Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Obat ADHD Bisa Tingkatkan Tekanan Darah, tapi Tetap Aman

obat-obatan (pexels.com/Anna Shvets)
obat-obatan (pexels.com/Anna Shvets)
Intinya sih...
  • Penelitian di The Lancet Psychiatry menemukan risiko kardiovaskular obat ADHD sangat minim, terutama dibandingkan dengan manfaatnya terhadap kesehatan mental pasien.
  • Studi melibatkan 102 uji coba kontrol acak dengan total 13.315 remaja dan 9.387 orang dewasa, serta membandingkan efek berbagai obat ADHD pada tekanan darah dan denyut nadi.
  • Penggunaan obat stimulan untuk ADHD berkaitan dengan peningkatan denyut nadi, tekanan darah, dan hasil rekaman EKG, namun pentingnya pemantauan medis selama pengobatan tetap ditekankan.

Obat-obatan yang biasa diresepkan untuk attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) selama ini kerap menuai kekhawatiran. Obat seperti methylphenidate, bupropion, dan lisdexamfetamine dikhawatirkan berdampak pada kesehatan jantung.  

Namun, penelitian yang dipublikasikan di The Lancet Psychiatry pada 6 April 2024 menunjukkan bahwa risiko kardiovaskular sangat minim. Tim peneliti internasional yang terlibat dalam studi ini menyatakan bahwa risiko yang ditemukan tidak sebanding dengan manfaat signifikan yang diberikan terhadap kesehatan mental pasien.

Temuan ini dinilai sebagai  angin segar, terutama di tengah meningkatnya jumlah diagnosis ADHD pada berbagai kelompok usia.

1. Metode penelitian

Ilustrasi penelitian (pixabay.com/u_qzc1eihxev)
Ilustrasi penelitian (pixabay.com/u_qzc1eihxev)

Dalam studi ini, para peneliti melakukan tinjauan sistematis dan analisis meta-jaringan dengan skala luas. Mereka mengumpulkan data dari 12 basis data elektronik ternama, termasuk Cochrane CENTRAL, Embase, PubMed, hingga WHO International Clinical Trials Registry Platform.

Ada total 102 uji coba kontrol acak dan melibatkan 13.315 remaja serta 9.387 orang dewasa. Proses pencarian dilakukan sejak awal berdirinya masing-masing database hingga 18 Januari 2024, mencakup uji klinis acak yang telah dipublikasikan maupun yang belum.

Fokus penelitian ini adalah membandingkan efek dari berbagai obat ADHD. Tujuan utamanya adalah menilai perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik (dalam satuan mmHg) serta denyut nadi (dalam hitungan detak per menit). Perubahan ini dilihat dalam tiga rentang waktu, yakni sekitar minggu ke-12, minggu ke-26, dan minggu ke-52 setelah penggunaan obat.

2. Berdampak pada kardiovaskular, tetapi efeknya minim

ilustrasi detak jantung (unsplash.com/Joshua Chehov)
ilustrasi detak jantung (unsplash.com/Joshua Chehov)

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penggunaan obat stimulan untuk ADHD memang berkaitan dengan sedikit peningkatan pada denyut nadi, tekanan darah, dan hasil rekaman EKG.

Peningkatan serupa juga tercatat pada pengguna obat golongan noradrenaline reuptake inhibitors, yang dikenal sebagai salah satu jenis antidepresan. Menariknya, kelompok obat ketiga, yaitu alpha agonist, justru menunjukkan efek sebaliknya dengan menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.

Meski obat-obatan ADHD cenderung memengaruhi indikator kesehatan jantung, tetapi para peneliti menegaskan bahwa pemantauan medis tetap menjadi kunci selama pengobatan. Studi ini kembali menegaskan pentingnya skrining faktor risiko jantung, termasuk riwayat penyakit jantung dalam keluarga, sebelum memulai terapi ADHD.

3. Perlu adanya studi terkait efek jangka panjang

ilustrasi studi penyakit jantung (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi studi penyakit jantung (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Salah satu tantangan utama dalam studi ini adalah minimnya data jangka panjang. Mayoritas uji klinis yang dianalisis hanya memantau pasien hingga 12 minggu, dan sangat sedikit yang melanjutkan pemantauan setelah 26 minggu.

Kondisi ini membuat para peneliti belum bisa sepenuhnya memastikan dampak penggunaan obat ADHD terhadap kesehatan jantung dalam jangka panjang.

Dalam artikel komentar yang terbit di The Lancet Psychiatry bersamaan dengan publikasi studi, seorang peneliti menyarankan langkah lanjutan berupa studi double-blind

Ia mengusulkan metode pemantauan yang lebih ketat, seperti pemeriksaan indikator kardiovaskular setiap jam selama satu hari penuh, yang diulang setiap enam bulan sekali.

Studi menemukan bahwa ada perubahan kecil pada indikator kesehatan jantung bagi orang yang mengonsumsi obat ADHD. Namun, manfaatnya terhadap kesehatan mental tetap jauh lebih besar, asalkan diimbangi dengan pemantauan medis.

Referensi

Farhat, Luis C et al. "Comparative cardiovascular safety of medications for attention-deficit hyperactivity disorder in children, adolescents, and adults: a systematic review and network meta-analysis" The Lancet Psychiatry, April 1, 2025. 
Pliszka, Steven R. “Cardiovascular Effects of ADHD Medications.” The Lancet Psychiatry, April 1, 2025.
"ADHD Drugs May Raise Blood Pressure and Pulse, but Effects Are Minimal". Diakses pada April 2025. Healthline

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Rifki Wuda
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us