5 Cara Efektif Melatih Anak Menghargai Proses Sejak Dini

- Memuji dengan fokus pada proses, bukan hasil
- Libatkan anak dalam perencanaan dan pengerjaan
- Beri pemahaman bahwa kegagalan adalah peluang untuk berkembang
Selama ini, kita kerap kali terjebak pada pentingnya hasil akhir, gak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Adanya status menang-kalah dalam lomba, sistem peringkat di sekolah, dan sistem urutan terbaik membuat anak hanya meletakkan fokus pada hasil akhir alih-alih proses. Terlebih jika lingkungan sekitar mereka sangat mendukung hal tersebut.
Padahal, penting mengajarkan anak untuk menghargai proses. Sebab, menghargai proses merupakan kunci untuk membangun resiliensi dan mengembangkan kecerdasan emosional mereka. Maka, ayah dan bunda perlu memberikan pemahaman kepada anak tentang betapa pentingnya sebuah proses. Berikut cara yang bisa orang tua lakukan untuk membuat anak paham proses, gak cuma hasil!
1. Biasakan memuji dengan fokus pada proses bukan hasil

Banyak dari kita yang memberikan pujian pada anak dengan fokus pada hasil, bukan proses. Misalnya, dengan mengatakan, “Wah, gambar kamu bagus banget, Nak!” atau “Kamu hebat banget bisa menulis sebagus ini!”.
Dilansir laman PAUD Jateng, nyatanya gak semua pujian itu selalu punya dampak positif. Cara kamu memuji anak bisa memengaruhi pola pikir mereka. Berdasarkan penelitian dari Psikolog Carol Dweck mengenai growth mindset, pujian yang fokus pada proses (meliputi usaha, strategi, maupun ketekunan) lebih efektif dibandingkan pujian yang cuma fokus pada kualitas bawaan, seperti pintar atau hebat.
Jadi, alih-alih mengatakan pujian yang hanya berfokus pada hasil akhir, coba katakan pujian yang menyoroti prosesnya. Misalnya, dengan mengatakan “Wah kamu udah bekerja keras ya untuk menyelesaikan ini!” atau “Ayah bangga melihat kamu terus mencoba meskipun ini sulit”.
2. Libatkan anak dalam proses perencanaan, persiapan, dan pengerjaan

Sering kali kita sebagai orang tua enggan melibatkan anak dalam proses perencanaan maupun persiapaan. Kita merasa melibatkan anak akan merepotkan. Ketika anak memiliki proyek sekolah membuat kostum, misalnya. Orang tua kerap kali mengerjakan proyek tersebut seorang diri tanpa mengikutsertakan anak dalam pengerjaannya.
Jika situasinya memungkinkan, akan lebih baik membuat anak turut serta dalam proses pengerjaan. Orang tua dan anak bisa berdiskusi kostum apa yang akan mereka buat, apa saja alat dan bahan yang mereka butuhkan, dan mungkin berdiskusi pula tentang pembagian tugas. Keterlibatan dalam perencanaan sampai pengerjaan mampu memberikan gambaran kepada anak mengenai keseluruhan proses. Dengan begitu, anak belajar mengenai manajemen waktu, urutan yang benar, dan pentingnya persiapan.
3. Beri pemahaman pada anak bahwa kegagalan dan kesalahan adalah peluang untuk berkembang dan belajar

Suatu hal yang gak dianjurkan ialah ketika kamu selaku orang tua terlalu menuntut anak untuk mencapai peringkat teratas, menuntut mereka untuk menjadi yang terbaik. Saat kamu terlalu menekannya dan anak terbiasa menjadi juara, anak jadi gak berani mengambil risiko. Anak pun merasa asing dengan kegagalan sehingga saat mereka mengalaminya, mereka bisa sangat frustasi, cemas berlebihan, dan sulit untuk kembali bangkit. Sebab, mereka punya pemahaman bahwa kegagalan adalah tanda bahwa mereka gak cukup baik.
Maka, saat anak gagal, alih-alih fokus pada kesalahannya atau memarahinya karena gak bisa melakukan yang terbaik, arahkan perhatian pada apa yang bisa dipelajari dari situasi tersebut. Tanamkan pemahaman pada anak bahwa kegagalan adalah peluang untuk berkembang. Ajak anak berani mencoba tanpa takut gagal.
4. Libatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga

Melibatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga secara gak langsung mengajarkan mereka akan pentingnya proses loh. Beberapa dari kita mungkin enggan melibatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga karena alasan anak masih kecil. Padahal, justru di usia dinilah waktu yang tepat untuk menanamkan kebiasaan baik dan tanggung jawab.
Dilansir laman Sekolah Parenting Harum, beberapa manfaat keterlibatan anak dalam pekerjaan rumah tangga adalah membangun disiplin dan rutinitas, menguatkan bonding antaranggota keluarga, dan pendidikan nilai-nilai hidup. Pekerjaan rumah tangga memberikan kesempatan bagi kamu selaku orang tua untuk menanamkan nilai-nilai hidup pada anak. Nilai-nilai tersebut seperti kerja keras dan rasa hormat terhadap lingkungan tempat tinggal. Saat anak terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah, mereka memahami bahwa setiap anggota keluarga punya peran penting dalam menjaga kenyamanan bersama.
5. Menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari

Anak itu peniru yang andal. Untuk membuat anak paham proses, gak cuma hasil, kamu bisa mencontohkan pola pikir dan perilaku pentingnya proses dalam kehidupan sehari-harimu. Tunjukkan pada anak pentingnya proses melalui ucapan maupun tindakan yang bisa anak sadari.
Contohnya, kamu bisa berbagi cerita pada anak tentang hobimu dan bagaimana kamu melatih hobi itu. Kamu juga bisa berbagi cerita pada anak tentang pengalaman kamu meraih sesuatu yang kamu inginkan. Komunikasikan secara jujur dan terbuka pada anak tanpa embel-embel apa pun atau didramatisasi. Hal-hal semacam ini menunjukkan pada anak bahwa proses merupakan bagian tak terhindarkan dalam mencapai tujuan dan keberhasilan bukan hanya tentang hasil yang sempurna, melainkan keberanian untuk mencoba dan terus belajar.
Apakah kamu sudah terbiasa menerapkan tips tersebut? Menanamkan pemahaman kepada anak memang memerlukan waktu, gak instan ya. Namun, percayalah pola pikir positif yang kamu tanamkan merupakan fondasi yang kuat bagi mereka dalam menjalani kehidupan.