5 Alasan Kamu Lega setelah Berbuat Baik, Kata Hati Tak Diingkari

- Kamu yakin telah melakukan hal yang benar
- Berhasil mempraktikkan ajaran, bukan sekadar tahu
- Senang melihat respons orang-orang
Beberapa orang masih enggan berbuat baik untuk hidupnya sendiri apalagi orang lain dan aspek yang lebih luas. Contoh perbuatan buruk pada diri sendiri ialah melakukan hal-hal yang merusak jasmani dan rohanimu. Mabuk-mabukan, bergadang terus sampai kesehatan terganggu, berpikir negatif, dan sebagainya.
Membantu orang lain juga ogah karena merasa kebaikannya sering disalahgunakan. Begitu pula perbuatan baik untuk aspek yang lebih luas. Seperti lebih suka merusak lingkungan daripada menjaganya.
Padahal bila lingkungan rusak, manusia juga yang menanggung akibatnya. Namun, berbuat baik sebenarnya terasa sangat melegakan. Meski tadinya kamu masih mikir-mikir, setelah melakukan suatu kebaikan akan plong sekali. Kenapa, ya, seseorang bisa merasa lega setelah berbuat baik.
1. Kamu yakin telah melakukan hal yang benar

Sekalipun pikiran menolak, hatimu sebenarnya selalu tahu mana tindakan yang benar dan perlu dilakukan. Juga sebaliknya, perbuatan yang salah serta harus dihindari. Kamu seperti berdiri di persimpangan, tapi telah diberi petunjuk mesti belok ke mana.
Saat dirimu patuh pada kata hati kecilmu, tidak ada keraguan lagi bahwa kamu sudah berbuat tepat. Pengetahuan ini membuat pikiranmu ringan. Kadang kebaikan juga masih perlu dievaluasi. Namun, evaluasinya tidak sebanyak seandainya dirimu justru melakukan keburukan atau kejahatan.
Rasa puas dan tak peduli gak bertahan lama. Selama kamu masih punya hati pasti bakal kepikiran. Seperti muncul pertanyaan kenapa dirimu berbuat buruk seperti itu? Tindakan yang salah akan terus membuatmu ragu hingga akhirnya kamu menghakimi diri sendiri.
2. Berhasil mempraktikkan ajaran, bukan sekadar tahu

Berbagai ajaran tentang kebaikan yang selama ini diperoleh dari orangtua, guru, dan sumber-sumber lain akan bermanfaat jika diterapkan. Namun, kalau semua itu sebatas menjadi pengetahuan malah membebani. Ada jurang antara apa yang kamu tahu dengan apa yang dilakukan.
Itu menyebabkan ganjalan di hati. Seperti saat dirimu sebenarnya tahu jawaban atas sebuah pertanyaan, tetapi memilih diam. Sekali ajaran tentang kebaikan tertanam, diri akan merasa bersalah bila malah melakukan kebalikannya atau bersikap cuek.
Beda dengan seandainya kamu sama sekali tidak tahu tentang mana yang benar dan salah. Namun, selama dirimu berakal sehat apalagi sudah menempuh pendidikan pasti mengetahui perbedaan keduanya. Praktik adalah penyempurna pengetahuan.
3. Senang melihat respons orang-orang

Apa pun yang dilakukan olehmu akan direspons orang. Dirimu berjalan tanpa mengatakan apa-apa atau bergaya aneh-aneh saja sering bikin orang otomatis melihat ke arahmu Apalagi hal-hal yang jelas baik atau buruk.
Tidak mungkin orang akan cuek saja. Sekalipun dirimu berbuat baik tak untuk mencari pujian, gak sedikit orang bereaksi positif. Senyum, ucapan terima kasih, dan rasa syukur mereka atas kebaikanmu terasa menghangatkan hati.
Kebaikan yang dilakukan olehmu membentuk hubungan yang positif dengan orang lain. Tidak hanya antara dirimu dengan orang yang secara langsung menerima kebaikan. Namun, juga antara kamu dengan orang-orang yang melihatnya. Sementara kalau kamu melakukan keburukan, malah hubungan baik putus. Dirimu tidak disukai.
4. Gak lagi menimbang-nimbang lakukan atau tidak

Langsung saja melakukan kebaikan sama dengan menghemat waktu serta pikiran. Sebab makin dirimu menundanya, makin kamu terus memikirkannya. Dirimu tidak bisa terlalu cuek buat selamanya.
Pasti ada kebingungan sebaiknya kamu melakukan suatu kebaikan atau tidak usah. Biasanya ini memang membuat keinginan berbuat baik terus menurun. Namun, di lain pihak kamu pun tambah gak tenang. Berhenti menunda-nunda kebaikan sama dengan dirimu tak sempat merasa cemas.
Tentu terkadang ada sejumlah hal yang perlu dipikirkan terlebih dahulu. Seperti risiko keselamatanmu kalau melakukan pertolongan, menghitung uang sebelum menyumbang, dan sebagainya. Namun, waktu berpikir yang relatif singkat bikin pikiran segera dapat dialihkan ke hal-hal lain.
5. Merasa menang tetap bisa baik pada orang yang pernah jahat ke kamu

Berbuat baik pada orang yang juga baik padamu tentu mudah. Meski mungkin kadang ada rasa malas, kamu ingat tentang kebaikannya. Gak enak rasanya kalau dirimu tak berbuat sama padanya.
Namun, berbuat baik ke orang yang pernah jahat padamu lebih sulit. Dirimu mesti mengalahkan keinginan buat gak peduli saja. Toh, dia memang menyebalkan. Akan tetapi, sikap begini akhirnya membebani hatimu.
Kamu sadar bahwa kebaikanmu seharusnya tidak tergantung pada cara orang memperlakukanmu. Dirimu mesti tetap mampu bersikap baik ke siapa pun. Sekalipun beberapa orang perlu diwaspadai. Terlebih saat nasib seseorang di ujung tanduk. Kalau kamu dapat melakukan sesuatu untuknya, ada perasaan telah memenangkan pertarungan melawan rasa dendam.
Merasa lega setelah berbuat baik menjadi salah satu ganjaran yang langsung dirasakan. Nikmati rasa lega itu biar ke depan kamu tambah mudah melakukan berbagai hal baik. Daripada kebaikan cuma dipikirkan mending segera dilaksanakan.


















