6 Peribahasa yang Memuat Kata 'Bunga', Indah dan Penuh Makna

Peribahasa dalam bahasa Indonesia banyak menggunakan kata benda yang umum sebagai analogi. Salah satunya adalah "bunga".
Kata bunga cukup banyak digunakan dalam peribahasa, namun tak banyak diketahui atau digunakan. Berikut peribahasan dengan kata bunga beserta maknanya, yang menarik untuk diketahui. Simak, yuk!
1. Bunga dipetik, perdu ditendang

Arti peribahasa tersebut ialah "hanya mau mengambil keuntungan saja". Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang hanya mau mengambil keuntungan saja dan tidak mempedulikan hal-hal yang merugikannya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan contoh tindakan yang cocok dengan peribahasa ini, yaitu istri dikasihi, mertua dibenci. Istri bagaikan bunga indah yang akan dipetik dan disayangi, sedangkan mertua bagaikan perdu yang tidak menarik dan tidak menguntungkan sehingga bisa diperlakukan dengan seenaknya.
2. Bunga yang layu balik kembang

Peribahasa ini memiliki dua makna. Yang pertama, yaitu "orang yang sudah tua, tetapi suka bersolek seperti orang muda". Mempercantik diri dengan berdandan bukan hanya dilakukan oleh orang muda saja. Orang yang sudah berusia lanjut pun bisa berdandan hingga menawan seperti bunga segar yang baru mekar.
Makna yang kedua, yaitu ‘mula-mula dicela akhirnya dipuji’. Bunga yang layu merupakan hal buruk yang bisa mengundang celaan. Akan tetapi, jika bunga itu kembali mekar, bunga tersebut akan dipuji kembali. Seperti hal buruk yang akan dicela, tetapi akan dipuji ketika berubah menjadi baik kembali.
3. Bunganya dipersunting, pangkalnya diberaki

Peribahasa ini memiliki arti yang mirip dengan peribahasa pertama, yaitu ‘hanya mengambil keuntungan saja’. Bunga yang indah disayang-sayang, sedangkan pangkal yang menghasilkan bunga diperlakukan semena-mena karena dianggap tidak berguna.
Jika ada seseorang yang mau mengambil keuntungan dari orang lain, tapi memperlakukan orang tersebut seenaknya, orang tersebut cocok dengan peribahasa ini. Misalnya seseorang yang senang meminjam barang kepada rekannya, tetapi ia selalu bersikap seenaknya dengan rekan yang menjadi pemilik barang itu.
4. Jauh bau bunga, dekat bau tahi

Hubungan dengan sanak saudara terkadang memiliki dinamika yang unik. Ketika bersama sering bertengkar, ada saja yang diributkan. Akan tetapi, ketika berjauhan saling mencari dan merindukan.
Ada peribahasa yang cocok untuk menggambarkan perilaku itu, yaitu jauh bau bunga, dekat bau tahi. Peribahasa ini berarti ‘sanak saudara yang apabila jauh selalu terkenang, apabila dekat selalu bertengkar’.
5. Membuang bunga ke jirat

Sebagai manusia, kita harus saling menolong dan melakukan hal baik. Akan tetapi, tidak semua orang yang kita perlakukan dengan baik dapat membalas perlakuan kita dengan benar. Ada orang yang hanya tahu menerima saja, tanpa tahu caranya membalas budi.
Perilaku tersebut sejalan dengan peribahasa membuang bunga ke jirat yang memiliki arti ‘berbuat baik kepada orang yang tidak tahu membalas budi’. Ketika kita menaburkan bunga di jirat/batu kubur, tentu kita tidak akan mendapatkan balasan apapun dari orang di bawahnya bukan?
6. Seperti kera dapat bunga

Pernahkan kamu bertemu dengan orang yang tidak bisa menghargai keindahan dan nilai dari suatu tindakan atau benda? Nyatanya memang orang yang memandang sebelah mata hal-hal di sekitarnya. Ada peribahasa yang cocok untuk menggambarkan perilaku tersebut, yaitu seperti kera dapat bunga.
Peribahasa tersebut berarti ‘tiada menghargai keindahan (jasa, nilai, dan sebagainya)’. Kera merupakan hewan yang tergolong cerdas, tetapi tidak cukup cerdas untuk menghargai keindahan sekuntum bunga. Serupa dengan orang yang tidak cukup sensitif untuk bisa menghargai hal-hal di sekitarnya.
Itu dia enam peribahasa dengan kata bunga. Menarik sekali bahwa saat tercantum dalam peribahasa, arti bunga bukan hanya sekadar bagian tumbuhan saja, tetapi bunga menjadi kata dengan berbagai makna mendalam.