Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Perfeksionisme Bisa Menjadi Penghalang untuk Percaya Diri

ilustrasi ekspresi tidak percaya diri (pexels.com/Deeana Arts)
ilustrasi ekspresi tidak percaya diri (pexels.com/Deeana Arts)

Perfeksionisme terkadang dianggap sebagai sifat yang positif, terutama karena memberikan dorongan untuk mencapai hasil yang terbaik. Namun, bagi sebagian orang, perfeksionisme justru menjadi hambatan besar dalam pengembangan diri.

Keinginan untuk menjadi sempurna sering kali menimbulkan ketakutan, kecemasan, dan keraguan diri. Ini justru menghambat kepercayaan diri, membuat seseorang merasa tidak pernah cukup baik, bahkan dalam hal-hal yang sudah dikuasai.

Berikut adalah lima alasan mengapa perfeksionisme bisa menjadi penghalang bagi kepercayaan diri seseorang.

1. Takut gagal membuat tidak berani mencoba

ilustrasi seseorang yang tidak percaya diri (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi seseorang yang tidak percaya diri (pexels.com/Liza Summer)

Perfeksionisme sering kali membuat seseorang terlalu takut akan kegagalan, sehingga enggan mencoba hal-hal baru. Ketika kamu memikirkan hasil yang sempurna, kamu cenderung merasa bahwa kegagalan adalah akhir dari segalanya. Ini menghambat keberanian untuk mengambil risiko dan mengembangkan diri dalam bidang-bidang yang mungkin belum dikuasai sepenuhnya.

Akibatnya, rasa takut ini justru membuat kehilangan banyak peluang untuk belajar dan tumbuh. Kepercayaan diri dibangun dari pengalaman dan keberhasilan kecil yang diraih melalui proses percobaan dan kesalahan. Tanpa memberi diri sendiri izin untuk gagal, kamu tidak akan pernah mengetahui potensi sejati yang dimiliki.

2. Standar tidak realistis yang sulit dicapai

ilustrasi seorang wanita sedang memikirkan sesuatu (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi seorang wanita sedang memikirkan sesuatu (pexels.com/Vlada Karpovich)

Perfeksionisme biasanya menetapkan standar yang sangat tinggi, bahkan sering kali tidak realistis. Ketika standar ini tidak tercapai, kamu mungkin merasa belum berhasil, meskipun sebenarnya telah mencapai hal-hal yang luar biasa. Standar yang tidak realistis ini membuat kamu terus-menerus merasa kurang, sehingga sulit untuk merasa percaya diri atas kemampuan diri sendiri.

Ini dapat mengurangi motivasi untuk terus maju karena rasa pencapaian selalu terasa jauh dari jangkauan. Kepercayaan diri berasal dari merayakan setiap pencapaian, besar atau kecil, bukan dari mengejar kesempurnaan yang tidak mungkin dicapai.

Menurunkan ekspektasi yang tidak masuk akal bisa menjadi kunci dalam membangun kepercayaan diri yang lebih sehat.

3. Terlalu fokus pada kekurangan

ilustrasi seorang pria sedang bersedih (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi seorang pria sedang bersedih (pexels.com/Alex Green)

Sifat perfeksionis membuat kamu cenderung terlalu fokus pada kekurangan, bahkan pada hal-hal kecil yang tidak begitu signifikan. Alih-alih melihat keberhasilan, kamu akan terjebak dalam pola pikir negatif yang hanya memperhatikan apa yang salah atau tidak sesuai harapan. Fokus yang berlebihan pada kekurangan ini memperburuk perasaan tidak percaya diri.

Ketika kamu selalu memikirkan kesalahan dan kekurangan, kamu akan sulit untuk melihat nilai diri yang sebenarnya. Padahal, kepercayaan diri terbentuk dari menghargai diri sendiri dan kemampuan. Mengubah fokus dari kekurangan ke pencapaian dan kemajuan yang telah dicapai dapat membantu membangun kepercayaan diri yang lebih positif.

4. Perfeksionisme menghambat pengembangan keterampilan sosial

ilustrasi menyendiri (unsplash.com/Noah Silliman)
ilustrasi menyendiri (unsplash.com/Noah Silliman)

Perfeksionisme juga bisa mempengaruhi keterampilan sosial. Ketika kamu terlalu khawatir tentang bagaimana penilaian orang lain, kamu cenderung menahan diri dan tidak mengekspresikan diri secara bebas. Ini membuatmu terlihat kaku atau tidak otentik, yang pada akhirnya bisa menurunkan kepercayaan diri saat berinteraksi dengan orang lain.

Orang yang percaya diri secara sosial adalah mereka yang nyaman menjadi diri sendiri dan tidak takut untuk menunjukkan ketidaksempurnaan. Perfeksionisme justru membatasimu dalam hubungan sosial dan membuatmu merasa terisolasi. 

5. Menguras energi mental dan fisik

ilustrasi merasa stres di tempat kerja (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi merasa stres di tempat kerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Perfeksionisme yang berlebihan dapat menguras energi mental dan fisik, karena kamu selalu merasa perlu bekerja lebih keras untuk mencapai hasil sempurna. Ini dapat menyebabkan stres berlebihan dan kelelahan yang akhirnya mengikis kepercayaan diri. Ketika kamu terlalu fokus pada detail kecil, kamu akan kehilangan gambaran besar dan merasakan tekanan yang tidak perlu.

Kepercayaan diri membutuhkan keseimbangan, termasuk istirahat dan pengelolaan stres. Belajar untuk menerima keterbatasan diri dan memberikan istirahat yang cukup akan membantu memperkuat rasa percaya diri.

Perfeksionisme sering kali dianggap sebagai tanda ambisi dan kerja keras, namun kenyataannya, hal ini bisa menjadi penghalang besar bagi perkembangan kepercayaan diri.

Ketika kamu menetapkan standar yang terlalu tinggi atau terlalu fokus pada kekurangan, kamu akan kehilangan kesempatan untuk merasakan kepuasan dan kemajuan. Kepercayaan diri yang sehat bukanlah tentang menjadi sempurna, melainkan tentang menerima proses, kegagalan, dan keterbatasan diri dengan bijak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sharma Khan
EditorSharma Khan
Follow Us

Latest in Life

See More

Buttonscarves Desert Takeover, Ketika Gurun Menjadi Panggung Global

27 Sep 2025, 23:15 WIBLife