5 Sebab Seseorang Merasa Terintimidasi oleh Kehadiranmu, Sikap Tegas?

Contoh sederhana, kamu pernah menjabat sebagai ketua tim dan mendapat hasil memuaskan. Tentu sebagai ketua kamu menunjukkan sisi tegas dan ambisimu demi mengarahkan tim untuk mencapai target. Namun tentu saja, sikap ini menuai banyak pro kontra. Ada orang yang setuju, ada yang justru mencercamu.

Karena sikap tegas sering dikaitkan dengan pribadi yang galak dan menakutkan, alhasil banyak orang merasa terintimidasi dengan kehadiranmu. 

Bagaimana caramu membawa diri sangat merefleksikan penilaian orang terhadapmu. Orang yang punya tingkat kepercayaan diri tinggi dan berkepribadian kuat biasanya mampu memberi kesan intimidatif pada orang lain.

Memang sih kamu gak ada niat untuk membuatnya merasa takut atau ciut. Biasanya pun, rasa intimidasi ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang belum punya gambar diri yang sehat. Dia merasa insecure ketika berada dekatmu.

Itulah mengapa kita tidak boleh terburu-buru menilai orang. Jangan sampai perkataan atau sikap kita menjadi batu sandungan bagi orang lain. Beberapa orang bisa mudah terintimidasi karena pengalaman buruk atau trauma dari masa lalu.

Entah dibentak saat bicara, dipermalukan di depan umum, atau pendapatnya ditolak mentah-mentah. Ini yang kemudian membuat orang itu ragu untuk terbuka dengan orang lain.

Hal-hal eksternal seperti perbedaan status sosial juga membuat orang lain mudah merasa terintimidasi olehmu. Bukan hanya bicara soal kekayaan atau harta, melainkan juga jabatan, peringkat, dan lain sebagainya. Perbedaan ini yang membuat ia merasa ciut tiap ada di dekatmu.

Kamu bisa menjadi terbuka dan ramah padanya. Tapi bila ia menolak untuk terbuka, maka relasi itu pun akan selalu timpang sebelah. Hubungan yang dibangun tidak akan bisa dekat sebagaimana yang kamu inginkan.

Beberapa orang jaim dan pemalu cenderung mudah terintimidasi dengan orang yang blak-blakan. Ia merasa ia tidak akan bisa seterbuka itu dengan orang baru dan merasa terekspos membuatnya selalu ingin menyembunyikan diri.

Tidak ada yang salah dengan sikap jujur dan terbuka, tapi kamu pun harus pintar-pintar membaca situasi. Kalau yang kamu dekati adalah seorang pendiam dan pemalu, maka pendekatanmu pun harus dilakukan secara perlahan.

Perasaan orang berada di luar kontrol kita. Kamu bisa bersikap baik dan luar biasa ramah, tapi kalau ia masih merasa terintimidasi, ya mau bagaimana? Tetap sebarkan kebaikan. Asal kamu tidak melakukan hal jahat, tak perlu merasa bersalah.