#MahakaryaAyahIbu Hari: Sebuah Keyakinan Yang Kokoh Tak Tertandingi

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik.
Dunia adalah tempat audisi yang tidak memandang kamu laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, tua atau muda. Hidup dalam kondisi serba kekurangan membuatku banyak belajar tentang kehidupan. Sejak kecil ibu selalu mendidikku bahwa kemiskinan bukan halangan bagi seseorang untuk mewujudkan mimpi. Adat suku yang kental dalam keluarga kami masih mendukung bahwa wanita tidak perlu berpendidikan tinggi. Tapi sebuah keyakinan kokoh tak tertandingi yang diyakini ibu adalah bahwa pendidikan bukan hanya untuk laki-laki, mereka yang banyak uang dan bukan pula sekedar memburu gelar.
Pendidikan adalah investasi untuk mengubah paradigma yang mengurung kami dalam lingkar kemiskinan, meninjau kebenaran mitos-mitos yang membatasi ruang gerak dan mengupayakan bagaimana adat dapat berjalan secara realistis namun berkesinambungan. Diatas rumah yang berlantai cor semen itu, ibu juga selalu berharap agar kami nanti dapat tinggal disebuah rumah yang layak.
Namun bukan hal mudah ternyata untuk membuktikan keyakinan ibu. Atas kemiskinan ini, selama menempuh pendidikan aku mengalami kasus bullying. Beranjak saat masa kuliah, menjadi masa terberat karena ibu sudah tidak dapat menemani, ditambah harus berpisah dengan bapak yang kondisi kesehatannya semakin rapuh. Saat aku masih kecil, bapak mengajarkan bahwa jika kita punya keinginan, maka kita harus berdoa dan berusaha dengan kuat untuk mewujudkannya. Di kota besar inilah realisasi pesan bapak itu dimulai.
Di sini aku bukan hanya hidup sebagai seorang pelajar, tetapi juga seorang yang hidup di kota besar sekaligus menjadi tulang punggung keluarga. Berbagai pekerjaan aku jalani, terkadang sampai dua pekerjaan sekaligus sambil tetap kuliah. Mulai dari resepsonis, penulis sampai menjual kue.
Togaku adalah mahakaryaku. Orang lain dapat mengenakannya dengan mudah, tapi tidak untukku. Di balik benda hitam itu, tidak hanya ada tangisan, doa, dan keringat yang menghiasi, tapi juga harapan untuk selalu menjadi lebih baik. Awal dari langkah pembebasan dari kebodohan dan kemiskinan, dan langkah mewujudkan mimpi ibu tinggal didalam rumah yang layak, rumah yang tak dapat beliau nikmati.