Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Legenda Rawa Pening Mulai dari Asal Usul hingga Pesan Moralnya

Rawa Pening (IDN Times/Dhana Kencana)

Rawa Pening merupakan salah satu danau yang letaknya di Jawa Tengah, Indonesia. Dibalik keindahannya sebagai destinasi wisata alam, ternyata Rawa Pening memiliki cerita yang menjelaskan asal usul danau tersebut. Cerita ini cukup melegenda dan diyakini oleh sebagian penduduk di Jawa Tengah.

Kalau kamu penasaran mengenailegenda munculnya Rawa Pening, langsung aja simak selengkapnya dalam artikel ini, ya! Keep scrolling.

1. Asal usul Rawa Pening

Ilustrasi orang membaca dongeng (unsplash/Annie Spratt)

Legenda ini menceritakan tentang kisah Baro Klinting yang merupakan seekor naga, anak dari Endang Sawitri, putri Kepala Desa Ngasem. Namun, akibat dari sebuah kutukan, Endang Sawitri harus mengandung dan melahirkan seorang anak yang berwujud naga, yakni Baro Klinting.

Diceritakan, Baro Klinting pergi ke Gunung Telomoyo untuk bertapa dengan tujuan untuk menghilangkan kutukannya tersebut, sehingga dapat pulih dari wujud naga dan menjadi anak manusia pada umumnya. Di sana Baro bertapa dengan cara melilitkan tubuh naganya sampai ke puncak Gunung Telomoyo. Namun sayangnya, datang sekumpulan warga Desa Pathok yang tengah berburu dan tidak melihat wujud keseluruhan Baro Klinting pada saat itu. Warga tersebut hanya melihat ekor Baro Klinting dan justru memotong-motong daging ekor Baro Klinting untuk dibawa kembali ke desa mereka.

Meskipun begitu, Baro Klinting tetap berhasil dalam pertapaan dan berubah wujud menjadi seorang anak manusia, namun tubuhnya justru dipenuhi dengan kudis yang berbau amis. Baro kemudian mendatangi warga desa dengan tujuan untuk meminta makan, tetapi kedatangannya tersebut ditolak oleh warga. Satu-satunya orang yang menerima dan memberinya makanan dan minuman adalah seorang nenek bernama Nyai Latung.

Naga yang berubah menjadi manusia ini merasa sakit hati terhadap sikap penduduk desa. Ia memutuskan untuk kembali ke kerumunan orang sombong di desa tersebut. Ketika sampai di kerumunan penduduk desa, Baro menancapkan lidi ke tanah, kemudian berteriak, "Siapa di antara kalian yang sombong yang bisa mencabut lidi ini?" Semua orang meremehkannya, namun anehnya tak seorang pun dari penduduk desa mampu mencabut lidi tersebut.

Hingga akhirnya, anak ini berkata, "Sombongmu tidak sebanding dengan kekuatanmu", kemudian Ia mencabut lidi tersebut, dan air yang deras segera menyembur dari lubang bekasnya. Air pun dengan cepat menenggelamkan seluruh desa itu. Tidak ada yang selamat dari peristiwa itu, kecuali Nyai Latung. Kemudian, Nyai Latung yang berada di atas lesung hanya bisa melihat bagaimana desanya dipenuhi oleh air bening. Karenanya, Nyai Latung menyebut tempat tersebut dengan nama Rawa Pening karena kejernihannya.

2. Nilai moral legenda Rawa Pening

ilustrasi membaca cerita dalam buku (pexels.com/Uriel Mont)

Pesan moral dari legenda asal usul Rawa Pening Semarang adalah pentingnya untuk tidak bersikap angkuh atau sombong terhadap apa yang kita miliki. Selain itu, kita tidak boleh membeda-bedakan seseorang berdasarkan penampilan fisik yang tidak sempurna.

Lebih lanjut, legenda ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai orang lain yang berada di sekitar kita. Jangan pula meremehkan orang lain hanya karena tampilan fisiknya.

3. Keadaan Rawa Pening saat ini

IDN Times/Dhana Kencana

Rawa Pening terletak di daerah antara Kecamatan Ambarawa, Banyu Biru, Tuntang, dan Kecamatan Bawen. Secara geografis, kawasan Rawa Pening terletak di dataran tanah yang membentuk cekungan di bawah lereng Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, dan Gunung Merbabu.

Danau ini memiliki luas sekitar 2.670 hektar dan terletak di empat kecamatan yang berbeda, yaitu Kecamatan Bawen, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru, yang terletak di Kabupaten Semarang.

Demikianlah asal usul dibalik munculnya rawa pening. Semoga informasinya dapat bermanfaat untuk kamu, ya!

Penulis: Natasya Yolanda

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sierra Citra
Pinka Wima
3+
Sierra Citra
EditorSierra Citra
Follow Us