5 Alasan Kamu Gak Perlu Nyinyir Terhadap Orang yang Pindah Agama

Selain politik, agama adalah salah satu hal yang akhir-akhir ini sangat diminati di Indonesia. Maka gak heran jika sebuah topik tentang agama biasanya menuai perhatian masyarakat luas. Apalagi jika topik tersebut bisa memancing pro dan kontra, misalnya soal orang yang pindah keyakinan atau agama.
Saat ada pemberitaan tentang orang yang pindah agama, khususnya public figure, biasanya masyarakat akan memberikan beragam komentar. Ada yang berkomentar positif, tapi gak sedikit pula yang berkomentar negatif.
Tentu setiap orang boleh berpendapat, tapi alangkah baiknya kalau kamu menahan diri untuk tidak berkomentar negatif terhadap orang yang pindah agama. Ini 5 alasannya, yang akan membuatmu sadar bahwa nyinyir bukan hanya gak perlu, tapi juga merugikan.
1. Memiliki keyakinan adalah hak asasi semua orang

Semua orang di dunia ini, tidak peduli dari latar belakang apapun, punya hak asasi untuk memeluk agama yang diyakininya. Hak asasi tersebut tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun, termasuk oleh orang-orang terdekat. Maka jika seseorang mau berganti keyakinan, itu pun adalah hak asasinya yang harus dihormati oleh semua orang.
Memang adalah wajar jika keluarga atau teman-teman dari agama yang ditinggalkan merasa sedih atau kecewa dengan keputusan orang tersebut. Tapi hal itu tidak bisa jadi alasan bagi mereka untuk menghasut atau memaksanya kembali ke keyakinan semula. Sekali lagi, itu adalah hak yang gak boleh diganggu oleh siapapun.
2. Keyakinan seseorang gak bisa dipaksakan

Anggaplah seseorang yang pindah agama bisa dipaksa untuk kembali ke keyakinan yang lama. Ia dipaksa untuk beribadah di tempat ibadah lamanya, melakukan ritual ibadah seperti dulu, dan sebagainya. Apakah itu artinya dia sudah kembali ke agama lamanya? Tidak.
Inti dari agama adalah keyakinan dalam hati, bukan ritual ibadah. Jadi meskipun seseorang melakukan ritual ibadah suatu agama, jika dalam hatinya tidak ada keyakinan bahwa itu adalah agama yang benar, maka percuma saja. Intinya, keyakinan seseorang yang ada dalam hati gak bisa dipaksakan. Maka percuma nyinyir, karena itu gak akan merubah apapun.
3. Mungkin lebih baik jika ia pindah agama

Apa yang menyebabkan seseorang pindah agama? Karena ia tidak lagi yakin bahwa agamanya yang dulu adalah yang terbaik baginya. Jika demikian, tentu gak akan ada gunanya jika ia menetap di agamanya yang lama. Pindah agama mungkin adalah solusi terbaik baginya.
Alasan orang memeluk suatu agama seharusnya adalah karena ia yakin sepenuhnya pada agama yang ia anut. Jika alasan beribadah adalah semata-mata karena ikut orang tua atau supaya gak diejek, apakah menurutmu Tuhan akan senang menerima ibadah semacam itu?
Sementara jika orang tersebut pindah agama, bisa jadi ia merasa lebih damai dalam hatinya. Ia pun jadi lebih rajin dan lebih sungguh-sungguh beribadah daripada sebelumnya. Itu jauh lebih baik daripada ibadah setengah hati bukan?
4. Kamu akan dianggap intoleran

Alasan lain mengapa kamu sebaiknya gak nyinyir adalah karena kamu bisa dianggap intoleran. Sebagai orang yang mengaku menghargai semua agama, kamu seharusnya gak mempermasalahkan orang yang pindah keyakinan. Sekali lagi wajar untuk merasa kecewa atau sedih, tapi gak perlu bereaksi negatif yang malah akhirnya akan membuat orang salah menilaimu.
5. Kalau kamu nyinyir, reputasi agamamu justru tercoreng

Sadarkah kamu bahwa jika kamu terus-terusan nyinyir, yang bisa tercoreng bukan hanya nama baikmu, tapi juga reputasi agamamu sendiri? Mungkin kamu berkomentar negatif karena gak rela seseorang meninggalkan agama yang kamu yakini dan memeluk agama lain. Tapi apa efeknya itu untuk agamamu sendiri?
Melihat sikapmu yang negatif, bisa jadi orang tersebut malah semakin yakin untuk meninggalkan agamamu itu. Maka cobalah jaga komentarmu tetap positif. Minimal, hal itu akan membuat orang-orang lain yang mengamati sadar bahwa agamamu ternyata adalah agama yang indah dan membawa pengaruh positif bagimu.
Itulah 5 alasan kenapa kamu seharusnya gak nyinyir terhadap orang yang pindah agama. Bukan hanya mengusik hak asasi orang lain, kamu juga bisa mencoreng reputasi agamamu sendiri! Jadi bukankah lebih baik untuk mengurus akhlak dan keimananmu sendiri daripada mengurusi iman orang lain?