5 Alasan Sulitnya Hidup Sebagai Masyarakat Kelas Menengah

Masyarakat kelas menengah sering dianggap sebagai kelompok yang cukup beruntung dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka tidak berada di garis kemiskinan dan memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, bahkan lebih. Namun, alih-alih menjadi bagian dari kelas atas selain terbilang masih sangat jauh dari harapan, hal itu malah membuat kelompok masyarakat kelas menengah justru menjadi kelompok rentan.
Meski memiliki kestabilan ekonomi yang lebih baik dibandingkan kelas bawah, mereka juga menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan. Dari tekanan sosial hingga beban finansial, masyarakat kelas menengah sering kali berada di posisi yang serba salah. Kesejahteraan yang mereka miliki sering kali berada di ambang batas, di mana sedikit saja perubahan dalam kondisi ekonomi atau kebijakan pemerintah bisa mengguncang kestabilan hidup mereka. Mari kita telusuri lebih dalam beberapa alasan mengapa hidup sebagai masyarakat kelas menengah bisa terasa begitu sulit.
1. Beban pajak dan biaya hidup yang tinggi

Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat kelas menengah setiap harinya ialah beban pajak dari pemerintah yang terasa lebih berat dan mencekik. Sebagai kelompok yang berada di antara kelas bawah dan atas, mereka sering kali dikenai pajak yang lebih tinggi tanpa mendapatkan banyak keringanan. Di sisi lain, kelas atas mungkin memiliki sumber daya untuk meminimalkan pajak melalui berbagai celah hukum, sementara kelas bawah mendapatkan banyak keringanan atau bantuan dari pemerintah yang akhirnya malah menyebabkan kelas menengah merasa terjepit di antara dua kelompok ini.
Biaya hidup yang tinggi juga menjadi faktor yang membebani masyarakat kelas menengah, lho. Mereka harus mengeluarkan uang untuk kebutuhan sehari-hari seperti makanan, transportasi, pendidikan, dan kesehatan yang terus meningkat seiring waktu. Selain itu, mereka sering kali merasa perlu untuk mempertahankan gaya hidup tertentu demi menjaga status sosial yang menambah beban finansial mereka. Meskipun penghasilan mereka cukup, tekanan untuk terus meningkatkan kualitas hidup membuat mereka berada dalam situasi di mana pengeluaran selalu meningkat dan tabungan sulit untuk bertambah. Hal ini sering kali membuat mereka merasa bahwa meskipun mereka bekerja keras, hasilnya tidak pernah cukup.
2. Keterbatasan akses ke bantuan sosial

Masyarakat kelas menengah sering kali tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan sosial yang disediakan oleh pemerintah. Program bantuan biasanya dirancang untuk membantu mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, sementara masyarakat kelas atas tidak memerlukan bantuan tersebut. Akibatnya, kelas menengah sering kali terjebak di antara keduanya, di mana mereka tidak cukup miskin untuk menerima bantuan tetapi juga tidak cukup kaya untuk merasa aman secara finansial.
Keterbatasan akses ini membuat kelas menengah harus mengandalkan diri mereka sendiri dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Ketika terjadi krisis apa pun itu di negara ini, misalnya berimpas pada kehilangan pekerjaan atau berada dalam keadaan darurat medis, mereka sering kali harus menguras tabungan atau bahkan berhutang untuk bertahan hidup. Hal ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berkepanjangan, karena mereka tidak memiliki jaring pengaman kuat seperti kelas bawah yang mendapatkan bantuan pemerintah. Tanpa akses yang memadai ke bantuan sosial, masyarakat kelas menengah harus lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan mereka, dan sering kali merasa terbebani dengan tanggung jawab yang mereka pikul.
3. Tekanan sosial untuk meningkatkan gaya hidup

Salah satu aspek yang sering tidak disadari adalah tekanan sosial yang dihadapi oleh masyarakat kelas menengah untuk terus meningkatkan gaya hidup. Kelas menengah sering kali merasa perlu untuk tampil sukses dan mapan di mata masyarakat. Masyarakat kelas menengah merasa diharuskan memiliki rumah yang layak, kendaraan pribadi, hingga menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang berkualitas tinggi. Tekanan ini bukan hanya datang dari lingkungan sekitar, tetapi juga dari diri mereka sendiri, karena keinginan untuk terus memperbaiki kualitas hidup dan memenuhi standar sosial tertentu.
Tekanan ini jelas dan pasti menjadi beban yang berat bagi masyarakat kelas menengah. Mereka harus terus bekerja keras dan mencari cara untuk meningkatkan pendapatan demi memenuhi harapan sosial tersebut. Namun, tidak semua orang mampu untuk mengikuti tuntutan ini sebab sering kali berujung pada ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kelelahan, dan bahkan masalah kesehatan mental. Tekanan untuk terus naik kelas sosial dapat menyebabkan masyarakat kelas menengah merasa tidak pernah cukup, meskipun mereka sudah mencapai banyak hal dalam hidup.
4. Risiko terjebak dalam hutang

Hidup sebagai masyarakat kelas menengah sering kali membawa risiko terjebak dalam hutang yang menumpuk dan semakin banyak setiap harinya. Meskipun mereka memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak dari mereka yang harus berhutang untuk membeli rumah, mobil, atau barang-barang kebutuhan hidup lainnya. Pada awalnya, hutang mungkin tampak sebagai solusi yang baik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Namun dalam jangka panjang, hutang bisa menjadi beban yang sangat berat.
Risiko terjebak dalam hutang semakin besar ketika penghasilan tidak lagi bisa mengikuti pengeluaran yang terus meningkat. Biaya hidup yang tinggi dan tekanan untuk memenuhi standar sosial membuat masyarakat kelas menengah sering kali mengandalkan kredit untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketika kondisi ekonomi memburuk atau penghasilan menurun, mereka bisa kesulitan untuk membayar hutang-hutang tersebut, yang pada akhirnya bisa mengancam stabilitas finansial dan kesejahteraan.
5. Ketidakpastian ekonomi dan pekerjaan

Meskipun masyarakat kelas menengah sering kali memiliki pekerjaan yang stabil, mereka tetap tidak kebal terhadap ketidakpastian ekonomi. Perubahan dalam kondisi ekonomi global, kebijakan pemerintah, atau bahkan perkembangan teknologi dapat berdampak besar pada pekerjaan mereka. Banyak dari mereka yang bekerja di sektor-sektor yang rentan terhadap perubahan ini, seperti industri manufaktur, layanan, atau bahkan profesional yang tergantung pada keadaan ekonomi yang stabil.
Ketidakpastian ini membuat masyarakat kelas menengah harus selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk. Mereka harus lebih bijak dalam mengelola keuangan, menabung untuk keadaan darurat, dan terus meningkatkan keterampilan mereka untuk tetap kompetitif di pasar kerja. Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan atau sumber daya untuk melakukan ini, yang pada akhirnya bisa membuat mereka rentan terhadap perubahan yang tiba-tiba.
Hidup sebagai masyarakat kelas menengah memang memiliki tantangan tersendiri, terutama di Indonesia. Meskipun memiliki kestabilan ekonomi yang lebih baik dibandingkan kelas bawah, mereka juga menghadapi berbagai tekanan dan beban yang tidak ringan. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang bermanfaat dan membantu kamu memahami lebih dalam tentang kehidupan sebagai masyarakat kelas menengah, khususnya di Indonesia.