5 Hal tentang Anak yang Membuat Hati Orangtua Hancur

Di matamu, orangtua barangkali sosok yang sangat tangguh. Dalam setiap persoalanmu, mereka hadir bahkan berdiri di depanmu untuk memberikan perlindungan. Namun, tahukah kamu bahwa hati orangtua juga dapat hancur berkeping-keping?
Kesedihan mereka yang mendalam barangkali tetap tidak terbaca olehmu. Puluhan tahun menjadi orangtua telah membuat mereka sangat mahir dalam bersandiwara di hadapanmu. Ingin tahu apa saja yang bisa bikin hati orangtua hancur lebur? Berikut daftarnya:
1. Merasa gagal memberikan kehidupan yang terbaik untuk anak

Percayalah, tidak ada orangtua yang ingin selamanya hidup miskin. Begitu pula bercerai dari ayah atau ibumu tak pernah menjadi cita-citanya. Akan tetapi, hidup kadang terlalu keras kepala untuk dilawannya.
Sekalipun mereka sudah bekerja keras demi menaikkan kesejahteraan keluarga, kemiskinan belum juga terangkat. Dampaknya, orangtua tidak bisa maksimal dalam memberikan pendidikan serta jaminan kesehatan. Meski mereka mengajarimu agar menerima keadaan dengan penuh syukur, sejatinya batin mereka juga meronta.
Demikian pula dengan perpisahan di antara orangtuamu. Walau mereka kerap cekcok dan perceraian menjadi keinginan bersama, mereka tetap merasa gagal menjadi figur orangtua yang baik buat kamu. Hal-hal yang dalam rumah tangga yang tak berjalan sesuai harapan dapat membuat mereka selalu menyalahkan diri.
2. Melihat anak sakit keras atau meninggal dunia

Ketika kamu kecil dan sedikit demam, orangtua sudah tidak mampu tidur. Rasanya mereka tak tahan melihat kamu gak bisa tidur nyenyak dan kehilangan nafsu makan. Apalagi ketika kamu sakit keras dan nyawamu dalam pertaruhan. Ingin rasanya orangtua menggantikan posisimu agar mereka saja yang menderita.
Jadi, dapat kamu bayangkan betapa hancurnya perasaan orangtua mana pun saat melihat anaknya terlebih dahulu menghadap Tuhan. Bila anak meninggal setelah sakit panjang, orangtua masih bisa sedikit lega karena kematian mengakhiri penderitaannya di dunia.
Akan tetapi seandainya anak meninggal karena pembunuhan misalnya, tak ada hati orangtua yang tidak hancur. Mereka akan terus mengejar pertanggungjawaban dari pelakunya dan bertanya-tanya apa kesalahan anaknya sampai mengalami kejadian seburuk itu.
3. Anak menderita dalam perkawinannya

Meski kamu menikah dengan pilihanmu sendiri, ini tidak mengurangi kepedihan yang dirasakan orangtua ketika mendengar pernikahanmu jauh dari bahagia. Kamu bahkan hanya merasa menderita selama berumah tangga.
Bagaimanapun, orangtua berpuluh-puluh tahun membesarkanmu dengan penuh kasih. Apa pun yang terjadi, mereka gak akan ikhlas melihat kamu disakiti oleh siapa saja. Inilah yang sering mendorong orangtua akhirnya mengintervensi rumah tangga anaknya.
Mereka ingin membuat sang menantu paham benar bahwa ia tidak boleh memperlakukan anaknya dengan sembarangan. Sebagian orangtua bahkan tanpa ragu meminta anaknya bercerai daripada terus menjadi bulan-bulanan pasangan.
4. Perbuatan anak di luar rumah jauh dari nilai-nilai yang selalu mereka tanamkan

Pernahkah kamu membayangkan hati orangtua dari para koruptor atau pelaku kejahatan lain? Terlepas dari perbuatan tercela anaknya, kamu barangkali perlu berempati pada perasaan orangtuanya. Mayoritas orangtua tak pernah mengajari anaknya hal-hal buruk.
Sejak anak kecil, orangtua tidak henti-hentinya menanamkan nilai-nilai moral. Jangankan mengambil uang negara, mengambil mainan teman pun telah membuat orangtua menghukum anak dan menasihatinya panjang lebar.
Akan tetapi di masa dewasa, berbagai godaan di luar sana ternyata mampu menghancurkan seluruh fondasi moral yang dibangun orangtua. Semua usahanya selama ini untuk mendidik anak menjadi pribadi yang baik bakal seketika terasa sia-sia belaka.
5. Anak merasa malu punya orangtua seperti mereka

Apakah ada anak yang tidak bangga dengan orangtuanya bahkan merasa malu? Tentu saja ada. Biasanya terkait dengan pekerjaan orangtua yang dinilai tidak keren oleh anak, kehidupan ekonomi keduanya yang pas-pasan, atau pendidikan mereka yang rendah.
Anak yang seperti ini cenderung menutupi identitas orangtuanya. Ketika mau tidak mau mereka sedang bersama di tempat umum, sikap anak amat menjaga jarak dari orangtua bahkan seakan-akan tidak kenal. Padahal sesukses apa pun seorang anak kelak, di situ pasti ada jerih payah orangtua dan doa-doa terbaik mereka.
Bila anak malu soal orangtuanya karena ulah mereka yang sering melanggar norma kesusilaan atau melakukan pelanggaran hukum berat, tentu masih tergolong manusiawi. Sebab anak sering kali juga ikut terkena sanksi sosial akibat perilaku orangtua. Namun di luar sebab tersebut, tak seharusnya anak merasa malu.
Sehancur apa pun hati orangtua, biasanya mereka akan menahannya agar banjir air mata tidak membuat anak ikut sedih atau menjadi panik. Sekarang kamu telah mengerti bahwa di balik ketegaran orangtua, boleh jadi hati mereka tengah remuk redam. Yuk, kasih pelukan buat orangtuamu.