Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Seorang Ayah Bisa Terkena Baby Blues? Simak Faktanya

ilustrasi ayah dan bayinya (unsplash.com/Jimmy Conover)
Intinya sih...
  • Baby blues tidak hanya dialami oleh ibu pasca melahirkan, tetapi juga bisa terjadi pada seorang ayah baru
  • Perubahan pola hidup yang tiba-tiba dapat memicu gejala emosional pada ayah baru, seperti kurang tidur dan tekanan ekonomi
  • Kesadaran terkait baby blues pada ayah masih rendah, namun dukungan sosial dan penanganan dini sangat penting untuk menjaga kesehatan mentalnya

Selama ini baby blues mungkin lebih sering dikaitkan pada ibu yang baru saja melahirkan, sebab adanya perubahan hormon secara drastis, terkena kelelahan fisik, hingga tekanan mental dalam menghadapi peran barunya sebagai orangtua. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa sebetulnya kondisi serupa bisa saja dialami oleh seorang ayah, khususnya pada saat ia merasa tertekan cemas atau tidak mampu dalam memenuhi berbagai ekspektasi terkait tanggung jawab barunya.

Perubahan pola hidup yang datang secara tiba-tiba justru akan memicu adanya gejala emosional bagi para ayah yang baru saja memiliki anak, apalagi jika didukung dengan kurang tidur hingga tekanan ekonomi. Meski tidak melibatkan perubahan hormon seperti pada ibu, ternyata ada fakta berikut ini yang menunjukkan bahwa seorang ayah juga bisa terkena baby blues.

1. Baby blues bisa terjadi pada ayah, meski tidak mengalami perubahan hormon

ilustrasi ayah dan bayinya (unsplash.com/Robert Bussey)

Meski seorang ayah tidak mengalami proses biologis melahirkan, namun tetap bisa mengalami adanya gejolak emosi yang terjadi secara intens akibat kurang tidur, stres, hingga tekanan tanggung jawab. Kondisi ini seringkali disebut sebagai Paternal Postnatal Depression (PPND) dan bisa saja memengaruhi hingga 1 dari 10 ayah baru.

Gejala yang dialami sebetulnya mirip seperti yang terjadi pada ibu, seperti cepat marah, rasa sedih yang berlebihan, hingga perasaan tidak mampu menjadi seorang ayah yang baik. Sayangnya akibat kurangnya kesadaran terkait baby blues pada ayah justru banyak yang tidak mengenali kondisi ini dan pada akhirnya dibiarkan berlarut-larut tanpa penanganan.

2. Kurangnya dukungan sosial dan emosional

ilustrasi orangtua dan bayi (pexels.com/Laura Garcia)

Seorang ayah yang tidak memiliki tempat untuk mencurahkan isi hati ternyata akan rentan mengalami tekanan batin yang cukup berat. Perubahan dinamika yang terjadi pada rumah tangga setelah kelahiran anak biasa saja membuat seorang ayah merasa tersingkir atau pun diabaikan secara emosional.

Pada saat komunikasi dengan pasangan tidak berjalan dengan lancar atau pun kondisi lingkungan sekitar tidak memberikan ruang yang memadai untuk menyampaikan perasaan, maka gejala baby blues bisa saja muncul dan berkembang. Tidak heran apabila dukungan sosial dari pasangan keluarga hingga orang-orang yang ada di sekitar tentu merupakan hal penting agar bisa menjaga kesehatan mental dari seorang ayah.

3. Tekanan ekonomi dan tanggung jawab baru

ilustrasi ayah dan bayinya (unsplash.com/Nubelson Fernandes)

Seorang ayah biasanya akan merasa terbebani dengan tanggung jawab finansial apabila hadir anggota keluarga baru, apalagi jika kondisi keuangan yang dimilikinya tidak stabil. Ketakutan untuk tidak mampu memberikan yang terbaik bagi anak dan keluarga bisa saja menimbulkan adanya kecemasan berlebih, bahkan tekanan emosional yang berat.

Perasaan tertekan dapat semakin diperparah oleh ekspektasi sosial terhadap peran maskulin dari seorang ayah yang dianggap harus kuat dan tidak boleh terlihat lemah di hadapan keluarganya. Hal ini justru membuat lebih banyak ayah cenderung enggan mengungkapkan rasa sedihnya dan pada akhirnya menumpuk emosi dalam diam, serta memicu adanya gangguan psikologis.

4. Baby blues pada ayah bisa menimbulkan dampak jangka panjang

ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/Anete Lusina)

Jika tidak dikenali dan diatasi sejak awal ternyata baby blues pada ayah justru bisa semakin berkembang menjadi potensi depresi yang lebih serius, bahkan mengganggu kualitas hubungan dengan pasangan. Kondisi ini dapat menyebabkan ayah menjadi kurang terlibat dalam proses pengasuhan, bahkan berdampak terhadap perkembangan emosional anak.

Tidak heran apabila sangat penting untuk selalu memberikan ruang bagi ayah dalam berbicara, memeroleh istirahat yang cukup, hingga merasakan dukungan dari pasangan dan juga lingkungan. Kesehatan mental yang dimiliki ayah harus terjaga dengan baik untuk menunjang keharmonisan keluarga dan juga perkembangan anak yang sehat secara emosional.

Baby blues bukanlah kondisi yang hanya dialami oleh ibu, namun juga bisa terjadi pada seorang ayah yang baru beradaptasi dengan peran barunya. Oleh sebab itu, berikan dukungan emosional yang memadai dan jangan ragu untuk bercerita dengan orang yang dipercaya agar bisa lebih didengarkan, serta tidak mudah mengalami tekanan emosional. Peran ayah yang baik menuntut kondisi emosional yang sehat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us