5 Bahaya Pola Asuh Permisif pada Tumbuh Kembang Anak, Bisa Jadi Manja!

- Anak jadi kurang disiplin diri karena tumbuh tanpa aturan yang jelas dan sulit mengatur waktu dengan baik.
- Keterampilan sosialnya jadi lemah karena jarang belajar memahami perasaan orang lain dan sulit bekerja sama dalam kelompok.
- Anak berpotensi berperilaku tidak bertanggung jawab karena sulit membedakan mana yang benar dan salah serta sering menyalahkan orang lain.
Sebagai orangtua, tentu kamu ingin anakmu tumbuh dengan bahagia. Oleh karena itu, banyak orangtua memilih pola asuh permisif untuk membesarkan anaknya. Pola asuh permisif sendiri merupakan pola asuh yang memberikan kebebasan penuh pada anak, jarang memberi aturan, dan sering menuruti keinginan anak.
Sekilas, pola asuh ini terdengar menyenangkan, ya, karena anak bisa bebas berekspresi. Tapi sayangnya, kebebasan yang tanpa batas ini justru bisa membawa dampak buruk, lho. Kalau orangtua memberikan pola asuh ini pada anak, berikut beberapa dampak negatifnya.
1. Anak jadi kurang disiplin diri

Anak yang tumbuh dengan pola asuh permisif akan tumbuh tanpa aturan yang jelas sehingga mereka cenderung mengabaikan hal-hal penting dalam kesehariannya. Rutinitas seperti belajar, tidur tepat waktu, atau menjaga kebersihan diri pun sering tidak dijalankan. Anak lebih memilih melakukan sesuatu hanya saat mereka mau. Mereka belum menyadari bahwa ada kewajiban yang harus dipenuhi secara konsisten.
Kebiasaan seperti ini membuat anak kurang disiplin. Mereka sulit mengatur waktu dengan baik dan mudah menunda pekerjaan. Jika kebiasaan tersebut terus terbawa hingga usia remaja, dampaknya akan semakin besar, lho. Anak bisa merasa kewalahan saat harus menghadapi tanggung jawab yang lebih berat.
2. Keterampilan sosialnya jadi lemah

Orangtua dengan pola asuh permisif biasanya selalu menuruti kemauan anaknya. Mereka jarang memberikan batasan atau aturan yang jelas. Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa belajar memahami perasaan orang lain. Anak juga kurang dilatih untuk berkompromi ketika keinginannya tidak terpenuhi.
Jadi ketika anak bergaul dengan teman sebayanya, anak bisa terlihat egois dan ingin selalu menang sendiri. Anak cenderung mudah marah jika permintaannya ditolak. Selain itu, anak juga bisa kesulitan bekerja sama dalam kelompok. Jika hal ini dibiarkan, keterampilan sosial yang lemah ini akan memengaruhi hubungan anak di masa depan, baik dalam pertemanan maupun dunia kerjanya, lho!
3. Anak berpotensi berperilaku tidak bertanggung jawab

Anak yang tumbuh tanpa aturan yang jelas sering kali tidak memahami konsekuensi dari perbuatannya. Mereka sulit membedakan mana yang benar dan salah. Saat melakukan kesalahan, anak cenderung memilih untuk menghindar. Tidak jarang mereka juga menyalahkan orang lain agar terbebas dari tanggung jawab.
Kebiasaan ini membuat anak menjadi sulit dipercaya oleh orang di sekitarnya. Di sekolah, teman maupun gurunya bisa merasa kecewa dengan sikapnya. Dalam pergaulan sosial pun, anak bisa dianggap tidak bisa diandalkan. Jika terbawa hingga dewasa, perilaku tidak bertanggung jawab ini dapat merusak hubungan kerja, pertemanan, bahkan rumah tangganya.
4. Anak jadi mudah cemas dan tidak tahan kritik

Kasih sayang yang diberikan orangtua tanpa aturan akan membuat anak jarang mendengar kata “tidak”. Anak jadi tidak terbiasa menghadapi penolakan dalam kehidupannya. Akibatnya, ketika di sekolah ada kritik dari gurunya, anak bisa langsung merasa tidak nyaman. Begitu juga saat berinteraksi dengan teman-temannya, sedikit masalah saja bisa membuat anak merasa tertekan.
Dalam kondisi seperti itu, anak mudah stres dan panik karena tidak tahu cara menghadapinya. Rasa percaya diri anak juga perlahan berkurang. Hal ini bisa menimbulkan sifat cemas yang berlebihan di kemudian hari, lho. Anak pun menjadi pribadi yang rentan saat menghadapi tekanan maupun kegagalan.
5. Anak juga akan kesulitan dalam membuat keputusan penting

Pola asuh permisif ini membuat anak jarang berlatih mengambil keputusan yang bijak. Anak lebih sering memilih sesuatu hanya karena keinginan sesaat. Akibatnya, anak tidak terbiasa mempertimbangkan risiko atau konsekuensi dari pilihan yang dibuat. Kebiasaan ini bisa terus terbawa sampai anak tumbuh dewasa.
Ketika anak sudah dewasa, anak akan kesulitan menentukan pilihan penting dalam hidupnya. Misalnya, anak akan kebingungan memilih jurusan kuliah yang tepat untuknya. Begitu juga ketika harus memutuskan pekerjaan atau mengatur keuangan pribadi. Kondisi ini tentu bisa menghambat kemandirian anak dalam menghadapi kehidupannya sehari-hari.
Pola asuh permisif memang membuat anak merasa bebas dan dekat dengan orangtua. Namun, kebebasan tanpa batas justru bisa merugikan tumbuh kembang anak, baik dari sisi fisik, emosional, maupun sosial, lho.
Maka dari itu, sebagai orangtua, kamu perlu menemukan keseimbangan antara kasih sayang dan aturan dalam mengasuh anak, ya. Dengan begitu, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang sehat, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan hidupnya di masa depan.