5 Pendekatan Positif pada Anak Remaja, Orangtua Harus Belajar

Menurut pemaparan dari WHO (World Health Organization), masa remaja merupakan fase antara kanak-kanak dan dewasa, yakni dari usia 10 hingga 19 tahun. Pada masa ini, anak mengalami transisi dan perubahan, mulai dari fisik, cara pikir, emosional, hingga sosial.
Transisi yang dihadapi anak remaja biasanya penuh dengan tantangan. Mereka pun sering kali dikaitkan dengan prilaku keras dan sulit diatur. Dengan ini, orangtua harus melakukan pendekatan yang tepat. Oangtua bisa belajar dari lima pendekatan positif berikut ini.
1. Selalu luangkan waktu untuk anak

Sebagian besar dari orangtua tidak punya cukup waktu untuk anak. Mereka mungkin terlalu sibuk bekerja atau aktivitas lain, sehingga jarang menghabiskan waktu bersama anak. Akibatnya, anak remaja menjadi sulit didekati dan cenderung keras kepala.
Coba lakukan pendekatan emosional dengan selalu meluangkan waktu untuk anak. Nikmati aktivitas bersama, seperti membaca buku, belajar, olahraga, memasak, atau bermain game. Punya waktu berkualitas dengan anak dapat memperkuat hubungan keluarga.
2. Jaga komunikasi dengan anak

Setiap waktu yang dihabiskan dengan anak sangat berharga. Manfaatkan waktu tersebut untuk berkomunikasi dengan mereka. Jangan hanya bicara saat ada masalah, tetapi bicaralah sesering mungkin saat ada kesempatan.
Mulai dari hal-hal remeh sampai obrolan mendalam, tetaplah jaga komunikasi dengan anak. Tunjukkan sikap jujur dan terbuka supaya anak merasa nyaman untuk berbagi. Jika komunikasi berjalan dengan baik, orangtua bisa pelan-pelan membimbing mereka ke arah positif.
3. Berikan dukungan emosional

Dalam fase remaja yang tidak mudah, anak akan mengalami banyak tantangan yang dapat menguras emosinya. Nah, di sinilah peran orangtua sangat dibutuhkan. Dukungan emosional sekecil apapun akan sangat berarti bagi mereka.
Tunjukkan empati yang kuat, hindari menghakimi, dan dengarkan setiap keluh kesah anak. Bantu mereka melewati masa transisi remajanya dengan dukungan yang positif. Cara ini dapat memberikan rasa aman dan nyaman.
4. Berperan menjadi seorang sahabat

Tidak seperti anak kecil, anak remaja sudah punya pendirian atau pendapatnya sendiri. Orangtua tidak bisa terus mengontrolnya, apalagi sampai memberikan batasan yang menegaskan statusnya sebagai anak. Mereka cenderung akan sulit dinasehati.
Coba dekati anak remaja layaknya seorang sahabat. Ciptakan ikatan penuh rasa hormat, kepercayaan, dan juga menyenangkan. Melalui pendekatan ini, anak bisa lebih lepas mengekspresikan dirinya, sehingga punya rasa percaya untuk berbagi perasaan dan pikiran dengan orangtua.
5. Hormati privasi anak

Anak remaja akan mulai mencoba hal-hal baru dalam hidupnya. Mereka sedang dalam proses pencarian jati diri. Jika orangtua banyak ikut campur dalam proses tersebut, anak malah akan menjauh karena merasa tidak dihargai.
Dalam hal ini, orangtua harus bisa menghormati privasi anak remaja. Sebab, mereka punya ruang pribadi yang juga layak dihargai. Menghormati ruang pribadi mereka dapat menunjukkan kepercayaan orangtua kepada anak.
Setiap remaja membutuhkan lingkungan yang mendukung, terutama dukungan dari orangtua. Nah, oangtua dapat mendampingi anak remaja dalam fase transisinya yang tidak mudah melalui lima pendekatan positif tadi.