5 Hal yang Membatasi Fleksibilitas dalam Menghadapi Tantangan

Ketika menghadapi tantangan, kita tidak bisa mengedepankan sikap yang kaku apalagi keras kepala. Dalam situasi seperti ini, lingkungan bisa saja bersifat dinamis. Segala sesuatunya berubah dengan sangat cepat. Otomatis kita harus memiliki fleksibilitas dalam pola pikir maupun tindakan.
Di sisi lain, fleksibilitas ini ternyata tidak dimiliki oleh semua orang. Bahkan beberapa diantaranya tidak bisa menyesuaikan diri di tengah tantangan. Kondisi demikian ini tentu saja dipengaruhi oleh beberapa hal. Kira-kira, apa sajakah itu?
1. Fixed mindset yang sudah mengakar kuat

Tantangan menjadi hal yang wajib dihadapi dalam menjalani kehidupan. Situasi ini tidak bisa dihadapi hanya dengan mengedepankan pola pikir kaku. Apalagi kita tumbuh menjadi individu yang keras kepala. Sebaliknya, dalam menghadapi tantangan sangat diperlukan fleksibilitas.
Tapi mengapa seseorang justru tidak memiliki hal tersebut saat menghadapi tantangan? Ini bisa terjadi karena pola pikir fixed mindset yang sudah mengakar kuat. Jika seseorang cenderung berpikir kaku, sulit bagi mereka untuk menerima perubahan atau ide baru.
2. Perasaan takut gagal yang mendominasi

Kegagalan menjadi situasi yang pasti pernah dihadapi oleh setiap individu. Tentunya kita tidak menginginkan kegagalan terjadi dalam setiap proses yang dilewati. Namun demikian, adakalanya kegagalan terjadi tanpa direncanakan. Beberapa orang cenderung didominasi oleh perasaan takut gagal yang berlebihan.
Ternyata ini menjadi penyebab utama seseorang tidak bisa fleksibel menghadapi tantangan. Rasa takut gagal pada akhirnya akan menumbuhkan sikap pesimis. Seseorang memilih menyerah meskipun sebenarnya ia memiliki kesempatan untuk memperbaiki situasi.
3. Terjebak dalam perasaan tidak percaya diri

Menghadapi tantangan tidak bisa mengandalkan sikap berpangku tangan. Apalagi kita memilih menyerah sejak awal. Dalam situasi tersebut, kita harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang disebut dengan fleksibilitas. Tapi apakah semua orang memiliki kemampuan tersebut?
Sudah tentu tidak. Terdapat beberapa sebab yang membatasi fleksibilitas dalam menghadapi tantangan. Diantaranya terjebak dalam perasaan tidak percaya diri. Kondisi ini pada akhirnya akan menjerumuskan diri ke dalam pola pikir pesimis.
4. Tekanan eksternal dan ekspektasi sosial

Hidup di lingkungan masyarakat harus siap menghadapi berbagai carut-marut kehidupan sosial. Beberapa lingkungan mungkin menetapkan standar yang dianut oleh mayoritas. Contohnya mengenai standar keberhasilan, atau standar-standar tertentu yang dipaksakan kepada seluruh individu.
Tekanan eksternal dan ekspektasi sosial turut menjadi sebab yang membatasi fleksibilitas dalam menghadapi tantangan. Kita merasa terbebani karena harus mengikuti pola tertentu yang tidak sesuai dengan kehendak. Dalam situasi demikian ini, tentu tidak bisa menghadapi tantangan dengan maksimal.
5. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

Menghadapi tantangan tidak bisa dengan mengandalkan tangan kosong. Setidaknya kita harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan. Tapi bagaimana jika kedua hal tersebut justru tidak dimiliki sama sekali?
Entah disadari atau tidak, ternyata juga menjadi penyebab utama yang membatasi fleksibilitas dalam menghadapi tantangan. Jika seseorang tidak memiliki kedua hal tersebut, dia tidak akan mampu menentukan strategi yang tepat. Bahkan kerap mengambil keputusan yang berpotensi membawa risiko lebih besar.
Menghadapi tantangan harus disertai dengan fleksibilitas. Tapi pada faktanya hal ini justru tidak dimiliki oleh semua orang. Kondisi demikian dapat terjadi karena adanya pola pikir yang kurang tepat. Selain itu, tekanan eksternal dan keterbatasan juga menjadi faktor penting yang tidak boleh diabaikan.