6 Tips Menyiapkan Mental Anak yang Baru Mau Sekolah, Cegah Kecemasan

Bersekolah akan menjadi pengalaman baru buat anak. Terutama bagi anak yang hendak masuk TK. Namun, sebagian anak yang sudah lulus TK juga bisa belum siap buat masuk SD. Apalagi nanti saat ia mulai mengikuti pelajaran yang berbeda sekali dari taman kanak-kanak.
Murid sekolah dituntut untuk lebih berkonsentrasi di kelas. Lain dengan anak TK yang masih lebih banyak bermainnya. Oleh sebab itu, sering terjadi drama di minggu pertama anak bersekolah.
Baik di sekolah maupun di rumah, anak selalu rewel. Ia ingin menolak gagasan pergi ke sekolah. Orangtua bisa pusing tujuh keliling menghadapi perilaku anak. Ini sebabnya mental anak perlu disiapkan sejak jauh-jauh hari. Mumpung sekolah belum dimulai, lakukan enam tips ini.
1. Sounding terus tentang rutinitas barunya nanti

Anak yang sama sekali belum pernah bersekolah bakal kaget kalau tahu-tahu harus bangun pagi, segera sarapan, diantar ke sekolah, lalu bertahan di sana sampai beberapa jam kemudian. Ia bisa mendadak tantrum akibat rasa bingung yang menguasainya. Dalam hal apa pun, anak butuh persiapan yang lebih panjang daripada orang dewasa.
Proses adaptasinya dengan rutinitas serta lingkungan baru juga lebih lambat. Maka dari itu, sebelum pendaftaran sekolah pun anak sudah harus sering diajak membicarakan kegiatan sehari-harinya nanti. Beri tahu anak bahwa tak lama lagi dia bakal pergi ke sekolah setiap hari. Anak mesti tidur malam tepat waktu agar dapat bangun pagi, rajin belajar, dan seterusnya.
2. Jelaskan manfaat bersekolah

Anak butuh diberi tahu serta diyakinkan bahwa sekolah sangat penting untuk dirinya. Bukan sekolah cuma penting buat orangtua. Meski pemahaman anak masih terbatas, dia akan berusaha merekam sugesti yang diberikan olehmu.
Misalnya, manfaat sekolah adalah agar anak dapat belajar membaca dan berhitung. Katakan bahwa kamu bisa saja mengajari anak di rumah, tetapi guru di sekolah mampu melakukannya dengan lebih baik. Belum lagi pelajaran-pelajaran lain yang penting untuk anak dapat mencapai cita-citanya.
Kalau anak tidak bersekolah, cita-cita gak akan terwujud. Buat anak tertarik bahkan jatuh cinta dengan kegiatan bersekolah walaupun proses belajar dan mengajar belum dimulai. Ini sangat membantu anak bersemangat sejak hari pertama sekolah nanti.
3. Gambarkan sekolah secara positif

Anak yang punya kakak dan sering ikut mengantar serta menjemputnya lebih familier dengan sekolah. Biasanya anak kedua dan seterusnya gak terlalu sulit buat memulai rutinitas barunya sebagai murid. Namun, anak yang sama sekali tak pernah menginjakkan kedua kakinya di sekolah lebih mudah cemas.
Ia tidak tahu sekolah merupakan tempat yang seperti apa. Apa saja yang ada di sana? Apakah orang dewasa dan anak-anak yang ada di sekolah bakal baik padanya? Berikan gambaran tentang sekolah secara positif. Seperti sekolah itu punya bangunan yang menarik dan baru.
Lapangannya besar sehingga anak dapat puas memakainya di jam olahraga. Ada guru yang baik hati dan siap membantu siswa dalam belajar. Juga lebih banyak teman daripada di sekitar rumah.
4. Tapi beri tahu juga cara mengatasi hal-hal buruk

Meski orangtua perlu memompa semangat anak untuk bersekolah, hindari hanya kasih gambaran yang positif. Pasalnya, hal-hal yang kurang menyenangkan juga bisa terjadi di sekolah. Apalagi anak masih siswa baru sehingga belum terbiasa dengan lingkungan tersebut.
Sampaikan pada anak bahwa jika ada murid lain yang mengganggunya, jangan ragu buat melaporkannya pada guru. Baik dia teman sekelas atau kakak kelasnya, lakukan hal yang sama. Jangan lupa, soal ke kamar mandi pun dapat menjadi hal menakutkan buat anak.
Katakan padanya untuk mengajak teman apabila ingin kencing, tetapi tidak berani ke toilet sendirian. Jangan sampai anak merasa gak nyaman sepanjang pelajaran bahkan kencing di celana. Demikian pula saat anak ditanya guru dan tidak tahu jawabannya, tak perlu menangis. Ia cukup jujur saja.
5. Bantu anak berkenalan dengan teman

Beruntung sekali apabila dalam proses pendaftaran sekolah ternyata ada anak tetangga yang juga akan bersekolah di sana. Ini artinya, anakmu lebih cepat punya teman. Kalaupun tidak, nanti ketika hari pertama masuk sekolah kamu mesti membantu anak berkenalan dengan teman-temannya.
Khususnya bila anakmu pemalu. Tanpa bantuanmu, ia bakal diam saja sepanjang di kelas. Suatu saat nanti dia memang akan berteman juga dengan anak-anak lain. Namun, prosesnya terlalu lama. Bisa-bisa anak keburu menganggap sekolah tidak menyenangkan.
Dapat pula ia mengambil kesimpulan keliru, seperti tak seorang pun mau berkawan dengannya. Akan tetapi, dalam usahamu mengenalkan anak pada teman-temannya jangan terkesan membebani mereka buat menjaga anakmu. Tidak ada babysitter di sini. Mereka setara dan hanya perlu berteman biasa.
6. Titipkan anak pada guru atau wali kelasnya

Orang yang paling tepat buat dititipi anak bukan teman-temannya, melainkan guru atau wali kelasnya. Tentu pada dasarnya dengan orangtua mendaftarkan anak ke suatu sekolah, mereka telah menitipkan anak pada seluruh pengajar dan karyawan di sana. Namun, penegasan ini tetap penting supaya anak lebih tenang saat mendengarnya.
Pastinya, sampaikan hal tersebut pada guru atau wali kelasnya secara wajar. Jangan berlebihan sehingga seolah-olah kamu malah mengancam mereka seandainya terjadi masalah sekecil apa pun pada anakmu. Setelah dirimu mengatakan titip anak pada guru atau wali kelasnya, beri tahu anak agar memberi tahu mereka bila ada persoalan.
Bersekolah dapat terasa menakutkan bagi anak. Dengan orangtua mempersiapkan mental anak, semoga ia bisa melalui masa adaptasi dengan lebih baik. Jangan sampai di minggu pertama saja anak sudah mogok sekolah.