Kenapa Penguin Masih Merajai Penerbitan Buku Klasik?
.jpg)
- Format yang rapi dan nyaman di mataTata letak yang rapi dan nyaman adalah salah satu keunggulan buku klasik terbitan Penguin, termasuk sampulnya. Bahan yang mereka pilih juga dipuji banyak konsumen.
- Kurasinya relatif lengkapPenguin memiliki kurasi buku klasik yang relatif lengkap, bahkan mungkin terlengkap dibanding rival-rivalnya. Mereka mengelompokkan koleksi buku klasik dalam beberapa edisi tertentu.
- Kualitas terjemahan yang tak perlu diragukanPenguin disukai pembaca karena kualitas terjemahannya yang jempolan, terutama untuk sastra klasik dari negara nonbahasa Inggris.
Sudah jadi domain publik, buku klasik memang boleh diperbanyak siapa saja. Namun, ini tak serta merta menghilangkan kontribusi penerbit. Masih ada banyak proses di luar kepemilikan lisensi naskah asli yang harus dilakukan.
Termasuk di antaranya penerjemahan (bila buku ditulis dalam bahasa asing), revisi dan penyesuaian ejaan/diksi (bila diperlukan), formatting (pengaturan tata letak dan font), pembuatan sampul, pemasaran, dan lain sebagainya. Sadar atau tidak, proses itu akan mempengaruhi keputusan konsumen saat memilih buku klasik yang terbit di pasaran.
Nah, salah satu penerbit yang sering jadi jujukan orang saat hendak mengadopsi buku klasik adalah Penguin. Bukan cuma menang nama, sebenarnya alasan kenapa penerbit tua ini masih mendominasi penerbitan buku klasik bisa dirangkum dalam beberapa poin. Coba amati dan petik ilmunya, yuk!
1. Format yang rapi dan nyaman di mata

Tata letak yang rapi dan nyaman adalah salah satu keunggulan buku klasik terbitan Penguin. Ini berlaku untuk sampul dan isi sekaligus. Terdengar sepele, nyatanya ini berpengaruh terhadap pengalaman membaca seseorang dan tentunya keputusan membeli.
Tak sedikit buku klasik yang formatting-nya justru bikin pusing. Entah karena typeface yang kurang pas atau memang cara mengatur spasi dan babnya tak seksama. Penguin dikenal dengan formatnya yang minimalis, tetapi tetap estetik dan enak dipandang, terutama sampulnya.
Bahan yang mereka pilih juga dipuji banyak konsumen. Penguin dikenal sebagai pelopor format paperback dalam industri penerbitan. Bedanya, buku paperback cetakan Penguin terutama untuk edisi Penguin Classics didesain dengan bahan yang floppy alias terkulai. Itu ternyata bikin buku jadi lebih ringan dan nyaman digenggam. Buat sebagian pembaca, format macam ini adalah inovasi brilian yang sayangnya belum banyak ditiru penerbit lain.
2. Kurasinya relatif lengkap

Keunggulan lain dari Penguin adalah kurasi buku klasik mereka yang relatif lengkap, bahkan mungkin terlengkap dibanding rival-rivalnya. Mereka bahkan mengelompokkan koleksi buku klasik itu dalam beberapa edisi tertentu. Penguin Classics untuk buku-buku klasik yang terbit perdana sebelum abad ke-20 dan awal abad ke-20. Modern Classics untuk novel lawas yang terbit setelah Perang Dunia II (pertengahan abad 20).
Adapun Little Black Classics, yakni edisi khusus novela (novel pendek) dari penulis-penulis ternama. Serta yang terbaru Penguin Archive yang mewadahi buku-buku pendek karya penulis independen atau karya lawas yang masih jarang diketahui khalayak. Tak hanya membuktikan kekayaan koleksi, pengelompokan berdasar edisi ini juga bisa memikat pembaca baru alias strategi pemasaran jitu untuk meningkatkan penjualan. Apalagi sampulnya didesain ala collectible (layak dikoleksi).
3. Kualitas terjemahan yang tak perlu diragukan

Pernah menemukan buku klasik terjemahan yang bahasanya terasa kaku dan aneh? Nyatanya menerjemahkan sebuah karya tulis memang bukan tugas sederhana. Apalagi untuk kasus buku klasik yang ejaan serta penggunaan diksinya berbeda dengan bahasa kontemporer. Jelas butuh usaha ekstra dan jam terbang tinggi untuk bisa menghasilkan terjemahan yang mulus dan mudah dipahami pembaca.
Di sektor ini, Penguin pun tak kecolongan. Mereka disukai pembaca karena kualitas terjemahannya yang jempolan. Tak heran kalau orang pun memprioritaskan penerbit ini ketika hendak membaca sastra klasik dari negara nonbahasa Inggris.
4. Harga jadi kelemahannya
.jpg)
Dengan berbagai keunggulannya, Penguin berhasil mempertahankan dominasinya dalam persaingan penerbitan buku klasik. Namun, memang tak ada yang sempurna di dunia ini. Untuk mengakomodasi kelebihan-kelebihan tadi, Penguin pun mau tak mau membanderol harga yang relatif lebih mahal dibanding penerbit lain.
Tak heran, dalam persaingan pasar buku klasik murah, Penguin melipir dulu. Ini pula yang akhirnya menciptakan moto kalau tiap produk punya pasarnya sendiri. Tinggal tentukan di mana kamu berpijak, kenyamanan atau keterjangkauan harga. Pada akhirnya ini soal preferensi dan kemampuan membeli tiap orang.
Beberapa tahun ini, industri penerbitan buku memang sedang menggeliat hebat. Kejenuhan dan kebutuhan untuk membersihkan jiwa dari konten-konten digital nirfaedah adalah salah satu faktor pemicunya. Penerbit-penerbit independen pun bermunculan, tetapi menarik melihat Penguin bisa mempertahankan dominasi dan relevansinya. Kuncinya ternyata bisa dirangkum dalam beberapa poin di atas, termasuk harga yang harus dibayar. Ilmu bisnis apalagi, nih yang kiranya menarik diulik lebih jauh dari industri penerbitan buku?