Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Bantu Anak Memilih Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah

ilustrasi mendampingi anak (pexels.com/Mikhail Nilov)

Setiap tahun ajaran baru banyak persiapan yang dilakukan oleh murid dan orangtua. Selain memikirkan perlengkapan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler juga menyita perhatian. Siswa kelas berapa pun biasanya diarahkan untuk mengikuti setidaknya satu ekstrakurikuler. Meski ada pula sekolah yang membolehkan murid buat gak memilih satu pun alias hanya mengikuti jam pelajaran.

Kegiatan ekstrakurikuler sendiri cukup penting untuk diikuti karena menjadi pelengkap di samping berbagai mata pelajaran. Bahkan melalui ekskul, anak dapat menyalurkan hobi dan bakatnya. Jika anak berminat besar di salah satu kegiatan ekstrakurikuler, ia juga bisa mengukir prestasi yang membanggakan.

Pencapaian tersebut dapat memudahkan anak ketika kelak mendaftar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Anak pun belajar bersosialisasi dengan lebih baik lagi serta mengurangi tingkat stres akibat belajar di kelas. Supaya tepat dalam memilih, arahkan dengan tips bantu anak memilih kegiatan ekstrakurikuler di sekolah berikut ini.

1. Ikuti ekskul pilihan secukupnya saja karena masih ada ekskul wajib

ilustrasi mendampingi anak (pexels.com/Julia M Cameron)

Makin beragam dan menarik pilihan ekskul di sekolah, anak mungkin ingin mengikuti semuanya. Terlebih ia termasuk dalam anak yang aktif. Akan tetapi, tetaplah memberikan batasan kegiatan ekstrakurikuler yang boleh diikuti anak. Tiga ekskul sudah termasuk banyak mengingat jam pelajaran anak juga padat.

Tapi jika di sekolah ada ekskul yang wajib diikuti, berarti anak tinggal memilih dua ekstrakurikuler lagi. Misalnya, satu ekskul karya ilmiah dan satu lagi olahraga untuk menunjang pertumbuhannya. Namun apabila anak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang wajib saja sudah setengah hati, gak mengambil ekskul pilihan pun tak apa.

Barangkali ia telah capek oleh berbagai mata pelajaran atau jenis ekstrakurikuler di sekolahnya kurang menarik. Tanyakan pada anak apakah ada kegiatan lain yang lebih disukainya buat refreshing dari pelajaran. Kalau anak menjawab aktivitas tertentu seperti melukis yang gak ada di daftar ekskul, salurkan hobinya dengan mencari sanggar lukis di luar sekolah.

Atau, cukup kamu membelikan berbagai peralatannya dan anak leluasa melukis di rumah sepulang sekolah dan di akhir pekan. Terpenting ia enjoy dengan aktivitasnya. Jangan malah kamu memaksanya mengikuti ekskul di sekolah yang menurutnya membosankan dan gak ada tujuan yang ingin diraihnya.

2. Menyesuaikan dengan energi dan minat anak

ilustrasi panjat dinding (pexels.com/Ahshea1 Media)

Besarnya energi anak dapat terlihat dari gerakannya yang aktif seperti gak pernah capek. Anak berenergi besar juga sering kesulitan tidur siang, tetapi malamnya tetap dapat belajar dengan fokus sampai tiba waktu istirahat. Energi ini perlu disalurkan ke berbagai aktivitas yang positif. 

Kalau tidak, anak bakal bosan bahkan bisa tampak usil pada orang-orang di sekitarnya. Ekskul olahraga dan bela diri dapat dipilih supaya anak lega bisa bergerak dengan leluasa. Bila energinya lebih besar lagi, dua ekskul pilihan pun tak apa daripada anak bosan di rumah.

Jika pun anak hendak difokuskan di salah satu ekskul saja, dorong ia agar berlatih dengan serius dan berprestasi. Jangan anak mengikutinya biar capek saja dan selamanya menjadi amatir di suatu bidang. Minta guru ekstrakurikulernya buat lebih membimbing anak sehingga energi tersalurkan, prestasi pun tercetak.

