Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Aplikasi Perlu Diwaspadai Orang Tua, Banyak Digunakan Anak Diam-diam

ilustrasi seseorang melihat gadget
ilustrasi seseorang melihat gadget (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Snapchat adalah aplikasi berbagi foto dan video populer di kalangan remaja, tapi konten yang terkirim bisa berisiko disalahgunakan.
  • Whisper memungkinkan pengguna berbagi rahasia secara anonim, tapi rentan terhadap perundungan dan konten sensitif.
  • Omegle adalah platform chat acak yang mempertemukan pengguna dengan orang asing, berpotensi paparan konten cabul atau predator online.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perkembangan teknologi membawa banyak manfaat, tetapi juga tantangan baru bagi orang tua yang punya anak remaja. Ponsel dan internet membuka akses luas ke dunia luar, termasuk aplikasi-aplikasi yang gak semuanya ramah untuk usia mereka. Meski banyak yang tampak biasa, beberapa aplikasi menyimpan risiko besar, mulai dari konten gak pantas, pergaulan bebas, hingga potensi perundungan siber.

Yang membuat orang tua khawatir, remaja sering kali menggunakan aplikasi tersebut secara diam-diam. Mereka pandai menyembunyikan jejak digitalnya agar gak mudah ketahuan. Oleh karena itu, orang tua perlu lebih waspada dan mengenali aplikasi apa saja yang berpotensi berbahaya. Dengan begitu, pengawasan bisa dilakukan tanpa mengekang, sekaligus tetap menjaga komunikasi sehat dengan anak.

1. Snapchat

ilustrasi snapchat
ilustrasi snapchat (pexels.com/Thought Catalog)

Snapchat adalah aplikasi berbagi foto dan video yang sangat populer di kalangan remaja. Keunikan aplikasi ini adalah konten yang terkirim akan hilang secara otomatis dalam beberapa detik. Fitur ini membuat anak merasa aman untuk mengirimkan apa saja tanpa takut jejak digitalnya tersisa. Sayangnya, justru di sinilah letak bahayanya.

Konten yang dikirim bisa saja berupa hal-hal pribadi atau gak pantas, yang kemudian berisiko disalahgunakan. Meskipun pesan akan hilang, penerima tetap bisa melakukan tangkapan layar. Selain itu, Snapchat juga memiliki fitur 'Snap Map' yang memungkinkan teman melihat lokasi pengguna secara real time. Hal ini bisa membahayakan privasi anak jika gak digunakan dengan bijak.

2. Whisper

ilustrasi seseorang memegang ponsel
ilustrasi seseorang memegang ponsel (pexels.com/AS Photography)

Whisper adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna berbagi rahasia atau curhat secara anonim. Sekilas terdengar menarik karena memberi ruang ekspresi bebas tanpa identitas. Namun, justru inilah yang membuatnya berbahaya bagi remaja. Anonimitas bisa membuka peluang besar terjadinya perundungan, pelecehan, hingga percakapan yang gak sehat.

Banyak remaja menggunakan aplikasi ini untuk melampiaskan perasaan tanpa takut dikenali. Sayangnya, mereka rentan dimanfaatkan oleh orang asing dengan niat buruk. Selain itu, konten di Whisper sering kali berisi hal-hal sensitif seperti depresi, percintaan, atau bahkan topik dewasa. Jika gak ada pendampingan, anak bisa terseret dalam pergaulan online yang berisiko.

3. Omegle

ilustrasi ponsel
ilustrasi ponsel (pexels.com/Czapp Árpád)

Omegle adalah platform chat acak yang mempertemukan pengguna dengan orang asing dari berbagai belahan dunia. Aplikasi ini kerap dipakai remaja karena rasa penasarannya yang tinggi. Namun, karena gak ada filter usia yang ketat, anak bisa dengan mudah berinteraksi dengan orang dewasa. Risiko terbesar adalah paparan terhadap konten cabul atau predator online.

