Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sikap Orang dengan Fixed Mindset saat Dikritik 

ilustrasi fixed mindset (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi fixed mindset (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dalam hidup, kritik adalah sesuatu yang tidak terhindarkan. Entah itu dari teman, guru, atasan, atau bahkan orang asing di media sosial, kita pasti pernah menerima kritik. Namun demikian, bagaimana seseorang merespons kritik sangat bergantung pada mindset yang dimilikinya?

Terdapat dua jenis mindset utama: growth mindset dan fixed mindset. Orang dengan growth mindset melihat kritik sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, sementara mereka yang memiliki fixed mindset cenderung melihat kritik sebagai ancaman. Berikut lima sikap khas orang dengan fixed mindset saat dikritik.

1. Merasa terancam dan defensif

ilustrasi fixed mindset (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi fixed mindset (pexels.com/RDNE Stock project)

Orang dengan fixed mindset sering menganggap kritik sebagai serangan terhadap kemampuan atau nilai diri mereka. Alih-alih melihatnya sebagai masukan yang membangun, mereka merasa diserang dan berusaha membela diri dengan berbagai cara. Misalnya, jika seorang mahasiswa mendapat saran untuk memperbaiki struktur tulisannya, dia mungkin akan berkata, "Tapi saya sudah berusaha keras!" atau bahkan menyerang balik, "Kamu juga gak sempurna, kan?". Sikap defensif ini menghambat mereka dari perkembangan karena lebih fokus pada membuktikan diri daripada memperbaiki kekurangan.

2. Mengabaikan kritik

ilustrasi fixed mindset (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi fixed mindset (pexels.com/RDNE Stock project)

Alih-alih mempertimbangkan kritik, mereka lebih memilih untuk mengabaikannya. Mereka mungkin berpikir, "Ah, dia cuma iri" atau "Ngapain dengerin dia, toh saya udah bagus". Sikap ini membuat mereka sulit berkembang karena tidak mau menerima masukan yang bisa membantu mereka menjadi lebih baik. Mereka juga sering kali memilih untuk hanya mendengarkan pujian daripada kritik, yang membuat mereka tetap berada di zona nyaman dan tidak mengalami perkembangan berarti.

3. Mencari alasan atau kambing hitam

ilustrasi fixed mindset (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi fixed mindset (pexels.com/RDNE Stock project)

Saat dikritik, mereka sering kali mencari alasan atau menyalahkan sesuatu di luar diri mereka. Misalnya, seorang pekerja yang mendapat masukan tentang ketepatan waktu bisa saja berkata, "Tadi macet banget, bukan salah gue dong!" atau "Laptop gue tiba-tiba error, jadi telat ngerjain!" Mereka lebih fokus mencari pembenaran daripada mencari solusi. Hal ini juga bisa berujung pada kebiasaan menyalahkan orang lain, seperti mengatakan bahwa bos atau dosen terlalu perfeksionis, padahal kritik yang diberikan sebenarnya dapat membantu mereka berkembang lebih baik.

4. Menghindari situasi yang berpotensi dikritik

ilustrasi fixed mindset (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi fixed mindset (pexels.com/Yan Krukau)

Karena takut menghadapi kritik, mereka cenderung menghindari tantangan atau situasi yang bisa membuat mereka dinilai orang lain. Contohnya, seseorang yang takut kritik mungkin enggan berbicara di depan umum karena khawatir mendapat komentar negatif. Akibatnya, mereka kehilangan banyak kesempatan untuk berkembang dan belajar dari pengalaman. Mereka juga cenderung memilih hanya melakukan hal-hal yang sudah mereka kuasai agar tidak menghadapi kemungkinan kegagalan atau penilaian negatif dari orang lain.

5. Merasa gagal dan kehilangan motivasi

ilustrasi fixed mindset (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi fixed mindset (pexels.com/Alena Darmel)

Orang dengan fixed mindset sering kali menganggap kritik sebagai bukti bahwa mereka tidak cukup baik. Daripada melihat kritik sebagai bagian dari proses belajar, mereka langsung merasa gagal dan kehilangan motivasi. Misalnya, seorang seniman yang mendapat komentar bahwa warna dalam lukisannya kurang harmonis mungkin akan berpikir, "Berarti aku gak berbakat, mending berhenti aja."

Padahal, jika dia memiliki growth mindset, dia bisa melihat kritik itu sebagai peluang untuk belajar tentang teori warna dan meningkatkan karyanya. Mereka yang memiliki fixed mindset juga cenderung berhenti mencoba setelah satu kali gagal, tanpa menyadari bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan. Kritik memang tidak selalu mudah diterima, tetapi cara kita meresponsnya menentukan seberapa jauh kita bisa berkembang.

Jika kamu menyadari bahwa kamu memiliki beberapa sikap fixed mindset saat dikritik, jangan khawatir! Mindset bisa diubah. Mulailah dengan belajar melihat kritik sebagai kesempatan untuk tumbuh, bukan ancaman. Dengan begitu, kamu bisa menjadi pribadi yang lebih tangguh, berkembang, dan sukses di masa depan. Jadi, bagaimana caramu menghadapi kritik selama ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Patricia Elsa
EditorPatricia Elsa
Follow Us