3. Di luar sekolah, anak masih ada kegiatan lain atau tidak

ilustrasi les online (pexels.com/Julia M Cameron)

Jangan ada kegiatan yang terbengkalai hanya karena kurang tepat dalam memilih ekskul. Sebanyak-banyaknya energi anak tentu tetap ada batasnya. Jika anak masih ada les di luar sekolah, berarti kegiatan ekstrakurikulernya dikurangi. Biar sepulang sekolah, ia masih dapat beristirahat sejenak sebelum mulai les.

Sebab meski anak tampak bersemangat sekali di awal, kegiatan yang terlalu padat akan membuatnya kelelahan secara fisik dan mental. Tandanya bisa anak uring-uringan, mulai gak mau masuk ekskul atau les, hingga sering sakit. Diskusikan dengan anak tentang jadwal hariannya agar dia juga mengerti kenapa orangtua perlu membatasi pilihan ekstrakurikulernya.

Usahakan memilih ekskul yang menyeimbangkan aktivitas anak. Contohnya, anak mengikuti les mata pelajaran di rumah. Maka sebaiknya kegiatan ekstrakurikulernya tidak berkaitan dengan pelajaran yang menguras pikiran. Agar ia tak mudah jenuh dapat diikutkan ke ekskul seni atau olahraga.

4. Bila anak ragu bisa mencoba dulu untuk satu semester

ilustrasi melukis (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Terutama untuk anak yang baru masuk sekolah, dia belum punya gambaran tentang kegiatan ekstrakurikuler. Atau, anak hendak mencoba ekskul yang berbeda dari tahun sebelumnya. Tapi ia tak tahu pilihannya akan tepat atau tidak. Jangan-jangan aktivitasnya ternyata gak semenarik bayangannya.

Bantu anak buat mantap mencobanya saja daripada tidak pernah dan ia selamanya penasaran atau malah menyesal. Toh, kegiatan ekstrakurikuler tidak mengikat murid. Biasanya siswa bisa memutuskan berhenti kapan saja apabila benar-benar gak menyukainya.

Meski begitu, tetap tegaskan agar anak menjalaninya minimal hingga satu semester habis. Maksudnya supaya anak juga belajar untuk bertanggung jawab terhadap pilihannya. Apabila anak dibiarkan sering bolos ekskul di tengah semester, nilainya menjadi buruk. Karakter anak pun cenderung menjadi negatif seperti tidak tekun dan gigih.

5. Jangan memilih ekskul cuma ikut-ikutan teman

ilustrasi sekelompok anak (pexels.com/Kampus Production)

Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dipenuhi kawan sekelas memang menyenangkan. Anak gak perlu lagi mencari teman baru dan beradaptasi. Rasanya lebih seperti memperpanjang jam istirahat di sekolah. Anak lebih rileks dan mungkin ini mendorongnya untuk terus masuk ekskul. 

Hanya saja, apakah anak benar-benar berminat pada kegiatannya? Jangan-jangan dia cuma suka mengobrol dengan teman-teman dekatnya dan gak peduli dengan ekstrakurikuler itu sendiri. Sikap kurang fokus begini mesti diarahkan. Jelaskan pada anak bahwa ekskul bukan sekadar main-main.

Ia kudu memilih kegiatan yang betul-betul disukainya. Bahkan bila di sana gak ada teman sekelasnya, anak tidak perlu mundur. Justru melalui kegiatan ekstrakurikuler, anak belajar memperluas pergaulannya. Kalau anak bisa berkawan dengan siapa saja, kelak dia tidak kesulitan ketika naik kelas dan murid-muridnya kembali diacak.

Mulailah melakukan tips bantu anak memilih kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan sadari bahwa kegiatan ini harus diikuti dengan serius. Namun, seriusnya bukan ke arah tegang melainkan bersungguh-sungguh dalam berlatih atau mempelajari bidangnya. Orangtua juga gak boleh terobsesi agar anak mengikuti ekstrakurikuler tertentu yang tidak disukainya. Berikan anak kebebasan, tetapi tetap disertai dengan pengarahan. Berikan anak kebebasan, tetapi tetap disertai dengan pengarahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us