Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Alasan Seseorang Gak Bisa Akrab Sama Orangtuanya

ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/SHVETS Production)
Intinya sih...
  • Memiliki hubungan yang harmonis dengan orangtua merupakan anugerah langka
  • Keterikatan emosi yang kuat terbentuk sejak kecil melalui perlakuan kasih sayang dan dukungan terbaik
  • Dinamika kehidupan dewasa dapat membuat seseorang menjaga jarak dengan orangtua karena kurangnya pengertian dan restu

Masih memiliki kesempatan untuk hidup dengan kedua orangtua hingga waktu yang lama merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya. Meski sungguh bersyukur, tetapi pada kenyataannya tidak semua orang bisa menjalin hubungan yang akrab dengan ibu dan bapaknya. Mereka seolah menghadapi suatu penghalang yang menghambat untuk mencurahkan segala isi hati dan mengekspresikan kasih sayang sebebas-bebasnya.

Tidak dapat dimungkiri bahwa terkadang terbesit rasa iri dalam hati tatkala melihat orang lain yang bisa begitu dekat dengan kedua orangtuanya dan dapat leluasa untuk membicarakan apa saja tanpa rasa khawatir, seolah sedang berinteraksi dengan sahabat sendiri. Namun demikian, sebenarnya apa sih yang membuat seseorang tidak memiliki hubungan yang akrab dengan orangtua? Simak beberapa alasannya berikut ini.

1.Tidak terbiasa dengan hubungan yang dekat dan hangat

ilustrasi ibu dan anak perempuannya yang sedang memasak bersama (pexels.com/Elina Fairytale)

Mereka yang saat ini memiliki hubungan yang begitu harmonis dengan kedua orangtuanya kebanyakan memang dibesarkan dalam suasana yang demikian. Sejak kecil, ibu dan bapaknya sudah terbiasa mengungkapkan kasih sayang dengan sebaik-baiknya, memberikan kebebasan untuk datang kepada mereka dan menceritakan segala perasaan, serta terus menyampaikan dukungan terbaik bagi buah hati. Melalui perlakuan seperti itu, seorang anak tentu akan memiliki keterikatan emosi yang kuat dengan orangtuanya.

Oleh sebab itu, rasanya dapat dipahami bahwa saat ada orang yang tidak memiliki hubungan yang dekat dan hangat dengan kedua orangtuanya, memang dia tidak terbiasa dengan situasi semacam itu. Namun demikian, bukan berarti orang itu tidak sayang pada ibu dan bapaknya. Dia hanya membatasi interaksi dengan bercerita tentang hal-hal yang umum saja, bukan mengenai perasaan atau masalah yang dihadapi.

2.Orangtuanya bukan tipe pendengar yang baik

ilustrasi seorang pria yang sedang marah (pexels.com/Joshua Santos)

Seiring tumbuh dewasa, seseorang tentu akan menghadapi dinamika kehidupan yang beragam. Mulai menemui tantangan besar dalam berkarier, berhadapan dengan orang-orang yang tidak sejalan, hingga mengalami permasalahan dengan pasangan, semua itu bisa menjadikan pikiran kacau. Sebagian orang cukup beruntung bisa menceritakan segala keluh kesah tersebut pada orangtuanya dan berhasil mendapatkan petunjuk untuk mencari jalan keluar.

Sayangnya, tidak semua orangtua merupakan tipe pendengar yang baik. Banyak yang senang memotong pembicaraan dan menghakimi anaknya saat mengambil pilihan yang berbeda dari mereka. Tindakan semacam ini tentu membuat anak merasa tidak dimengerti oleh orang-orang terdekatnya tersebut. Hasilnya, seseorang memilih untuk menjaga jarak dengan kedua orangtuanya untuk menghindari rasa sakit hati yang berlebihan.

3.Orangtuanya sering memaksakan kehendak

ilustrasi menasihati anak (pexels.com/Kindel Media)

Ketika seseorang sudah memasuki usia dewasa, dia mulai bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Orang tersebut semakin mahir mencari cara untuk mewujudkan cita-cita, membangun kehidupan sesuai dengan keinginan, dan meraih lebih banyak pencapaian positif demi masa depan yang menjanjikan. Sayangnya, terkadang segala harapan tersebut sulit diwujudkan karena terhalang restu dari orangtua.

Tidak dapat dimungkiri bahwa orangtua memang sudah menjalani hidup lebih dulu dan memiliki pengalaman yang banyak dibandingkan dengan anaknya. Oleh sebab itu, banyak dari mereka yang senang memaksakan kehendak pribadi kepada buah hatinya. Sebenarnya tujuannya baik, tetapi tentu tidak semuanya tepat untuk dilaksanakan. Jika keadaan ini tidak segera dievaluasi, maka sering kali membuat hubungan orangtua dan anak menjadi kurang harmonis. Sayang banget, kan?

Diperlukan kesadaran dari kedua belah pihak, baik orangtua dan anak, dalam menyikapi hubungan yang tidak akrab diantara mereka. Semuanya harus belajar untuk saling memahami dan memberikan perlakuan terbaik sesuai dengan porsinya. Dengan begini, diharapkan semakin banyak keluarga yang punya interaksi hangat dan dekat. Bukankah yang seperti ini sungguh mendamaikan hati?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us