5 Ciri Orang yang Emotionally Dependent

- Orang yang emotionally dependent cenderung takut akan kesepian dan sulit menikmati waktu seorang diri
- Mereka menempatkan kebahagiaan pada orang lain, merasa senang saat harapan terwujud namun uring-uringan jika tidak
- Rasa inferior dan rendah harga diri membuat mereka sulit percaya pada kemampuan diri sendiri
Walaupun dikenal sebagai makhluk sosial, bukan berarti kita perlu menggantungkan harapan dan kebahagiaan diri pada orang lain. Kita sejatinya juga dituntut untuk bisa menikmati kesendirian tanpa ada disktraksi yang mengganggu. Namun, sebagian orang nyatanya tidak mampu melakukan hal ini.
Mereka cenderung merasa tidak aman, takut dan gelisah saat berjauhan dengan orang lain, apalagi pada orang-orang terdekatnya, seperti pasangan. Saat pasangan sibuk dengan kegiatannya di luar, ia merasa perlu untuk terus mengetahui aktivitas pasangan. Hal ini menjadi salah satu gejala emotionally dependent atau ketergantungan secara emosional. Yuk simak tanda-tandanya di bawah ini!
1. Merasa takut kesepian

Ciri-ciri pertama dari orang yang mengalami emotionally dependent adalah adanya perasaan takut berlebihan akan kesepian. Kesepian terasa seperti mimpi buruk bagi mereka, sehingga senantiasa berusaha melakukan apa saja demi diterima oleh orang lain. Mereka rela mengorbankan banyak hal hanya untuk tidak merasakan kesepian itu.
Hal ini membuat mereka terus menerus menjadi apa yang diinginkan oleh orang lain bahkan jika hal itu bertentangan dengan kemauannya. Mereka tidak mampu menikmati waktu seorang diri, sehingga cenderung selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Inilah pentingnya mengenal dan mencintai diri sendiri agar kita bisa tetap merasa damai dalam kesendirian.
2. Kebahagiaanmu bergantung pada orang lain

Mereka yang termasuk emotionally dependent juga akan menempatkan kebahagiaannya pada orang lain. Tentu saja hal ini bisa menjadi boomerang bagi diri sendiri kapan saja. Sebab, tidak ada yang bisa memastikan orang lain akan tetap sama sepanjang waktu. Mereka bisa tiba-tiba berubah dan meninggalkan kita bahkan tanpa alasan yang jelas.
Mereka yang mengalami emotionally dependent hanya akan merasa senang dan bahagia saat ekspektasinya kepada orang lain terwujud. Misalnya, ia berharap pasangannya menghubunginya selepas bekerja. Ia akan merasa senang saat hal itu terjadi. Namun, saat harapan itu tidak terwujud, ia bisa uring-uringan sepanjang waktu atau bahkan tidak mampu menikmati apa yang sedang dijalani.
3. Merasa inferior dan rendah harga diri

Rasa inferior dan rendah harga diri juga menjadi salah satu ciri dari emotionally dependent. Mereka cenderung tidak percaya pada kemampuan diri sendiri serta selalu merendahkan dan menyalahkan diri sendiri saat sesuatu berjalan tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini seringkali menjadi alasan mereka yang mengalami emotionally dependent cenderung membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.
Mereka mengalami kesulitan untuk percaya bahwa ada sejumlah kualitas dalam dirinya yang bisa diandalkan. Bahkan, saat hal baik terjadi, mereka cenderung mengatakan hal tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau karena kerja keras orang lain. Mereka tidak memberikan apresiasi sedikitpun pada diri sendiri, melainkan hanya kepada orang lain.
4. Terlalu fokus pada apa yang dilakukan orang lain untuk dirinya

Beberapa dari mereka yang mengalami emotionally dependent juga cenderung hanya fokus pada apa yang dilakukan orang lain untuk dirinya, khususnya dalam konteks hubungan romantis. Mereka akan merasa hubungannya sangat erat hanya ketika pasangan melakukan sesuatu untuk dirinya atau bersama dirinya. Padahal, perlu dipahami bahwa dunia orang lain tidak selalu berputar pada diri kita sendiri.
Orang lain atau pasangan juga memiliki kesibukan lain yang mungkin saja jauh lebih penting dari diri kita. Meminta waktu pasangan untuk melakukan quality time memang tidak menjadi masalah. Namun, saat kita terlalu menuntut untuk memberikan hal tersebut tanpa mempertimbangkan kesibukan lainnya, kita akan berperan sebagai racun yang merugikan mereka.
5. Selalu membutuhkan validasi dari orang lain

Last but not least, mereka yang mengalami emotionally dependent cenderung membutuhkan jaminan dari orang lain. Misalnya, ia selalu memberikan pertanyaan kepada pasangan tentang rasa cintanya, tentang kesediannya untuk selalu mempertahankan hubungan, memastikan apa yang ia lakukan sudah benar dan sebagainya. Mereka membutuhkan validasi agar perasaannya bisa menjadi tenang dan nyaman.
Membutuhkan orang lain pada beberapa aspek dalam hidup memang tidak menjadi sebuah masalah. Namun, saat kita cenderung terlalu mengandalkan orang lain bahkan untuk kebahagiaan diri sendiri, maka hal itu perlu dibenahi. Sadarilah bahwa di dunia ini semua orang akan berubah dan punya kemungkinan untuk meninggalkan kita. Satu-satunya yang pasti bertahan ialah diri kita sendiri.