5 Hal Krusial dalam Hidup yang Seharusnya Dianggap Normal

Tingkah laku normal merupakan sikap hidup yang sesuai dengan kelompok masyarakat, di mana kamu menetap, sehingga tercapai suatu relasi sosial dan interpersonal yang baik.
Misalnya, seseorang yang mengidolakan sosok artis tertentu atau mungkin berhalusinasi saat tidur. Hal ini tentu normal terjadi. Sayang, ada beberapa hal yang sebenarnya normal, tapi dianggap negatif. Salah satunya ketika seseorang konsultasi ke psikolog mengenai kesehatan mentalnya.
Meskipun sudah banyak orang yang aware, tapi tidak sedikit yang memberikan stigma negatif ketika seseorang konsultasi ke psikolog. Padahal konsultasi kesehatan mental ini diperlukan untuk membantu kejernihan mental, membantu mengatasi stres dan kecemasan, dan lainnya. Setidaknya ada lima hal yang seharusnya dianggap normal mulai sekarang. Yuk selengkapnya simak ulasannya di bawah ini.
1. Memaafkan mereka yang tidak pernah minta maaf

Meminta maaf merupakan bentuk tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh seseorang yang melakukan kesalahan. Namun, jika kata maaf tersebut tidak kunjung didapat, memaafkan mereka yang tidak pernah minta maaf juga menjadi hal normal dan tidak buruk.
Bukan berarti mewajarkan dan mengabaikan kesalahan yang mereka lakukan, tapi ini menjadi cara untuk membebaskan diri dari sakit hati dan dendam. Dengan memaafkan, kamu bisa move on dan tetap menjalani kehidupan dengan baik, meskipun tahu orang lain bersalah.
Di sisi lain, berbesar hati untuk menurunkan ego dan memberikan maaf juga menjadi kesempatan memperbaiki kembali hubungan yang telah retak. Memang, teori lebih mudah dari penerapan langsung, tapi kamu bisa melatihnya secara perlahan.
2. Berkonsultasi ke psikolog

Gak bisa dimungkiri, kesehatan mental menjadi hal krusial yang penting diperhatikan oleh semua orang. Dengan memiliki mental yang sehat, maka setiap individu dapat menanggulangi tekanan hidup, dan beraktivitas lebih produktif.
Berkaca dari hal tersebut, tentu kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, sehingga perlu mendapatkan penanganan yang tepat. Masalahnya, tidak sedikit orang yang ragu atau bahkan takut, ketika ingin mendapatkan penanganan yang tepat mengenai kesehatan mental dengan konsultasi ke psikolog. Salah satunya karena stigma negatif itu tadi.
Padahal konsultasi ke psikolog merupakan hal seharusnya dinormalisasi. Sesi konseling bisa menolong seseorang menyelesaikan masalah, utamanya yang berkaitan dengan perilaku, sosial, emosi, dan perasaan.
3. Memberi batasan diri

Berikutnya, hal yang seharusnya dianggap normal, yaitu menetapkan boundaries atau membangun batasan pribadi. Bukan hal sepele, batasan sehat diperlukan untuk menciptakan ruang dan menjaga ekspektasi semua orang agar merasa nyaman dan aman ketika berinteraksi.
Misalnya, kamu menciptakan batasan agar orang-orang terdekat tidak selalu ikut campur mengenai urusan pribadi kamu. Masalahnya, tidak sedikit orang yang merasa sulit menetapkan batasan diri tersebut. Salah satunya yaitu karena khawatir jika sikap atau ucapan mereka menyinggung perasaan orang lain.
Memang tidak mudah. Namun, kamu tetap bisa menerapkan batasan dengan berkata tidak, tanpa harus menyakiti perasaan orang lain. Misalnya, membuat kesepakatan dengan cara diskusi, belajar menghargai orang lain dengan baik, dan lainnya.
4. Terbuka tentang kesehatan mental

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kesehatan mental perlu dijaga dengan baik untuk menunjang produktivitas dan kualitas kesehatan fisik. Sayangnya, meskipun banyak yang sudah aware mengenai hal itu, tapi tidak sedikit yang masih kurang memahami dengan baik, apa itu kesehatan mental.
Hal tersebut terlihat dengan masih adanya stigma negatif atau ejekan, ketika seseorang terbuka mengenai masalah kesehatan mental. Misalnya, ketika seseorang terbuka mengenai kondisi depresi yang dialami. Masih ada yang menyebut mereka kurang dekat dengan Tuhan atau meminta mereka untuk tidak terus bersedih.
Padahal, pengelolaan stres masing-masing individu berbeda dan perasaan tersebut juga tidak bisa diatur. Kalau mereka tidak mendapat dukungan atau penanganan yang baik, justru bisa menimbulkan dampak yang fatal.
Maka dari itu, marilah untuk mulai belajar berempati dan memberi dukungan yang baik. Salah satunya dengan memahami tentang seluk-beluk dan kesehatan mental secara lebih mendalam.
5. Mengungkapkan emosi dengan menangis

Sudah menjadi kodratnya setiap manusia akan merasakan berbagai emosi, entah itu sedih, bahagia, kecewa maupun marah. Mengekspresikan atau mengungkapkan setiap emosi ini penting sebagai sarana untuk regulasi diri.
Misalnya, ketika sedih kamu boleh dan dianjurkan untuk menangis. Toh, menangis bukan tanda kamu lemah. Melainkan ini merupakan respons alami dari tubuh terhadap emosi seperti kesedihan, kebahagiaan, dan ketakutan itu tadi. Di mana itu juga menjadi tanda bahwa kamu sehat dan punya kondisi emosional yang stabil.
Kecuali jika intensitas menangis tersebut terlalu sering dan tanpa sebab yang jelas, kamu perlu lebih waspada. Sebab, hal ini bisa menjadi tanda kondisi yang serius. Misalnya, kamu sedang kewalahan atau mengalami kecemasan, stres, dan lainnya.
Berkaca dari hal-hal di atas, kamu harus mulai terbuka dan belajar untuk terbiasa menormalisasi hal-hal yang sebenarnya baik. Salah satunya menganggap normal ketika seseorang terbuka akan kesehatan mental. Sebab, perilaku mencemooh atau memandang negatif pada hal-hal sebenarnya normal, sangat berbahaya apalagi yang menyangkut kelangsungan hidup manusia.