5 Tanda Kamu Belum Memaafkan Orang Lain meski Sudah Berjabat Tangan

- Memaafkan tanpa menunggu permintaan maaf langsung
- Permintaan maaf menandai babak baru dalam hubungan
- Jangan sebarkan cerita dan ubah tekanan luar menjadi kesadaran diri
Memberikan maaf pada orang lain hendaknya tidak menunggu momen tertentu. Seperti orang yang bersalah mendatangimu dan meminta maaf secara langsung atau saat Idul Fitri saja. Dengan atau tanpa seseorang meminta maaf, baik sekali apabila dirimu dapat memaafkannya duluan.
Sebab, bukan jaminan jika kamu sudah bersalaman dengan orang yang mengakui dan meminta maaf atas kesalahannya, dirimu ikhlas mengampuni. Boleh jadi tindakan serta ucapanmu lain dengan isi hatimu yang sesungguhnya. Orang mengira sudah dimaafkan olehmu, tapi ternyata belum.
Jika ini terjadi, bukan dia yang secara langsung merasakan kerugian melainkan kamu sendiri. Dirimu menjadi gak tenang dan sulit menikmati hidup. Ingat, bahwa memaafkan bukan sekadar kamu berjabat tangan dengan seseorang. Hatimu juga harus benar-benar ikhlas dalam memberi maaf. Waspadai lima tanda kamu belum sungguh-sungguh memaafkannya.
1. Dimintai maaf bukannya senang malah dalam hati tambah sebal

Kamu tidak serius menyambut niat baik seseorang meminta maaf atas kesalahannya. Ketika orang yang pernah bersalah padamu datang untuk meminta maaf, seharusnya dirimu merasa gembira. Artinya, ia sudah menyadari kekeliruannya. Dia tidak merasa benar sendiri apalagi menganggap kamu yang bersalah.
Permintaan maafnya juga menandai babak baru dalam hubungan kalian yang lebih positif. Jika tadinya hubungan pertemanan atau persaudaraan renggang bahkan seakan-akan telah terputus, kini ada tanda bakal tersambung lagi. Malah terdapat potensi hubungan kalian akan lebih erat daripada sebelum diuji oleh masalah.
Namun, perasaanmu justru kembali bergejolak saat ia meminta maaf. Lukamu seperti berdarah kembali. Kamu curiga berlebihan atas maksud di balik permintaan maafnya. Jika dirimu bisa memilih, kamu lebih suka gak pernah lagi melihatnya. Daripada dirimu harus berhadapan atau berhubungan kembali dengannya untuk menerima permintaan maafnya.
2. Membicarakan kesalahan orang itu ke mana-mana

Kalau kamu dan seseorang yang pernah punya salah telah berjabat tangan seharusnya masalah itu sudah mencapai titik terakhir. Jangan ceritanya disebarkan ke mana-mana karena akan memicu persoalan baru. Bila pun ada orang terdekatmu yang telanjur mengetahui masalah kalian dulu dan bertanya tentang perkembangannya, jawab singkat saja.
Katakan bahwa dia sudah meminta maaf serta dirimu meresponsnya dengan amat baik. Konflik telah berakhir dan sekarang hubungan kalian baik-baik saja. Jangan seakan-akan dirimu memenangkan pertandingan. Kamu berbangga diri sebab seolah-olah berhasil memaksa orang lain untuk meminta maaf.
Padahal, tanpa paksaan dari siapa pun seseorang dapat terdorong buat mengakui kekhilafannya. Kedatangannya untuk meminta maaf padamu tidak hanya buat memperbaiki hubungan kalian. Namun juga guna meningkatkan kualitas dirinya. Justru kamu seharusnya merasa malu apabila masih saja membahas kesalahannya di masa lalu.
3. Memaafkan karena terpaksa saja

Memang terkadang ada tekanan dari luar untukmu memaafkan kesalahan seseorang. Misalnya, kamu bertengkar dengan saudara atau pasangan. Lalu orangtua membujukmu supaya memaafkannya agar hubungan kembali harmonis. Begitu pula ketika dirimu ada persoalan dengan teman kerja.
Atasan menekanmu supaya tidak terlalu keras kepala dan mau menerima permintaan maaf rekan. Sebab jika tidak begitu, masalah di antara kalian bakal berpengaruh juga terhadap pekerjaan.
Namun, apa pun bentuk tekanan yang diterima, kamu harus mampu mengubahnya menjadi kesadaran diri, bahwa semua hal di dunia ini mesti ada titik akhirnya.
Permasalahanmu dengan seseorang pun sama, cuma bisa diakhiri dengan kalian saling memaafkan. Apabila dirimu mampu menyadari hal ini, rasa terpaksa itu tidak ada lagi. Kamu sadar penuh bahwa kerukunan lebih utama. Bahkan dirimu mengakui baik sekali seseorang mau terlebih dahulu meminta maaf.
4. Bersikap terlalu menghindarinya

Kesalahan orang lain padamu yang keterlaluan akan meninggalkan jejak yang cukup panjang. Ada rasa trauma untukmu kembali berinteraksi dengannya. Kalau-kalau dia bakal mengulangi kesalahannya dan itu membuatmu lebih terluka daripada sebelummya. Akan tetapi jika dirimu sudah memberikan maaf pada seseorang, seharusnya tak ada rasa takut yang berlebihan.
Kamu tentu perlu tetap waspada. Namun, tidak sampai dirimu berusaha terlampau keras buat menghindarinya. Kalau kamu melihatnya dari jauh saja langsung mencari jalan lain, ini sama dengan pemberian maafmu baru sebatas di bibir. Kelakuanmu gak menunjukkan hal yang sama.
Walaupun ada rasa waspada, memaafkan dengan tulus berarti memahami serta menerima fakta bahwa dia hanya manusia biasa. Ia dapat berbuat salah, tapi juga sudah menunjukkan niat mulia dengan meminta maaf. Kamu tidak akan buru-buru memalingkan wajah atau pergi ketika dirinya ada dalam jangkauan pandanganmu.
5. Masih ada keinginan untuk membalas dendam

Pembalasan dendam tidak selalu dalam bentuk tindakan kriminal yang secara langsung melukai orang lain. Ketika kamu berharap seseorang yang pernah bersalah padamu bakal celaka, itu juga merupakan keinginan balas dendam. Dirimu tidak tahu apa atau siapa yang akan membuatnya celaka.
Kamu pun gak terlalu memikirkan kapan serta di mana nasib buruk bakal menimpanya. Dirimu hanya tidak menginginkan kebaikan datang dalam hidupnya. Saat kamu merasa puas membayangkan seseorang menderita lantaran pernah bersalah padamu, pemberian maafmu tempo itu cuma gimik.
Cek ke dalam hatimu, ada atau tidak sedikit saja keinginan ia tertimpa keburukan apa pun. Pemberian maafmu tak berarti apa-apa jika kamu belum mampu hanya mendoakan yang baik-baik untuknya. Sekalipun dirimu tidak sekadar memberi maaf melainkan juga bersikap manis di depannya, pada dasarnya kebencianmu padanya masih sangat kuat.
Makin besar kesalahan seseorang, makin tidak mudah buatmu memaafkannya. Namun, niat baiknya untuk meminta maaf harus diapresiasi dengan kamu memberikannya setulus hati. Tutup catatan tentang kesalahannya dan buka lembaran baru dalam hubungan kalian. Supaya baik dirimu maupun dirinya sama-sama lega. Beban berat dalam hati sudah terangkat.