Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Bijak Memilih Antara Fokus Kuliah atau Ikut Kegiatan Kampus

ilustrasi memahami diri sendiri (unsplash.com/sean Kong)

Memasuki dunia perkuliahan seringkali diwarnai dilema yang cukup pelik, harus totalitas di akademik atau aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Keduanya punya keunggulan masing-masing, dan gak jarang mahasiswa merasa bingung menentukan arah yang paling pas untuk dijalani.

Di satu sisi, kuliah menuntut tanggung jawab besar, terutama kalau sudah menyangkut nilai, skripsi, atau target lulus tepat waktu. Di sisi lain, kegiatan organisasi, kepanitiaan, dan komunitas kampus juga membawa banyak manfaat untuk pengembangan diri, relasi, bahkan karier ke depan.

Masalahnya, waktu dan energi yang terbatas seringkali membuat seseorang gak bisa maksimal di dua sisi sekaligus. Akhirnya, banyak yang malah merasa burnout karena terlalu memaksakan diri ikut semua aktivitas. Tapi, keputusan untuk lebih fokus kuliah atau aktif di luar kelas sebenarnya bisa lebih mudah kalau tahu cara menyikapinya dengan bijak. Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dijadikan panduan biar gak salah ambil keputusan dalam menjalani masa kuliah.

1. Kenali prioritas diri sendiri secara jujur

ilustrasi memahami diri sendiri (unsplash.com/Anastasiia Nelen)

Langkah awal yang paling penting adalah menyadari apa yang sebenarnya paling dibutuhkan dalam fase hidup saat ini. Setiap mahasiswa punya tujuan berbeda, ada yang mengejar IPK tinggi demi beasiswa, ada juga yang lebih tertarik membangun jejaring lewat organisasi. Dengan mengenali prioritas secara jujur, keputusan antara fokus kuliah atau aktif kegiatan kampus bisa lebih terarah dan gak mengambang.

Jangan sampai sekadar ikut-ikutan tanpa tahu alasan yang kuat. Kalau target utama adalah lulus cepat, mungkin fokus ke akademik jadi lebih relevan. Tapi kalau ingin mengasah soft skill dan belajar kerja tim, kegiatan kampus bisa jadi medan latihan yang luar biasa. Tahu dulu apa yang benar-benar dibutuhkan, bukan apa yang terlihat keren di mata orang lain.

2. Pahami kapasitas dan batas diri

ilustrasi memahami diri sendiri (unsplash.com/sean Kong)

Terkadang orang lupa kalau tubuh dan pikiran punya batas. Gak semua orang mampu menghadapi jadwal padat tanpa merasa kelelahan atau kehilangan motivasi. Menyadari kapasitas diri sangat penting biar gak sampai stres berlebihan hanya karena merasa harus selalu tampil produktif.

Kalau merasa berat membagi waktu antara tugas kuliah dan rapat organisasi, berarti perlu evaluasi ulang. Bisa jadi porsinya harus dikurangi atau malah dihentikan sementara sampai stabil kembali. Gak ada yang salah dengan memilih berhenti sejenak demi menjaga kesehatan mental dan fisik. Setiap orang punya ritme sendiri, dan itu harus dihormati.

3. Konsultasi ke dosen atau mentor yang dipercaya

ilustrasi konsultasi ke dosen (unsplash.com/Van Tay Media)

Seringkali kita terlalu sibuk mencari solusi sendiri sampai lupa bahwa ada orang-orang yang lebih berpengalaman. Dosen wali atau mentor di kampus biasanya punya pandangan yang lebih luas dan objektif soal dunia perkuliahan maupun organisasi. Konsultasi bisa membuka perspektif baru yang mungkin selama ini gak terpikirkan.

Dengan berdiskusi, kita bisa tahu cara mengatur waktu lebih efisien atau strategi menjalani keduanya tanpa harus mengorbankan salah satu. Bahkan kadang-kadang, mereka bisa kasih saran soal kegiatan kampus yang cocok dengan jurusan kuliah atau minat pribadi. Intinya, jangan sungkan bertanya karena ilmu gak selalu didapat dari buku saja, tapi juga dari pengalaman orang lain.

4. Evaluasi secara berkala apa yang sedang dijalani

ilustrasi kehilangan fokus (freepik.com/jcomp)

Memilih antara dua jalan bukan berarti harus bersikap kaku dan tetap di jalur yang sama selamanya. Evaluasi secara rutin sangat penting untuk melihat apakah keputusan yang diambil masih relevan atau perlu diubah. Dunia kampus itu dinamis, dan prioritas bisa berubah seiring waktu.

Misalnya di awal semester merasa sanggup aktif di dua bidang, tapi setelah beberapa bulan malah kewalahan dan kehilangan fokus. Itu tanda kalau perlu penyesuaian. Evaluasi ini juga bisa membantu melihat progres diri dan menumbuhkan kesadaran tentang apa yang sudah berjalan baik atau justru mengganggu keseimbangan hidup. Dengan evaluasi, keputusan gak hanya didasarkan emosi sesaat, tapi pertimbangan jangka panjang.

5. Jangan terlalu keras pada diri sendiri

ilustrasi tertekan (freepik.com/freepik)

Terakhir, penting untuk bersikap lebih manusiawi terhadap diri sendiri. Gak semua orang bisa sempurna menjalani semua peran dalam dunia kampus. Kadang memilih satu hal dan mengorbankan yang lain bukan berarti gagal, tapi justru bentuk dari keputusan yang bijak.

Menuntut terlalu banyak dari diri sendiri hanya akan menambah tekanan yang gak perlu. Lebih baik realistis dan menerima bahwa gak semua hal bisa dijalani bersamaan. Justru dengan menjaga keseimbangan, kita bisa berkembang lebih sehat, baik secara akademik maupun secara personal.

Menentukan prioritas dalam dunia kampus memang gak selalu mudah, tapi bukan berarti mustahil. Dengan mengenali diri, memahami batasan, dan terus mengevaluasi langkah, setiap mahasiswa bisa menemukan jalur yang paling sesuai. Apa pun pilihan yang diambil, harus bisa membawa rasa tenang dan tidak memaksakan diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us