5 Cara Menerapkan Sistem Reward pada Anak, Sesuaikan dengan Usianya!

Menerapkan sistem reward atau penghargaan kepada anak merupakan salah satu cara yang bisa orangtua pilih untuk mengatasi perilaku buruk. Sebab, anak cenderung akan merespons dengan baik hadiah yang diberikan oleh orangtuanya.
Lewat cara tersebut, diharapkan perilaku baik akan tertanam dalam diri anak dan terus berlanjut hingga ia dewasa. Lantas, bagaimana cara tepat dalam menerapkan sistem reward tersebut? Biar gak penasaran, yuk simak informasinya di bawah!
1. Ungkapkan lewat kata-kata sederhana

Gak selamanya penghargaan yang diberikan pada anak harus berupa barang, terlebih jika anak masih belum paham terkait fungsi atau cara kerja suatu barang yang diberikan. Bukannya malah senang, anak mungkin akan bingung dengan hal tersebut, sehingga untuk anak yang masih usia balita atau prasekolah kamu bisa beri ia penghargaan lewat ungkapan pujian dengan kata-kata sederhana yang dia pahami.
Dikutip Parents, Nicole Harris, editor topik parenting, mengungkapkan bila balita dan anak prasekolah sangat suka menyenangkan orangtuanya. Jadi, memberikan dia banyak pujian ketika mencapai suatu tujuan akan mendorongnya untuk terus melakukan hal yang baik.
2. Hindari menerapkan sistem suap

Salah satu kekeliruan yang acap kali dilakukan orangtua saat memberikan penghargaan terhadap perilaku anaknya, yaitu sering gak sadar bahwa telah menerapkan sistem suap, bukan reward. Jangan pernah mengiming-imingi hadiah untuk meminta anak berperilaku baik ketika ia sedang melakukan hal yang salah.
Sebab, itu akan membuatnya dengan sengaja melakukan hal serupa di kemudian hari agar mendapat hadiah darimu. Harris menyarankan, sebaiknya kamu jelaskan kepada anak tentang perilaku apa yang harusnya dilakukan.
Lalu, beri tahu juga bahwa kamu akan memberinya hadiah jika dia berhasil bersikap baik. Dengan begitu, anak jadi lebih paham tentang apa yang seharusnya ia lakukan dan hindari.
3. Minta masukan pada anak

Mengingat setiap anak punya karakter yang berbeda, jadi agar sistem reward bisa berjalan baik, maka kamu mungkin perlu diskusi dan minta masukan pada anakmu. Harris mengungkapkan, sebaiknya cobalah untuk membicarakannya dan bertukar pikiran dengan anak tentang imbalan yang dia inginkan dan dapat memotivasinya untuk bisa berperilaku baik.
Alih-alih inisiatif membelikan mainan yang ternyata gak dia sukai, akan lebih baik jika kamu bertanya dulu tentang barang atau hal apa yang ia inginkan. Sebab, dalam sistem reward imbalan harus berupa sesuatu yang anak inginkan.
Kate Eshelman, seorang psikolog, dikutip Verywell Family, mengatakan, "Imbalan yang teridentifikasi haruslah sesuatu yang bermakna bagi anak dan oleh karena itu, keterlibatan anak dalam mengembangkan rencana tersebut sangatlah penting. Ini mungkin gak akan berhasil jika orangtua mengidentifikasi imbalan tanpa masukan dari anak. Umpan balik untuk mendapatkan imbalan harus segera dan spesifik".
4. Sesuaikan dengan umur anak

Dalam menerapkan sistem reward, setiap anak gak bisa disamakan. Selain memahami karakternya, kamu juga mungkin perlu mempertimbangkan usianya agar hadiah yang diberikan bisa tepat sasaran. Dr. Eshleman menjelaskan, sangat penting untuk memastikan bahwa perilaku atau tugas yang diharapkan dapat dicapai berdasarkan usia dan kemampuan anak.
"Untuk anak-anak yang lebih kecil (di bawah 3 tahun), kamu gak perlu terlalu memikirkan hadiah atau mengeluarkan banyak uang untuk membelikannya mainan baru setiap kali ia berperilaku baik. Imbalan yang besar pada usia ini adalah perhatian ekstra positif seperti pelukan, ciuman, senyuman, atau pujian dari orangtua. Pujian bisa diungkapkan spesifik dengan menyebutkan perilaku baik anak," tambahnya.
Sedangkan, untuk anak usia sekolah mungkin butuh sesuatu yang bersifat lebih visual dari sekadar pujian. Misalnya, kamu bisa membuat jadwal harian yang diberikan tanda centang setiap kali ia beres mengerjakannya.
Setelah ia berhasil melakukan hal tersebut, kamu bisa memberinya tawaran untuk memilih makan malam favoritnya. Perlu diingat juga, sebaiknya jangan pernah meminta anak untuk melakukan terlalu banyak hal diluar kemampuannya.
Berikutnya, untuk anak usia remaja (dua belas tahun ke atas) sistem reward akan lebih kompleks lagi. Dilansir Verywell Family, Anisha Patel-Dunn, seorang psikiater, mengungkapkan, di usia ini kamu bisa menggabungkan imbalan yang lebih kecil dengan yang lebih besar untuk tujuan jangka panjang. Misalnya, saat ia berhasil meningkatkan nilai rapornya, berikan ia pujian dan hadiah yang sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
5. Konsisten

Terakhir dan mungkin jadi sesuatu yang tersulit adalah memastikan untuk konsisten dalam menerapkan sistem reward ini. Brittany Schaffner, pengawas pendidikan, dikutip Verywell Family, menyebutkan, anak membutuhkan waktu untuk membangun kebiasaan baru, sehingga kamu juga perlu membiasakan diri untuk tetap konsisten dengan sistem penghargaan ini.
"Jika kamu secara konsisten menggunakan sistem penghargaan dan belum melihat perubahan positif dari waktu ke waktu, evaluasi ulang. Periksa hal-hal berikut: Apakah hadiahnya disukai anak saya? Apakah ekspektasi tersebut sesuai? Apakah tugasnya jelas? Apakah perilaku tersebut dinyatakan secara positif? Jika tidak, lakukan penyesuaian dan coba lagi," tutur Schaffner.
Berapa pun usianya, hampir semua anak akan sangat senang menerima penghargaan dan pujian dari orangtuanya atas apa yang dia lakukan. Sehingga, mengetahui cara sistem reward bekerja sangat penting diketahui para orangtua agar gak salah langkah dalam memberi penghargaan.