Banyak laporan bahwa Omegle digunakan oleh orang tak bertanggung jawab untuk mendekati anak-anak. Karena sifatnya anonim, sangat sulit melacak siapa lawan bicara sebenarnya. Remaja yang masih labil bisa mudah terpengaruh atau bahkan diminta membagikan informasi pribadi. Inilah sebabnya aplikasi ini sangat perlu diwaspadai.

4. Discord

ilustrasi ponsel
ilustrasi ponsel (pexels.com/Pixabay)

Awalnya, Discord adalah aplikasi komunikasi untuk gamer. Namun, seiring berkembangnya fitur, aplikasi ini kini digunakan untuk berbagai komunitas. Remaja banyak tertarik karena bisa bergabung ke server yang membahas hobi atau topik tertentu. Sayangnya, gak semua server aman, karena ada juga yang membagikan konten dewasa atau ilegal.

Selain itu, fitur voice chat dan pesan pribadi bisa dimanfaatkan untuk menghubungi anak tanpa pengawasan. Jika anak terlalu sering menghabiskan waktu di Discord, mereka bisa kecanduan dan sulit fokus pada dunia nyata. Orang tua perlu peka, terutama jika anak terlihat lebih sering berinteraksi dengan teman online daripada teman di dunia nyata.

5. TikTok

ilustrasi aplikasi tiktok
ilustrasi aplikasi tiktok (pexels.com/greenwish _)

TikTok memang sangat populer dan banyak digunakan remaja, bahkan oleh orang dewasa. Namun, aplikasi ini juga punya sisi lain yang perlu diawasi. Algoritmanya bisa dengan cepat menampilkan konten gak pantas meski anak gak mencarinya. Selain itu, fitur komentar bisa menjadi tempat terjadinya perundungan.

Banyak remaja yang merasa tertekan untuk selalu tampil menarik di TikTok demi mendapatkan likes dan followers. Hal ini bisa memengaruhi kesehatan mental mereka, terutama jika gak mendapat respons sesuai harapan. Orang tua sebaiknya gak melarang total, melainkan mendampingi anak dalam menggunakan TikTok. Diskusi tentang konten positif bisa membantu anak lebih bijak.

6. Instagram

ilustrasi instagram
ilustrasi instagram (pexels.com/indra projects)

Instagram adalah salah satu media sosial paling populer, tetapi juga menyimpan risiko bagi remaja. Tekanan untuk tampil sempurna bisa membuat anak merasa minder jika membandingkan dirinya dengan orang lain. Selain itu, ada fitur direct message yang bisa digunakan orang asing untuk menghubungi anak secara diam-diam.

Konten di Instagram juga gak selalu ramah anak, karena meskipun ada batasan usia, filter konten sering kali gak sempurna. Anak bisa terpapar pada tren yang gak sesuai dengan usianya, mulai dari gaya hidup berlebihan hingga topik dewasa. Itulah mengapa orang tua perlu ikut memahami cara kerja Instagram dan mendampingi penggunaannya.

Aplikasi-aplikasi populer memang gak selalu buruk, tetapi jika digunakan tanpa kontrol bisa membawa dampak negatif pada anak remaja. Mulai dari Snapchat, Whisper, Omegle, Discord, TikTok, hingga Instagram, semuanya punya sisi yang perlu diawasi. Bukan berarti anak harus dilarang total, melainkan orang tua perlu hadir sebagai pendamping yang bijak.

Kuncinya adalah komunikasi terbuka. Dengan membangun rasa percaya, anak akan lebih mudah bercerita jika mengalami hal yang gak menyenangkan di dunia digital. Orang tua juga bisa memberi edukasi tentang cara menjaga privasi dan menggunakan media sosial dengan bijak. Dengan begitu, anak tetap bisa menikmati manfaat teknologi tanpa terjerat risiko yang berbahaya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Hafizhuddin
EditorMuhammad Hafizhuddin
Follow Us

Latest in Life

See More

6 Alasan Kenapa Kamu Sebaiknya Gak Bawa Pulang Kerjaan Kantor ke Rumah

15 Sep 2025, 06:26 WIBLife