Perbedaan Kohesi dan Koherensi, Lengkap dengan Contohnya!

Koherensi dan kohesi dalam sebuah teks merupakan hal yang penting. Teks dengan dua hal tersebut akan bisa menyampaikan pesan dan makna kepada para pembaca tanpa menimbulkan persepsi ambigu. Oleh karena itu, keberadaan koherensi dan kohesi ini menjadi cukup vital.
Jadi, sebuah teks harus memiliki koherensi dan kohesi yang baik agar pembaca tidak salah paham dalam mencerna apa yang terkandung di dalamnya. Lalu apa perbedaan kohesi dan koherensi?
1. Pengertian kohesi dan koherensi

Mengutip buku Kohesi dan Koherensi: dalam Wacana Naratif Bahasa Jawa oleh Sumadi, Dirgo SabariyantQ, dan Dwi Sutana, kohesi adalah hubungan bentuk antara kalimat-kalimat yang membangun keutuhan wacana. Sementara koherensi adalah hubungan makna antara kalimat-kalimat yang membangun keutuhan wacana. Jadi, kohesi fokus pada bentuk antarkalimat, sementara koherensi bentuk antarmakna.
Dalam penulisannya, ciri-ciri kohesi umumnya akan menggunakan konjungsi seperti kata “dan”, “atau, “akan tetapi”, “sehingga”, dan seterusnya. Tak hanya itu, penggunaan sinonim, pengaturan referensi, dan pengulangan kata kunci juga bisa menunjang terbentuknya kohesi dalam tulisan.
Sementara koherensi menggunakan pemikiran yang terorganisir dalam menulis rangkaian kata. Pemakaian kalimat lengkap dan pengaturan struktur yang jelas, merupakan karakteristik dari koherensi pada sebuah tulisan atau wacana.
2. Fungsi kohesi dan koherensi

Dalam buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia oleh Nanda Saputra dan Mariana, sifat kohesi merujuk pada pertautan bentuk paragraf. Sedangkan koherensi merujuk pada pertautan makna dari suatu paragraf. Keduanya juga memiliki fungsinya masing-masing.
- Kohesi berfungsi untuk membuat paragraf yang teratur serta terstruktur dengan baik. Cara menulisnya dengan penggunaan konjungsi serta penerapan pola kalimat yang konsisten.
- Koherensi berfungsi untuk menjaga kelogisan makna serta kesinambungan ide dari suatu tulisan. Penulisan koherensi akan membuat suatu tulisan menjadi terhubung. Jadi, pembaca bisa mengikuti alurnya dengan jelas.
3. Contoh kalimat kohesi dan koherensi

Untuk membantu kamu agar lebih memahami perbedaan kohesi dan koherensi, perlu adanya contoh kalimatnya. Dengan begitu kamu bisa melihat perbedaan masing-masing dan bagaimana cara penulisan yang benar.
Contoh kalimat kohesi
”Budi membeli sebuah buku. Dia sangat suka dengan isi buku itu.”
Kata ganti “dia” dan frasa “buku itu” merujuk ke subjek dan objek yang telah disebutkan sebelumnya, untuk menjaga keterhubungan antarkalimat. Jadi, kalimat ini mengandung kohesi.
"Bapak dan Ibu sudah mudik. Mereka naik mobil listrik buatan Indonesia."
Pada kalimat kedua, kata “mereka” merujuk pada kata “bapak dan ibu” yang terdapat dalam kalimat pertama. Oleh karena itu, kalimat ini juga memiliki hubungan kohesi.
Contoh paragraf koherensi
"Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang biasanya dilaksanakan tiap akhir tahun dalam bentuk laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27, laporan keuangan koperasi yang tetap terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus khas, dan catatan atas laporan keuangan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU). Jumlah piutang yang dapat ditagih adalah jumlah piutang bruto setelah dikurangi dengan taksiran jumlah piutang yang tidak dapat ditagih. Data mengenai pinjaman yang dibelikan dapat dilihat pada tabel berikut ini."
Contoh wacana tersebut kurang mencerminkan koherensi atau kesatuan ide. Pasalnya, ide utamanya adalah pelaksanaan RAT (rapat anggota tahunan), dengan pengembangan ide tujuan laporan keuangan, dan jenis-jenis laporan keuangan. Namun muncul kalimat, "jumlah piutang yang dapat ditagih adalah jumlah piutang broto setelah dikurangi dengan taksiran jumlah piutang yang tidak dapat ditagih."
Kalimat itu mengganggu ide utamanya yakni pelaksanan RAT, tujuan RAT, dan bagian-bagian laporan keuangan. Jadi, seharusnya kalimat yang mengganggu itu dihilangkan. Atau jika tidak, sebaiknya kalimat, "jumlah piutang yang dapat ditagih adalah jumlah piutang broto setelah dikurangi dengan taksiran jumlah piutang yang tidak dapat ditagih" ditempatkan pada alinea yang berbeda, sehingga tidak mengganggu ide utama dalam paragraf rapat anggota tahunan.
Itulah tadi perbedaan kohesi dan koherensi yang bisa kamu lihat dari sisi pengertian, ciri, fungsi hingga contohnya. Jadi sekarang sudah paham ‘kan?