5 Alasan Pakaian Berlebih Sebaiknya Didonasikan atau Dijual

Coba hitung jumlah pakaianmu di rumah yang meliputi bawahan, atasan, dan terusan. Jika kamu bahkan malas melakukannya dan menganggap kegiatan itu merepotkan pasti jumlah pakaianmu sudah terlalu banyak. Bila jumlahnya masih wajar, tanpa perlu mengeluarkannya dari lemari pun dirimu dapat menghitungnya.
Sedang jumlah pakaian yang telah berlebihan untuk satu orang bikin seharian pun belum tentu selesai dihitung. Apa yang kamu dapatkan dari pakaian sebanyak itu? Benarkah semuanya sangat bermanfaat untukmu atau lebih banyak yang sia-sia saking lamanya tidak terpakai?
Sebagai pemilik, tentu kamu boleh menyimpan semuanya lebih lama lagi. Namun, alangkah baiknya jika dirimu mulai menyeleksinya dan mendonasikan atau menjual sebanyak mungkin dari isi lemarimu. Cepat atau lambat kamu pasti akan melakukannya juga. Tapi makin lama dirimu menunda, makin repot nantinya. Berikut lima alasan mengapa sebaiknya kamu melakukannya sekarang juga.
1. Disimpan terus menjadi sarang kecoak bahkan tikus

Kamu mungkin punya dua lemari pakaian dengan fungsi berbeda. Lemari pertama buat menyimpan pakaian-pakaian terbaru dan sering dipakai. Lemari kedua khusus untuk menaruh pakaian yang sudah tidak disukai, sedikit rusak, atau gak muat.
Otomatis lemari kedua menjadi jarang dibuka. Namun, lemari pakaian yang jarang sekali dibuka tak bermakna isi di dalamnya pasti aman. Ada binatang-binatang yang sangat suka bersarang di lemari pakaian. Selain ngengat, juga kecoak bahkan tikus yang pasti membuatmu geli dan ketakutan.
Bertahun-tahun kemudian kamu baru mulai curiga setelah satu per satu kecoak keluar dari lemari tersebut. Atau, yang lebih mengerikan lagi ada suara-suara dari dalam lemari. Ketika dirimu membukanya, seekor bahkan beberapa tikus sontak melompat keluar.
Tanpa menampung terlalu banyak pakaian gak terpakai, rumahmu lebih bersih dari kecoak serta tikus. Bukan cuma dapur yang mereka sukai, melainkan juga hangatnya kain-kain dalam tempat yang gelap. Sama-sama gak dipakai, mending pakaian-pakaian itu didonasikan atau dijual.
2. Pakaian putih pun menguning dalam lemari

Menyimpan pakaian putih terlalu lama juga hanya membuatnya tak layak pakai lagi. Warnanya yang cemerlang akan berubah kekuningan dan sulit dibersihkan sampai seperti semula. Bila kamu suka mengenakan pakaian putih, lebih baik membelinya beberapa buah saja.
Membatasi pakaian putih membuatmu lebih optimal dalam memakainya. Bila suatu saat warnanya sudah gak bagus lagi atau ada robekan, toh dirimu telah sampai bosan dalam mengenakannya. Memang sudah waktumu buat membeli pakaian putih yang baru sebagai gantinya.
Jika pun sekarang telanjur ada beberapa pakaian putih yang tidak lagi ingin kamu kenakan, segera saja mengalihkannya pada orang lain yang mau. Bila pakaian itu telanjur menguning baru diberikan pada orang lain, tentu penerimanya menolak. Memutihkannya kembali lebih merepotkan ketimbang beli sendiri.
3. Daripada membeli lemari baru

Membeli lemari baru bukan solusi untuk jumlah pakaian yang terus bertambah. Kamu tidak mungkin memenuhi rumah dengan lemari. Harga lemari juga tidak murah. Solusi yang paling simpel adalah mengeluarkan pakaian-pakaian lama.
Bila kamu sayang memberikan semuanya secara cuma-cuma, sebagian bisa dijual dengan harga lebih miring dari harga aslinya. Dirimu memang tak balik modal, tetapi ada uang yang terkumpul lebih baik daripada pakaianmu tetap hanya di dalam lemari. Batasi baik pakaian maupun lemari yang dimiliki.
Itu betul-betul membantumu berhemat. Mengosongkan salah satu raknya dari pakaian tidak terpakai saja sudah memberimu ruang ekstra bila hendak memasukkan koleksi terbaru. Jangan membeli pakaian baru apabila seluruh rak masih penuh oleh pakaian.
4. Bagi beberapa orang, punya pakaian ganti adalah kemewahan

Untukmu yang sering membeli pakaian baru barangkali gak pernah berpikir betapa tak sedikit orang yang kesulitan belanja baju. Sekalipun sandang termasuk dalam kebutuhan primer, nyatanya masih ada orang yang menggantungkan harapan dari pakaian pantas pakai dari dermawan. Pakaian yang mereka sebut baru sejatinya tak lebih dari pakaian bekas.
Pikirkan hal tersebut dan kebaikan yang lebih besar seandainya kamu berbagi sebagian dari isi lemarimu. Pakaian yang telah bertahun-tahun tidak dikenakan ternyata disambut orang dengan antusias. Meski mereka tak memperoleh pakaian yang masih ada label merek dan harganya, setidaknya pakaian bekasmu lebih baik daripada pakaian sehari-hari mereka.
Pakaian darimu sangat lumayan buat ganti. Selagi kamu gak percaya diri untuk mengenakannya lagi, orang lain ternyata malah merasa keren dan penuh syukur. Dirimu tak harus menyenangkan orang dengan uang atau barang-barang baru.
5. Jadi lebih mindfulness dalam berbelanja pakaian

Sikap impulsif dalam membeli pakaian bukan disebabkan oleh banyaknya acara yang harus dihadiri. Bukan pula jumlah pakaian di rumah yang masih sedikit. Sikap ini lebih disebabkan kamu tidak benar-benar menyadari jumlah atasan dan bawahan yang masih dapat dipakai serta akibat dari terus membelinya.
Dengan mengeluarkan tumpukan pakaian serta memilahnya, dirimu sadar betul betapa terlalu banyak pakaian amat merepotkan. Kamu hanya butuh pakaian secukupnya. Terlalu sedikit pakaianmu menyusahkanmu kala harus bepergian atau musim hujan. Namun, pakaian berlebih juga cuma bikin dirimu capek melakukan decluttering.
Kesadaran ini mendorongmu untuk lebih bijaksana dalam berbelanja. Kamu gak lagi asal checkout atau pulang-pulang membawa baju baru. Sebelum membeli pakaian, dirimu melihat dulu isi lemari serta bertanya kembali apakah benar-benar membutuhkannya atau tidak.
Mendonasikan atau menjual lagi pakaian bekas akan membuatnya lebih bermanfaat untuk banyak orang. Semua yang sudah tidak kamu pakai berarti juga tak dibutuhkan lagi. Namun, di tangan orang lain boleh jadi amat berguna bahkan melebihi kegunaannya bagimu saat masih baru saking terbatasnya pakaian mereka.