Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Bikin Kamu Merasa Ternyata Capek jadi Orang Dewasa

ilustrasi capek jadi orang dewasa (pexels.com/Mikhail Nilov)

Menjadi dewasa mungkin terdengar menyenangkan saat kamu masih kecil. Bayangan tentang kebebasan, membuat keputusan sendiri, dan mengejar mimpi seolah membuat masa dewasa tampak sempurna. Tapi begitu kamu berada di fase dewasa, realitanya jauh lebih rumit dari ekspektasi. Hal-hal kecil yang dulu terasa sederhana kini bisa jadi beban berat yang bikin kamu diam-diam lelah.

Namun, capek jadi orang dewasa bukan berarti kamu gagal jadi orang dewasa, kok. Perasaan capek jadi dewasa sebenarnya wajar, dan banyak orang mengalaminya. Kamu cuma lagi menghadapi realita kehidupan yang gak selalu sesuai harapan aja. Nah, berikut merupakan lima hal yang mungkin bikin kamu merasa capek jadi orang dewasa. Yuk, coba renungkan apakah kamu juga pernah merasa hal yang sama!

1. Tekanan finansial yang gak ada habisnya

ilustrasi tekanan finansial (pexels.com/Nicola Barts)

Tantangan terbesar jadi dewasa apalagi kalau bukan urusan keuangan. Ketika kecil, kamu gak perlu mikirin dari mana uang untuk beli makanan atau bayar listrik. Tapi sekarang, gaji yang kamu dapatkan terasa seperti numpang lewat setiap bulannya. Baru terima transfer, eh langsung habis buat bayar sewa rumah, cicilan kendaraan, atau kebutuhan harian.

Lebih melelahkannya lagi, tekanan finansial ini sering terasa seperti siklus tanpa ujung. Ada kebutuhan darurat yang tiba-tiba muncul, seperti kendaraan rusak atau biaya kesehatan, yang bikin tabungan terus terkikis. Gak jarang juga, nih kamu merasa hidup cuma untuk kerja dan bayar tagihan. Akhirnya, kamu jadi overthinking tentang masa depan, bertanya-tanya apakah kamu bisa bertahan atau malah makin terpuruk. Kondisi ini bikin kamu sadar bahwa jadi dewasa berarti harus belajar memprioritaskan sesuatu dan bertahan di tengah tekanan finansial yang terus menghantui.

2. Tanggung jawab yang terus bertambah

ilustrasi tanggung jawab bertambah (pexels.com/Anna Tarazevich)

Saat kecil, tanggung jawab terberat kamu mungkin cuma menyelesaikan PR atau bantu bersih-bersih rumah. Tapi saat dewasa, tanggung jawab itu berkembang pesat dan terasa seperti gak ada habisnya. Kamu harus mikirin pekerjaan, keluarga, hubungan sosial, dan kesehatan mental sekaligus. Semuanya butuh perhatianmu, tapi waktu yang kamu punya sangat terbatas.

Lebih parah lagi, tanggung jawab ini sering datang tanpa aba-aba. Kadang kamu gak punya pilihan selain menerima tugas tambahan atau menghadapi masalah yang bahkan bukan kamu  sendiri yang ciptakan. Misalnya, urusan pekerjaan yang tiba-tiba menumpuk, konflik keluarga, atau beban emosional dari hubungan yang gak sehat. Semua ini bisa bikin kamu merasa kehilangan arah, seolah-olah waktu dan energimu gak pernah cukup untuk memenuhi semua ekspektasi.

3. Ekspektasi sosial yang bikin tertekan

ilustrasi ekspektasi sosial (pexels.com/Danu Hidayatur Rahman)

Ketika dewasa, kamu gak cuma menghadapi ekspektasi dari diri sendiri, tapi juga dari orang-orang di sekitar. Mulai dari orang tua yang berharap kamu sukses dalam karier, teman-teman yang membandingkan pencapaian mereka, sampai masyarakat yang punya standar tertentu tentang kapan nikah atau kapan punya anak.  Semua ini bisa bikin kamu merasa tertekan dan mempertanyakan apakah kamu sudah cukup baik sebagai orang dewasa.

Masalahnya, ekspektasi sosial ini sering kali gak realistis. Orang-orang di sekitar kita atau masyarakat lebih suka melihat hasil akhir tanpa memahami perjuangan di baliknya. Akhirnya, kamu jadi mudah merasa gagal, meskipun sebenarnya kamu sudah berusaha semaksimal mungkin. Kamu mungkin merasa lelah karena harus memenuhi harapan orang lain sambil tetap menjaga mimpi dan kebahagiaanmu sendiri. Di sinilah kamu mulai sadar bahwa jadi dewasa berarti harus pandai memilah mana ekspektasi yang perlu dipenuhi dan mana yang sebaiknya diabaikan.

4. Hubungan yang semakin kompleks

ilustrasi hubungan yang kompleks (pexels.com/RDNE Stock project

Dulu, menjalin hubungan dengan teman atau keluarga terasa lebih simple tapi saat dewasa, semuanya jadi jauh lebih rumit. Kamu mulai menghadapi konflik yang lebih serius, seperti perbedaan prinsip atau kesalahpahaman yang sulit diselesaikan. Bahkan, hubungan yang tadinya harmonis bisa berubah menjadi beban emosional yang bikin kamu stress, lho.

Selain itu, kamu juga mulai menyadari bahwa gak semua orang bisa tetap berada di hidupmu. Ada teman yang perlahan menjauh karena kesibukan masing-masing, atau hubungan romantis yang berakhir karena ketidakcocokan. Semua ini bikin kamu merasa sendirian dan bertanya-tanya apakah kamu cukup baik dalam menjaga hubungan. Menjadi dewasa berarti harus belajar menerima bahwa hubungan itu dinamis, dan nggak semua orang akan tinggal di hidupmu selamanya.

5. Kehilangan waktu untuk diri sendiri

ilustrasi kehilangan waktu untuk diri sendiri (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Saat dewasa, waktu seolah jadi barang mewah, dengan segudang aktivitas dan tanggung jawab, kamu sering kali merasa gak punya waktu untuk dirimu sendiri. Bahkan, saat tumbuh dewasa istirahat pun kadang terasa seperti kemewahan yang sulit didapat. Kamu terus sibuk dengan pekerjaan, urusan rumah tangga, atau masalah sosial, sampai lupa memberikan waktu untuk sekadar bersantai atau mengejar hobi.

Kehilangan waktu untuk diri sendiri ini gak cuma bikin kamu lelah fisik, tapi juga mental. Kamu mulai merasa kehilangan jati diri karena terlalu sibuk memenuhi kebutuhan orang lain atau menyelesaikan tugas. Padahal, waktu untuk diri sendiri sangat penting untuk menjaga keseimbangan hidup sebab tanpa itu, kamu bisa cepat burnout dan kehilangan semangat untuk menjalani hari. Inilah alasan kenapa jadi dewasa terasa begitu melelahkan.

Capek jadi orang dewasa itu wajar dan kamu gak sendirian yang merasakannya di dunia ini. Cobalah untuk mengambil jeda sejenak, merenung, dan memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup kamu. Kamu gak harus sempurna atau memenuhi semua harapan orang lain saat tumbuh jadi dewasa, kok.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us