsplash.com/ Tamarcus Brown)
ilustrasi sedang membaca (unsplash.com/ Tamarcus Brown)

Setiap tulisan menyimpan kisah dan memori. Entah itu perihal pemilihan diksi-diksi, upaya untuk merangkai kalimat yang pas, hingga usahamu untuk melahirkan sebuah karya yang memukau. Dengan membaca kembali, kamu jadi ingat kalau kamu memang sudah bekerja dengan sangat keras, untuk menggapai levelmu yang hari ini.

Dari situlah kepercayaan dirimu hadir lagi. Bukan mau merasa sebagai si paling hebat, tapi kamu sadar kalau konsistensi, kesabaran, dan niat yang penuh, adalah modal besar untuk terus melangkah.

Kesimpulannya, membaca tulisan sendiri itu bukan sekadar nostalgia. Tapi dari kegiatan semacam itu, kamu dapat menggali kembali nilai-nilai yang selama ini kamu genggam. Sehingga kamu jadi penulis yang tidak hanya berfokus pada hasil, tapi juga menikmati proses.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kirana Mulya
EditorKirana Mulya
Follow Us