5 Kesalahan Umum dalam Co-Parenting, Wajib Dihindari!

- Menggunakan anak sebagai alat perang untuk melawan pasangan yang sudah tidak lagi bersama
- Kurangnya komunikasi yang jelas dan konsisten antara kedua orang tua
- Mengabaikan rencana dan kesepakatan bersama terkait pembagian waktu atau tanggung jawab
Co-parenting adalah konsep yang sering kali terjebak dalam dilema emosional dan perbedaan pendapat antara dua individu yang dulunya berbagi kehidupan bersama. Namun, setelah perpisahan, bagaimana kita bisa tetap menjaga kepentingan anak di atas segalanya? Ternyata, dalam prakteknya, banyak orang tua yang tanpa sadar jatuh ke dalam perangkap kesalahan-kesalahan yang dapat mempengaruhi perkembangan anak dan hubungan antara orang tua. Apa saja kesalahan tersebut?
Dibawah ini, kita akan mengulas lima kesalahan umum yang sering terjadi dalam co-parenting yang perlu kita hindari. Sebuah perjalanan penuh tantangan, tetapi dengan wawasan yang tepat, kita bisa menghadapinya dengan bijaksana demi kebaikan anak-anak kita.
1. Menggunakan anak sebagai alat perang

Salah satu kesalahan besar yang sering terjadi dalam co-parenting adalah menggunakan anak sebagai “alat perang” untuk melawan pasangan yang sudah tidak lagi bersama. Ini mungkin tampak tidak langsung di mata orang lain, tetapi ketika kita mulai menyampaikan pesan-pesan negatif tentang pasangan kita kepada anak, kita sudah melibatkan mereka dalam konflik yang seharusnya tidak mereka pahami. Anak bisa merasakan ketegangan ini, dan tanpa disadari mereka menjadi terjebak di tengah perpecahan orang tuanya.
Tentu saja, kita merasa marah atau kecewa, tetapi anak tidak perlu membawa beban tersebut. Sebaiknya, fokus pada komunikasi yang terbuka dan jujur, tanpa menyudutkan pihak lain. Tunjukkan bahwa meskipun hubungan antara orang tua berubah, cinta kita kepada anak tetap tidak bergantung pada konflik apapun.
2. Kurangnya komunikasi yang jelas dan konsisten

Komunikasi yang buruk adalah salah satu masalah terbesar dalam co-parenting. Seringkali, orang tua terlalu sibuk dengan kehidupan pribadi mereka sehingga komunikasi tentang urusan anak menjadi terabaikan atau bahkan dipenuhi dengan ketegangan. Tanpa komunikasi yang baik, perbedaan pendapat antara orang tua bisa berkembang menjadi masalah besar yang mengganggu perkembangan anak.
Untuk menghindari hal ini, sangat penting bagi kedua orang tua untuk menjaga jalur komunikasi yang terbuka dan konsisten. Gunakan media komunikasi yang efektif seperti aplikasi pengatur jadwal atau pesan singkat yang dapat memperjelas pembicaraan. Dengan demikian, anak-anak akan merasakan keamanan karena mereka tahu bahwa orang tua mereka berkolaborasi dalam mendukung kebutuhan mereka.
3. Mengabaikan rencana dan kesepakatan bersama

Banyak orang tua yang berjanji akan membuat rencana bersama terkait pembagian waktu atau tanggung jawab, namun terkadang, janji tersebut hanya diucapkan tanpa pelaksanaan yang konsisten. Jika kita tidak melaksanakan rencana yang telah disepakati, anak akan merasa kebingungannya. Mereka tidak tahu apa yang diharapkan, dan justru ini bisa memperburuk perasaan mereka tentang situasi yang sedang berlangsung.
Penting untuk tetap berkomitmen pada rencana yang telah disepakati bersama, meski mungkin ada perubahan situasi atau tantangan lain yang datang. Rencana yang jelas memberikan kestabilan, dan anak akan merasa bahwa meskipun orang tua mereka tidak lagi bersama, mereka tetap memiliki struktur yang aman dan bisa diandalkan.
4. Menyembunyikan informasi yang penting

Salah satu kesalahan besar yang sering dilakukan dalam co-parenting adalah menyembunyikan informasi yang krusial mengenai anak. Baik itu terkait kesehatan, pendidikan, atau perkembangan emosional anak, setiap orang tua berhak mendapatkan informasi yang lengkap dan jelas. Ketika satu pihak memilih untuk menyembunyikan informasi penting atau tidak berbagi secara terbuka, ini bisa menimbulkan perasaan tidak adil, bahkan memicu konflik.
Untuk menghindari hal ini, penting bagi kita untuk selalu berbagi informasi yang relevan dengan pasangan co-parent kita. Berkomunikasilah secara transparan tentang apa yang terjadi pada anak, baik itu masalah kesehatan atau hal lain yang mempengaruhi mereka. Ini tidak hanya membantu menjaga hubungan yang sehat antar orang tua, tetapi juga memberikan anak rasa aman karena mereka tahu orang tuanya bekerja bersama demi kebaikan mereka.
5. Tidak menghormati batasan masing-masing

Setiap orang tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh anak, dan kita harus memahami bahwa meskipun kita tidak bersama lagi, hak dan peran orang tua lainnya tetap perlu dihormati. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah melanggar batasan-batasan yang telah disepakati, misalnya, muncul tanpa pemberitahuan sebelumnya atau mengintervensi keputusan yang diambil oleh orang tua lainnya tanpa alasan yang jelas.
Menghormati batasan adalah bentuk saling menghargai yang sangat penting dalam menjaga hubungan co-parenting yang sehat. Setiap orang tua berhak menentukan bagaimana mereka ingin mengasuh anak mereka, selama hal itu tidak membahayakan anak. Dengan saling menghormati, kita menciptakan ruang yang aman bagi anak untuk tumbuh tanpa rasa bingung atau tertekan.
Menjalani co-parenting memang tidak mudah, namun dengan kedewasaan dan kesadaran akan pentingnya kerjasama, kita bisa melewati setiap rintangan yang ada. Bukan tentang menang atau kalah, tetapi tentang bagaimana kita bisa memberi anak-anak kita kesempatan untuk tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih dan stabil. Jangan biarkan kesalahan-kesalahan ini merusak kesempatan tersebut. Dengan tekad yang kuat dan niat yang tulus, kita bisa menciptakan co-parenting yang penuh harapan, bukan hanya bagi kita, tetapi juga bagi masa depan anak-anak kita.


















