Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Ciri Umum Anak dengan ADHD yang Sering Tak Disadari Orangtua

Ilustrasi anak kecil bermain dengan aktif
Ilustrasi anak kecil bermain dengan aktif 9pexels.com/Danik Prihodko)
Intinya sih...
  • Sulit fokus pada satu kegiatan, butuh strategi belajar interaktif
  • Sering bertindak tanpa pikir panjang, perlu dukungan positif untuk mengontrol tindakan
  • Mudah teralihkan oleh hal kecil, ciptakan lingkungan belajar yang tenang dan minim distraksi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak orang tua yang mengira anak yang sulit diam hanyalah sedang aktif atau “berenergi tinggi”. Padahal, bisa jadi mereka menunjukkan gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Kondisi ini sering luput dari perhatian karena perilakunya tampak seperti anak-anak pada umumnya yang penuh semangat dan rasa ingin tahu.

Pernah merasa anakmu terlalu aktif atau susah fokus meski sudah diingatkan berkali-kali? Hati-hati, bisa jadi itu bukan sekadar sifat bawaan, tapi tanda ADHD yang sering luput disadari. Yuk, coba lebih peka dan kenali gejalanya sejak dini agar anak bisa tumbuh dengan dukungan yang tepat.

1. Sulit fokus pada satu kegiatan

Ilustrasi anak tidak fokus saat pembelajaran di kelas
Ilustrasi anak tidak fokus saat pembelajaran di kelas (pexels.com/Max Fischer)

Anak ADHD sering kali berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain tanpa menyelesaikannya. Misalnya, mereka baru menggambar sebentar lalu langsung beralih bermain balok, padahal gambarnya belum selesai. Hal ini bukan karena malas, tetapi karena otak mereka cepat bosan dan mencari rangsangan baru.

Di sekolah, kondisi ini bisa terlihat saat anak tidak menyimak guru dengan penuh perhatian atau tampak melamun di tengah pelajaran. Orang tua perlu memahami bahwa ini bukan bentuk ketidakpatuhan, melainkan gejala yang perlu disikapi dengan strategi belajar yang lebih interaktif.

2. Sering bertindak tanpa pikir panjang

Ilustrasi anak merebut mainan temannya
Ilustrasi anak merebut mainan temannya (pexels.com/cottonbro studio)

Impulsivitas adalah salah satu tanda paling jelas dari ADHD. Anak sering berbicara di luar giliran, berlari di tempat yang tidak seharusnya, atau mengambil barang tanpa izin. Perilaku ini bukan karena mereka tidak tahu aturan, tapi karena sulit menahan dorongan dalam diri.

Orang tua kadang salah menilai hal ini sebagai sikap tidak sopan. Padahal, mereka butuh latihan dan bimbingan agar bisa mengontrol tindakan. Dukungan positif jauh lebih efektif dibandingkan teguran keras dalam menghadapi perilaku impulsif ini.

3. Mudah teralihkan oleh hal kecil

Ilustrasi anak sedang belajar dengan boneka di sampingnya.
Ilustrasi anak sedang belajar dengan boneka di sampingnya. (pexels.com/cottonbro studio)

Bunyi TV, suara kendaraan lewat, atau bahkan gerakan kecil bisa langsung mengalihkan perhatian anak ADHD. Fokus mereka sangat mudah berpindah, membuat aktivitas sederhana seperti mengerjakan PR menjadi tantangan besar. Ini sering membuat orang tua frustrasi karena harus terus mengingatkan.

Namun, penting untuk diingat bahwa anak-anak ini tidak bermaksud mengabaikan tugasnya. Otak mereka bekerja dengan cara yang berbeda dalam mengatur fokus dan konsentrasi. Ciptakan lingkungan belajar yang tenang dan minim distraksi agar mereka lebih mudah berkonsentrasi.

4. Sulit mengatur waktu dan barang

Ilustrasi anak dengan meja belajar yang berantakan.
Ilustrasi anak dengan meja belajar yang berantakan. (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Bagi anak ADHD, mengatur jadwal harian atau menjaga kerapian bukan hal mudah. Mereka sering lupa membawa perlengkapan sekolah, menunda pekerjaan rumah, atau meninggalkan barang di sembarang tempat. Ini bukan karena tidak peduli, tapi karena fungsi eksekutif otaknya bekerja lebih lambat.

Orang tua bisa membantu dengan membuat rutinitas yang jelas dan visual. Gunakan tabel kegiatan harian atau alarm pengingat agar anak lebih mudah memahami urutan tugas. Pendekatan konsisten akan membantu mereka membangun kebiasaan positif.

5. Emosi yang meledak-ledak

Ilustrasi anak kecil yang tampak emosi
Ilustrasi anak kecil yang tampak emosi (pexels.com/mohamed abdelghaffar)

Anak dengan ADHD cenderung memiliki emosi yang lebih intens. Mereka bisa tertawa terbahak-bahak dalam satu momen, lalu marah besar hanya karena hal kecil di momen berikutnya. Pergeseran emosi yang cepat ini sering membuat orang tua kebingungan menghadapi reaksi anak.

Kuncinya adalah kesabaran dan empati. Saat emosi anak memuncak, bantu mereka menenangkan diri tanpa menghakimi. Ajarkan cara sederhana seperti menarik napas dalam-dalam atau menjauh sejenak saat marah agar perlahan mereka bisa mengelola emosinya.

6. Sering melamun

Ilustrasi anak sedang melamun
Ilustrasi anak sedang melamun (pexels.com/Mikhail Nilov)

Meski ADHD sering dikaitkan dengan perilaku hiperaktif, beberapa anak justru tampak diam dan sering melamun. Mereka terlihat “berada di dunia sendiri” padahal sedang berusaha memusatkan perhatian. Jenis ADHD ini disebut tipe inatentif, dan sering kali tidak terdeteksi sejak dini.

Anak dengan tipe ini sering tertinggal di sekolah karena dianggap kurang memperhatikan pelajaran. Padahal, perhatian mereka mudah terlepas dan sulit kembali tanpa rangsangan yang menarik. Guru dan orang tua perlu mengenali hal ini agar anak tidak dicap malas.

7. Kesulitan menjalin interaksi sosial

Ilustrasi anak bermain sendiri di taman
Ilustrasi anak bermain sendiri di taman (pexels.com/Tuấn Kiệt Jr)

Anak ADHD kadang sulit membaca ekspresi atau memahami aturan sosial yang tidak tertulis. Mereka bisa tampak mendominasi permainan, memotong pembicaraan teman, atau tidak menyadari saat orang lain merasa terganggu. Hal ini bisa membuat mereka dijauhi tanpa mengerti sebabnya.

Pendampingan sangat penting agar anak bisa belajar memahami perasaan orang lain. Ajak mereka bermain peran untuk mengenali emosi, atau beri contoh nyata dalam keseharian. Saat anak merasa diterima, kepercayaan dirinya akan tumbuh lebih baik.

Menemani anak dengan ADHD memang tidak selalu mudah, tapi setiap usaha orang tua berarti besar bagi perkembangannya. Alih-alih menuntut mereka untuk “menjadi tenang”, cobalah memahami cara unik mereka dalam belajar dan bereaksi terhadap dunia. Dengan kasih sayang dan pendampingan yang sabar, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, bahagia, dan mampu mengelola dirinya dengan lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Kursus Online Paling Berguna untuk Bangun Bisnis Sendiri

02 Nov 2025, 23:01 WIBLife