Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Breakdown Biaya Pendidikan yang Tersembunyi di Era Digital

ilustrasi breakdown biaya pendidikan yang tersembunyi di era digital (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi breakdown biaya pendidikan yang tersembunyi di era digital (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Kuota internet yang cepat habis
  • Biaya perangkat belajar dan perawatannya
  • Langganan platform edukasi premium
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saat kamu berpindah ke pembelajaran digital, mungkin kamu pikir biaya yang keluar hanya soal beli kuota dan bayar SPP. Sayangnya, kenyataan jauh lebih kompleks. Di balik semua kemudahan belajar dari rumah, ada banyak pengeluaran tersembunyi yang bisa bikin kantong jebol jika tidak direncanakan.

Artikel ini membahas secara detail breakdown biaya pendidikan yang tersembunyi di era digital, mulai dari perangkat, kuota, langganan platform edukasi, hingga hal yang jarang dibahas seperti kesehatan mental. Dengan memahami ini, kamu bisa menyusun anggaran pendidikan lebih bijak dan realistis.


1. Kuota internet yang cepat habis

ilustrasi zoom online (pexels.com/Katerina Holmes)
ilustrasi zoom online (pexels.com/Katerina Holmes)

Kamu pasti sudah sadar kalau video call, webinar, dan e-learning menghabiskan kuota jauh lebih banyak dibanding sekadar browsing atau chatting. Untuk mengikuti satu kelas Zoom berdurasi satu jam saja, bisa menghabiskan 1 GB lebih jika kualitas videonya tinggi. Lonjakan kebutuhan data menjadi beban utama siswa di rumah yang gak bisa dianggap remeh, lho.

Apalagi kalau kamu tinggal di daerah dengan jaringan terbatas, biaya untuk koneksi stabil mungkin lebih tinggi lagi. Jadi, jangan remehkan biaya internet karena itu sudah jadi pengeluaran bulanan wajib di era digital.


2. Biaya perangkat belajar dan perawatannya

ilustrasi belajar online (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi belajar online (pexels.com/Julia M Cameron)

Belajar online butuh perangkat yang layak. Minimal kamu harus punya laptop, kamera, mikrofon, dan koneksi yang stabil. Namun, kamu tahu gak, biaya ini bukan cuma soal beli laptop baru? Biaya pemeliharaan, upgrade software, bahkan beli lisensi tambahan seperti antivirus bisa menguras anggaran secara perlahan. Kalau laptop kamu rusak di tengah semester, itu artinya biaya ekstra lagi. Belum termasuk aksesori seperti mouse, headset, atau meja ergonomis.

3. Langganan platform edukasi premium

ilustrasi belajar di platform online (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi belajar di platform online (pexels.com/Julia M Cameron)

Banyak platform belajar online seperti Coursera, Skillshare, atau Khan Academy menawarkan kursus gratis, tapi fitur lengkapnya ada di berbayar. Biasanya, fitur-fitur seperti ujian, kuis lanjutan, materi eksklusif, hingga sertifikasi resmi biasanya membutuhkan langganan berbayar. Jadi, meskipun kamu merasa sudah ikut “kelas gratis”, sering kali kamu tetap harus bayar jika ingin mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal dan formal. Ini biaya yang gak selalu terlihat di awal.


4. Les privat online yang kian mahal

ilustrasi belajar online (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi belajar online (pexels.com/Julia M Cameron)

Banyak siswa merasa gak cukup hanya belajar dari materi sekolah. Untuk mengejar nilai atau memahami materi lebih dalam, mereka ikut les privat online. Les ini memang bisa sangat membantu, tapi juga sangat mahal jika kamu gak mengaturnya dengan baik. Shadow education seperti ini memang sering jadi solusi, tapi juga bisa menjadi beban finansial diam-diam.


5. Biaya sertifikat dan ujian tambahan

ilustrasi sertifikat pendidikan (pexels.com/Gül Işık)
ilustrasi sertifikat pendidikan (pexels.com/Gül Işık)

Kamu mungkin ingin menambah portofolio dengan ikut kursus bersertifikat dari universitas dunia. Namun, sertifikat dari edX atau Coursera bisa dihargai mulai USD49 hingga ratusan dolar. Menurut laman resmi edX, harga kursus bersertifikat bisa mencapai USD300 per program jika termasuk ujian akhir dan sertifikat resmi. Kalau kamu ikut kursus, biaya ini jadi sangat terasa. Ini adalah biaya yang sering mengejutkan kalau gak kamu hitung dari awal.


6. Operasional dan pengembangan konten

ilustrasi membuat website (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi membuat website (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Kalau kamu adalah pengajar atau mengelola kursus online, biaya operasionalnya gak kecil. Pengembangan satu modul e-learning bisa menghabiskan ribuan dolar, belum termasuk biaya hosting, plugin, dan customer support. Meski terdengar “di balik layar”, biaya ini tetap memengaruhi harga yang kamu (sebagai pelajar) harus bayar, lho. Jadi baik sebagai siswa maupun penyedia konten, biaya ini tetap menjadi bagian dari biaya pendidikan yang tersembunyi di era digital.


7. Biaya kesehatan mental dan kebutuhan non-akademis

ilustrasi konsultasi kesehatan online (pexels.com/ Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi konsultasi kesehatan online (pexels.com/ Photo By: Kaboompics.com)

Belajar dari rumah bukan tanpa tantangan psikologis. Banyak siswa mengalami kejenuhan, burnout, hingga stres karena kurang interaksi sosial. Menurut Education Week, siswa yang belajar daring lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi dibanding siswa tatap muka.

Untuk mengatasinya, kamu mungkin butuh layanan konseling daring, self-care app, atau perlengkapan belajar yang mendukung kenyamanan seperti kursi ergonomis atau pencahayaan sehat. Semua ini menambah biaya pendidikan, meskipun gak langsung berhubungan dengan pelajaran.

Nah, sekarang kamu tahu bahwa breakdown biaya pendidikan yang tersembunyi di era digital itu jauh lebih luas dari yang kelihatan. Dengan perencanaan yang baik, kamu bisa menghadapi tantangan ini tanpa stres berlebihan. Pahami setiap komponen pengeluaran, prioritaskan sesuai kebutuhan, dan jangan lupa sisihkan dana darurat, ya. Di era digital, menjadi cerdas finansial adalah bagian dari proses belajar juga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us