Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Orangtua Gak Boleh Menghukum Anak dengan Cara Memukul

ilustrasi menghukum anak dengan memukul (freepik.com/freepik)

Mengajari anak-anak tentang perilaku yang dapat diterima, seperti melatih tanggung jawab, disiplin, mandiri, dan mengendalikan diri sendiri adalah bagian penting dari proses pengasuhan anak. Namun, banyak orangtua yang mengandalkan hukuman fisik, terutama memukul untuk mencapai tujuan tersebut.

Meskipun orangtua tak bermaksud menyakiti anaknya, tapi tindakan tersebut malah bisa menimbulkan trauma dan dampak buruk lainnya bagi si kecil. Dikutip Developmentalscience, seorang Profesor Ilmu Perkembangan Manusia dan Keluarga di Universitas Texas, Elizabeth Gershoff, mengatakan bahwa memukul anak merupakan sebuah kegagalan orangtua dalam mendidik anak mereka.

“Tugas orangtua adalah menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak,” kata Gershoff.

“Tentu saja, tidak semua kesalahan bisa diantisipasi, tidak ada orangtua yang bisa membuat dunia 100 persen aman untuk anaknya. Jadi, ketika anak melakukan kesalahan atau situasi buruk terjadi padanya, tanggung jawab orangtua adalah merespons dengan cara yang tidak menimbulkan kerugian fisik dan emosional,” imbuhnya.

Ada beberapa alasan mengapa orangtua tidak boleh menghukum anak dengan cara memukul. Nah, ini dia kelima alasannya!

1.Bisa menimbulkan trauma

ilustrasi anak mengalami trauma (pexels.com/Meruyert Gonullu)

Beberapa orangtua mungkin menganggap bahwa satu atau dua pukulan tidak seburuk itu. Namun faktanya, menghukum anak dengan cara memukul, walaupun itu hanya sekali dapat menimbulkan trauma pada diri mereka.

Gershoff mengungkapkan, kebanyakan orangtua memukul anak sebagai hukuman karena mereka mungkin merasa frustasi atas kehilangan kendali terhadap anak mereka. Ketika orangtua memukul, anak akan menghentikan aktivitasnya dan mulai menangis. Orangtua percaya bahwa itu berhasil, padahal itu tidak membantu.

Anak mungkin langsung diam, namun sebenarnya mereka diam bukan karena mendengarkan nasihatmu, melainkan fokus pada rasa sakit yang mereka rasakan akibat pukulanmu. Dilansir Verywell Family, penelitian menunjukkan, anak-anak yang mendapat hukuman fisik, seperti dipukul, didorong, dicubit, dan lain sebagainya lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental.

“Para peneliti menunjukkan bahwa hukuman fisik menempatkan anak-anak pada risiko tinggi terkena penyakit mental,” ujar Amy Morin, LCSW, seorang psikoterapis, dikutip Verywell Family.  

2.Anak menjadi agresif

ilustrasi anak berteriak (pexels.com/Keira Burton)

Banyak orangtua percaya bahwa melakukan hukuman fisik, seperti memukul bisa membuat anak jera dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari. Namun, dikutip Parents, seorang profesor Perkembangan Manusia dan Ilmu Keluarga di Oklahoma State University, Robert Larzelere, PhD., memperingatkan, bahwa memukul anak saat orangtua sedang frustasi dapat mengirimkan pesan bahwa ‘Jika kamu frustasi, kamu bisa langsung menyerang siapa pun yang membuatmu marah’.

Jadi, tak heran bila anak yang sering dipukul oleh orangtuanya mungkin akan melakukan tindakan serupa kepada orang lain ketika mereka marah atau frustasi. Sebab, memukul dapat mencontohkan perilaku agresif. Dengan kata lain, memukul anak sebagai hukuman tidak memperbaiki apa pun masalah perilakunya.

3.Hubungan orangtua dan anak jadi memburuk

ilustrasi anak mengabaikan orangtua (pexels.com/Monstera Production)

Rasa sakit yang dialami anak ketika dipukul oleh orangtuanya tidak hanya membuat anak merasakan sakit di area pukulan, tetapi juga di hatinya. Anak akan merasa sangat sedih, terkejut, kecewa, dan berpikir bahwa orangtuanya tidak menyayanginya lagi.

“Orangtua yang sering memukul cenderung tidak mempunyai kualitas hubungan yang baik dengan anak mereka,” kata Profesor dan Ketua Departemen Psikologi di Southern Methodist University, George W. Holden, Ph.D., dikutip Parents.

Akibatnya, anak-anak mungkin mulai takut dan mereka tidak mau terbuka kepada orangtuanya. Morin menyebut, agar anak mau mendengarkan orangtua dan berperilaku baik, sebaiknya orangtua membangun kepercayaan, keselamatan, dan keamanan bagi si kecil. Hukuman fisik justru bisa merenggangkan hubungan di antara kalian.

4.Anak berisiko mengalami masalah kesehatan fisik

ilustrasi anak sendirian (pexels.com/Ksenia Chernaya)

Tentu saja menerapkan hukuman fisik kepada anak bisa menimbulkan masalah kesehatan fisik bagi mereka. Anggota tubuh yang mengalami pukulan, mungkin akan mengalami efek, seperti kemerahan dan rasa sakit setelahnya.

Di samping itu, anak-anak yang stres akan lebih mudah mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit. Tentunya hal ini akan sangat merugikan bagi si kecil, di mana mereka tidak dapat menjalani berbagai aktivitas dengan penuh semangat.

5.Dapat meningkatkan perilaku buruk anak

ilustrasi anak-anak berebut mainan (pexels.com/Vika Glitter)

Orangtua perlu menyadari bahwa memukul anak sebagai hukuman atas kenakalanannya tidak akan mengajarkan mereka untuk berperilaku baik. Hal ini juga tidak membantu mengurangi sifat agresif atau mengajarakan tentang pengendalian diri, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Memukul anak mungkin dapat langsung menyebabkan kepatuhan, tapi itu hanya bersifat sementara. Dr. Gershoff menyebut, meskipun anak-anak dengan perilaku yang agresif mungkin mengalami lebih banyak hukuman fisik, tapi itu tetap memperburuk perilaku mereka. Artinya, seiring berjalannya waktu, menghukum anak dengan cara memukulnya akan mengakibatkan anak semakin sulit berperilaku baik.

Orangtua perlu menyadari bahwa memberikan gaya pengasuhan yang aman bisa menjadi landasan untuk mewujudkan hubungan yang lebih erat dengan anak. Orangtua tidak perlu memukul untuk mendorong anak berperilaku baik, tetapi gunakanlah alternatif yang lebih positif, seperti menerapkan komunikasi secara terbuka dan menjelaskan dengan jelas mengapa perilaku negatif itu tidak dapat diterima.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Delvi Ayuning
EditorDelvi Ayuning
Follow Us