6 Penyebab Mahasiswa Berhenti Mengerjakan Skripsi

- Proses bimbingan skripsi sulit, tema penelitian terlalu rumit
- Menikah atau hamil di luar nikah mengurangi semangat menyelesaikan skripsi
- Pikir semua teori sudah dipelajari, padahal penguasaan materi belum cukup
Skripsi menjadi tahap terakhir untuk mahasiswa menyelesaikan studinya. Wisuda sudah di depan mata. Kalau lancar, dalam satu semester pun skripsi dapat terselesaikan.
Atau, selambat-lambatnya dua semester. Namun, bukan rahasia lagi bahwa cukup banyak mahasiswa yang malah meninggalkan kuliahnya ketika tinggal menyelesaikan skripsi. Bahkan mungkin sudah melakukan seminar proposal penelitian.
Artinya, skripsi sudah setengah jalan. Meski berbeda-beda, enam penyebab mahasiswa berhenti mengerjakan skripsi berikut ini paling sering melatarbelakangi keputusan tersebut. Kamu jangan ikut-ikutan. Ada solusi untuk setiap masalah tanpa perlu melupakan toga yang sebentar lagi dapat dikenakan.
1. Putus asa dengan sulitnya proses bimbingan skripsi

Soal skripsi memang tidak semata-mata ditentukan olehmu. Faktor dosen pembimbing juga berpengaruh besar terhadap kelancaran proses pengerjaan skripsi. Kalau dosen sulit ditemui, galak bukan main, atau punya standar yang sangat tinggi mungkin skripsimu jadi gak kelar-kelar.
Masalah kedua ialah tema penelitian terlalu rumit untuk S1. Kamu sudah tertarik dengan temanya, tapi secara kemampuan meneliti dan menganalisis masih kurang. Solusi dari persoalan pertama ialah mengajukan ganti dosen pembimbing.
Sementara buat masalah kedua, penelitiannya yang diubah menjadi lebih mudah buat saat ini. Tunda minatmu terhadap tema tersebut. Kamu bisa kembali mengangkatnya dalam tesis ketika dirimu melanjutkan S2.
2. Menikah atau hamil di luar nikah

Penyebab berikutnya mahasiswa tidak menyelesaikan skripsinya ialah pernikahan. Tentu ini amat disayangkan karena baik ijazah maupun ijab sah sebenarnya dapat sama-sama diperjuangkan. Mahasiswa diperbolehkan menikah.
Namun, biasanya pikiran yang terpecah-pecah selepas berumah tangga menurunkan semangatnya dalam menuntaskan kuliah. Demikian pula dengan kasus hamil di luar nikah. Ini lebih berat dibandingkan pernikahan yang diputuskan secara sadar.
Hamil di luar nikah yang terjadi pada mahasiswi akan menimbulkan kepanikan dan konflik baik dengan pacar maupun dua keluarga besar. Belum lagi rasa malu terhadap teman sebaya. Cuti dulu sampai bayi lahir dapat menjadi solusi tanpa perlu mengorbankan skripsi dan kuliah yang sebentar lagi selesai.
3. Berpikir toh, semua teori sudah dipelajari

Benar, kalau semua mata kuliah sudah diambil dan kamu tinggal skripsi, artinya teori-teori telah dipelajari. Secara umum, dirimu sudah tahu banyak sekali. Buat penerapan dalam kehidupan sehari-hari juga bisa.
Namun, penguasaan materi belum cukup. Untukmu dapat memakainya di sektor kerja formal, kamu butuh ijazah yang menyatakan dirimu lulus dari jurusan tertentu. Tanpa ijazah, kamu tetap tercatat sebagai lulusan SMA.
Tak peduli dirimu sudah menuntaskan 5 atau 6 semester di kampus. Jangan terpengaruh kalimat yang penting ilmunya. Ilmu yang telah dikuasai perlu disahkan dengan selembar ijazah asli. Gak ada pemberi kerja yang memercayaimu pernah kuliah bila ijazah pun tak punya.
4. Masalah biaya

Beberapa semester sebelumnya mungkin uang kuliah masih lancar. Akan tetapi, sejak ambil skripsi malah kendala ekonomi baru dirasakan dengan jelas. Barangkali orangtua jadi korban PHK, usahanya gulung tikar, kena kasus, atau adik juga masuk kuliah.
Memang berat kalau sudah menyangkut soal biaya. Pun biasanya beasiswa tidak diberikan pada mahasiswa yang tinggal menyelesaikan skripsi. Kalau dirimu akan mencari beasiswa seharusnya dari semester-semester awal.
Akan tetapi, jangan menyerah dulu. Kamu masih punya beberapa pilihan yang dapat dicoba sekaligus. Pertama, mencari pekerjaan apa pun yang penting halal. Gak terkecuali dengan ngojol yang waktunya sangat fleksibel. Kedua, minta keringanan biaya ke kampus. Ketiga, berutang tanpa bunga atau bunga ringan.
5. Keasyikan bekerja dan merasa pendapatan aman

Kuliah sambil bekerja sebenarnya menyenangkan dan bermanfaat. Dirimu gak lagi ketergantungan pada uang saku dari orangtua. Kamu juga nantinya tak sempat menganggur selepas lulus.
Ketiga, dirimu bisa start menabung lebih awal buat berbagai keperluan di masa depan. Namun, terlalu asyik bekerja sambil kuliah juga dapat menurunkan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. Bekerja terasa lebih mudah karena kamu sudah terbiasa.
Masih pula ada bayaran yang jelas diterima. Sementara skripsi membuatmu pusing dan orangtua keluar banyak uang. Betapa pun memuaskannya pekerjaanmu sekarang, ingat bahwa kelak dirimu barangkali perlu meningkatkan karier.
Kamu gak bisa terus bekerja di sana. Ijazah dan titel mutlak dibutuhkan agar dirimu dapat lebih mengembangkan sayap. Masa depanmu masih sangat panjang dan dirimu tak tahu apa yang akan terjadi.
6. Stres berat oleh masalah keluarga

Gak ada persoalan apa-apa terkait skripsi dan kehidupan kampus juga bisa bikin mahasiswa tetap berhenti mengerjakannya. Masalahnya justru datang dari keluarga. Bukan persoalan ekonomi seperti dalam poin empat.
Ini dapat tentang konflik pasangan suami istri alias kedua orangtuanya. Mereka cekcok terus di rumah sampai membuat anak tidak tenang. Pikirannya sangat sulit berkonsentrasi pada kemajuan skripsinya. Ia hanya ingin melarikan diri saking muaknya.
Dunia kampus ditinggalkan karena orangtua pasti mencarinya di sana kalau dia kabur dari rumah. Mogok kuliah padahal tinggal skripsi juga menjadi bentuk perlawanan anak terhadap orangtua. Namun, keputusan begini justru merugikan diri sendiri. Lebih baik indekos atau menumpang tinggal di rumah saudara atau teman biar tenang sambil tetap menyelesaikan skripsi.
Jika sudah mengetahui penyebab mahasiswa berhenti mengerjakan skripsi, sebaik mungkin hindari hal tersebut. Jangan sampai kamu meninggalkan skripsimu apa pun yang terjadi. Kamu bisa menceritakan masalahmu ke pembimbing skripsi atau pembimbing akademik. Hindari menyia-nyiakan perjuanganmu kuliah sekian tahun dengan tak menuntaskan skripisi serta gagal lulus.