4 Tips Menghindari Ledakan Emosi di Depan Anak

- Orangtua perlu mengambil jeda sebelum bereaksi saat emosi sedang memuncak, seperti berjalan keluar ruangan atau menghitung perlahan dalam hati.
- Penting bagi orangtua untuk mengenali dan kelola pemicu emosional mereka agar bisa mempersiapkan strategi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut.
- Orangtua perlu mengubah pola komunikasi saat marah menjadi lebih tenang namun tegas, serta menjadikan anak sebagai pengingat diri untuk bersikap sabar.
Menjadi orangtua bukanlah peran yang mudah, terutama pada saat emosi sedang memuncak dan anak pun sering menjadi saksi dari ketidakterkendalian orangtuanya. Tak jarang berbagai faktor, mulai dari tekanan pekerjaan, kelelahan fisik, hingga konflik dalam rumah tangga dapat semakin menumpuk hingga akhirnya menjadi letupan emosi di depan anak bahkan tanpa disengaja.
Padahal emosi yang meledak dihadapan anak justru akan meninggalkan beban psikologis, sehingga membuat anak rentan merasa bingung, takut, atau bahkan meniru pola komunikasi yang serupa. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk belajar beberapa tips berikut ini dalam mengendalikan dan juga menghindari ledakan emosi di depan anak.
1. Ambil jeda sebelum bereaksi

Pada saat emosi sedang memuncak, maka cobalah memberi waktu sejenak pada diri sendiri untuk berdiam dan menarik nafas dalam-dalam agar bisa mencegah tindakan impulsif. Setidaknya dengan memberi jeda beberapa detik, maka kamu akan memberi ruang bagi otak untuk bisa memproses situasi secara rasional dan tidak hanya berdasarkan pada dorongan semata.
Mengambil jeda bisa berarti berjalan keluar ruangan, meminum segelas air, atau pun menghitung perlahan dalam hati. Tindakan kecil seperti ini seolah terbukti efektif untuk meredam reaksi emosional agar nantinya tidak sampai terjadi ledakan yang bisa merusak suasana dan juga hubungan dengan anak.
2. Kenali dan kelola pemicu emosional

Setiap orang memiliki pemicu yang berbeda-beda terhadap emosi negatif dan berusaha mengenali sumbernya merupakan langkah awal dalam proses pengendalian diri. Setidaknya dengan berusaha memahami apakah memang penyebab emosimu berasal dari stres kerja, kelelahan, atau konflik dengan pasangan, maka nantinya kamu bisa mempersiapkan strategi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut.
Membuat jurnal emosi atau berbicara dengan pasangan ternyata bisa membantu memperjelas pemicunya dan memberikan solusi jangka panjang. Dengan mengenali akar permasalahannya, maka kamu pun akan lebih mudah untuk memisahkan antara urusan pribadi dan juga interaksi dengan anak.
3. Ubah pola komunikasi saat marah

Mengganti cara berbicara ketika sedang kesel dari nada tinggi menjadi pernyataan yang lebih tenang, namun tegas justru bisa membuat situasinya jauh lebih kondusif. Setidaknya orangtua bisa memberikan pengertian pada anak bahwa memang situasinya sedang kurang baik, sehingga memerlukan waktu sejenak untuk menenangkan diri.
Dengan menggunakan pola komunikasi yang jelas dan tidak mengancam, maka anak pun akan belajar bahwa perasaan marah merupakan sesuatu yang manusiawi, namun tetap bisa disampaikan dengan cara yang baik. Hal ini juga dapat memperkuat adanya kedekatan emosional antara orangtua dan anak karena mereka akan merasa dipahami, bukan dimarahi tanpa alasan yang jelas.
4. Jadikan anak sebagai pengingat diri

Alih-alih melihat anak sebagai sumber kesalahan, sebaiknya orangtua dapat mengubah sudut pandang dengan menjadikan mereka sebagai pengingat untuk bersikap sabar. Membayangkan dampak emosional yang mungkin anak rasakan pada saat melihat orangtuanya marah semestinya dapat menjadi pemicu empati yang kuat.
Setiap kali orangtua ingin meluapkan amarah tersebut, maka cobalah mengingatkan diri sendiri bahwa anak akan selalu belajar dari apa yang mereka lihat, termasuk apa yang didengar dari orangtuanya. Dengan menjadikan anak sebagai cermin, maka orangtua akan lebih terdorong untuk selalu menjadi pribadi yang baik dan mampu memberi contoh yang positif.
Mengendalikan emosi di depan anak memang bukanlah hal yang mudah, namun bisa dipelajari dengan kebiasaan yang baik seiring berjalannya waktu. Ingatlah bahwa anak-anak akan selalu merekam apa yang orangtuanya lakukan, sehingga orangtua perlu cermat dalam bersikap. Berusahalah menjadi pribadi yang lebih tenang dan bijak di depan anak agar bisa selalu menjadi role model mereka!