6 Rekomendasi Buku Bahasa Inggris untuk Pencinta Gunung

A Whole Life adalah novel karya penulis Austria, Robert Seethaler. Tak hanya mengajakmu kembali ke masa lalu, novel ini akan membawamu menjejaki pedesaan di kaki Pegunungan Alpen. Di sana, pembaca akan bertemu dengan Andreas Egger, pria tua yang tinggal sendirian di kabin kecilnya.

Sebagai seseorang yang lahir, besar, dan menghabiskan masa tuanya di kaki pegunungan itu, Andreas tahu betul seluk beluk gunung yang menaunginya sepanjang hidup. Namun, di satu sisi, alam tetap tak tertebak dan menyimpan ancaman. Seethaler berhasil meramu kisah hidup Andreas yang berdampingan dengan kemegahan lanskap gunung lewat rangkaian kata puitis nan indah. 

In Patagonia adalah catatan perjalanan Bruce Chatwin saat mengunjungi sebuah tempat yang jauh dari peradaban manusia. Deskripsi bentang alam yang ia lewati, berpadu dengan depiksi orang-orang yang ia temui sepanjang jalan.

Ia bisa jadi inspirasi untuk kamu yang hendak mencoba menuliskan catatan perjalanan. Detail-detailnya menarik dengan kalimat yang mengalir indah bak mata air. 

Novel ini akan membawamu kembali ke Alpen, tepatnya di salah satu kakinya di Italia Utara. Paolo Cognetti yang sebenarnya seorang mountaineer mencoba meramu kisah dari dua sahabat bernama Bruno dan Pietro. Keduanya lahir dan besar dengan latar belakang yang berbeda, tetapi dipertemukan saat orangtua Pietro memilih menghabiskan liburan tahunan di desa tempat Bruno tinggal. 

Pietro yang sebenarnya tak begitu mencintai kegiatan luar ruangan diajak mengenal gunung oleh ayahnya yang mountaineer. Pietro sempat berhenti mendaki saat dewasa. Sampai akhirnya sang ayah meninggal dan mewariskannya sebuah tanah di kaki gunung tempat mereka biasa menghabiskan liburan dulu. Dari situlah, Pietro seperti diberi kesempatan kedua untuk mengenal dan menghargai gunung, sekaligus memperbaiki hubungan pertemanannya dengan Bruno yang renggang.  

Cognetti kembali dengan kisah lain, masih di kaki gunung. Kali ini tentang dua sejoli Fausto dan Silvia yang dipertemukan saat mereka bekerja di sebuah restoran di kaki gunung Alpen. Fausto adalah koki yang sesekali menulis saat punya waktu luang. Sementara, Silvia adalah perempuan kota yang bekerja jadi pelayan restoran karena jenuh dengan kehidupan lamanya.

Perjalanan mereka menemukan satu sama lain menarik, ditambah beberapa karakter di sekitar keduanya yang menambah dinamika. Tak lupa, Cognetti tetap menyertakan lanskap gunung yang megah, penuh misteri, dan kesunyian. Sebuah novel kontemplatif yang menghangatkan hati. Tak kalah dari novelnya terdahulu. 

Dikenal sebagai mountaineer, tulisan-tulisan Paolo Cognetti pun tak jauh dari kemegahan gunung. Buku ini bisa dibilang surat cintanya pada gunung. Ia menjelaskan dan mendeskripsikan keistimewaan dan keindahan gunung-gunung yang pernah ia daki, sambil melakukan refleksi. 

Untuk menulis buku ini, Cognetti kembali ke Nepal. Tidak untuk mencapai puncak, tetapi mencari cerita dan berkontemplasi lewat kehidupan yang ia temui di sekitaran kaki gunung. Tempo berceritanya pas, tak terlalu cepat atau lambat. Kepiawaiannya memilih diksi patut diacungi jempol. 

Dipublikasi pada 1890-an, buku ini bisa dibilang pelopor catatan perjalanan yang dibukukan. John Muir pada kesempatan itu berupaya menceritakan pengalaman dan kesannya setelah menjelajah berbagai gunung dan bentang alam di California. Mulai Taman Nasional Yosemite, Kings Canyon, Gunung Whitney, Gunung Shasta, Gunung St. Helens, hingga rumah pohon Sequoia. 

Semakin sering kamu menjelajah alam, semakin besar pula penghargaanmu padanya. Harus diakui tak semua orang punya privilese buat mendaki gunung, tetapi keagungan gunung tetap bisa dirasakan lewat tulisan.