Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Anak Sulit Menerima Kekalahan, Pahami sebelum Emosi

ilustrasi bermain sepak bola (unsplash.com/@tetrakiss)

Anak-anak pada usianya saat ini memang terbiasa untuk diajarkan berkompetisi satu sama lain. Kompetisi tersebut bisa berupa kompetisi akademik atau pun olahraga yang memang rutin dilakukan setiap waktunya, sehingga anak-anak akan terbiasa untuk mengasah kemampuannya sejak kecil.

Sering kali dalam berkompetisi tentu ada yang menang dan ada pula yang kalah, sehingga hal ini seolah saling bergantian. Namun, sayangnya ada pula anak-anak yang sulit sekali untuk menerima kekalahan pada saat berkompetisi. Sebetulnya anak-anak yang sulit menerima kekalahan ternyata bisa diakibatkan karena beberapa penyebab berikut ini.

1. Takut dimarahi oleh orangtua

ilustrasi memarahi anak (pexels.com/@gabby-k)

Penyebab yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah karena takut dimarahi oleh orangtuanya sendiri. Hal seperti ini menjadi masalah tersendiri apabila orangtua terlalu membebankan banyak ekspektasi terhadap anak, sehingga justru membuat anak merasa terbebani.

Tentunya orangtua memahami betul bahwa dalam berkompetisi maka anak tidak akan selalu menang, sebab mungkin saja ada momen-momen di mana anak harus menerima kekalahan. Sayangnya jika orangtua terlalu memaksakan ekspektasinya pada anak, maka anak juga akan sulit untuk menerima kekalahan karena takut dimarahi.

2. Khawatir dengan reaksi orang-orang di sekitarnya

ilustrasi anak marah (unsplash.com/@0xhjohnson)

Satu hal yang mungkin dikhawatirkan oleh anak bukan hanya terbatas pada omelan dari orangtua saja, namun juga reaksi dari orang-orang sekitarnya. Hal ini bisa terjadi apabila anak mungkin tinggal di lingkungan yang sangat kompetitif, sehingga membuat anak mau tak mau harus tetap memperoleh kemenangan dalam kompetisi apa pun.

Sayangnya jika anak dihadapkan dalam situasi sulit dan kekalahan pada saat berkompetisi, maka hal ini akan membuatnya tak bisa menerimanya. Alasannya karena anak akan merasa khawatir dengan reaksi orang-orang di sekitarnya, termasuk takut apabila akan mendapatkan cemooh.

3. Menganggap kekalahan sebagai aib

ilustrasi anak marah (pexels.com/@moh-adbelghaffar)

Sebetulnya menang kalah dalam sebuah kompetisi merupakan hal yang sangat wajar , sehingga tidak perlu sampai dianggap sebagai masalah serius. Sayangnya ada anak-anak yang ternyata memiliki persepsi keliru mengenai kompetisi yang mungkin dijalaninya, sehingga membuat dirinya tumbuh menjadi sosok yang ambisius.

Kebanyakan anak yang terlalu berambisi dalam segala sesuatu akan cenderung menganggap kekalahan sebagai aib yang harus ditutupi. Inilah mengapa anak jadi tidak mudah untuk menerima kekalahan begitu saja.

4. Mudah meremehkan lawan

ilustrasi berenang (unsplash.com/@bmatangelo)

Pada saat berkompetisi biasanya memang anak memiliki pandangan tersendiri mengenai lawannya nanti. Hal yang mungkin sangat disayangkan adalah bila anak justru mudah meremehkan lawannya, sehingga merasa sangat yakin bisa memenangkan kompetisi tersebut.

Jika ternyata realita yang ada justru berbanding terbalik, maka hal ini akan membuat anak sulit untuk menerima kekalahannya. Oleh sebab itu, orangtua perlu benar-benar mendidik anak agar tidak mudah meremehkan siapa pun lawannya nanti.

5. Terbiasa dengan pujian dari orang-orang sekitarnya

ilustrasi anak kecil (pexels.com/@jonas-mohamadi)

Mendapatkan pujian dari orang-orang sekitar memang bisa meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki. Hal ini juga mungkin dirasakan oleh beberapa anak yang terbiasa mendapatkan pujian dari lingkungan sekitarnya, sehingga memang hal ini membentuk karakternya secara personal.

Sayangnya jika anak terlalu terbiasa dengan pujian maka hal ini akan menyulitkannya untuk menerima kekalahan di lain waktu. Alasannya karena apabila anak memperoleh kekalahan maka ia tidak akan mendapatkan pujian dari orang-orang di sekitarnya, sehinggga rentan khawatir akan dianggap lemah atau bahkan disepelekan.

Anak-anak yang tidak mampu menerima kekalahan sebetulnya memiliki alasan-alasan tersendiri. Orangtua perlu mengambil langkah tepat agar nantinya anak bisa belajar caranya menerima kekalahan, sehingga tidak sampai mudah mengalami stres nantinya. Ajarkan anak untuk menerima kekalahannya, ya

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us