5 Tanda Pasangan Memiliki Luka Inner Child, Punya Trust Issue!

Pengalaman masa kecil yang kurang bahagia sering kali membekas dalam diri kita. Tanpa disadari, hal ini dapat berimbas pada hubungan asmara ketika dewasa. Luka inner child, atau luka emosional yang berasal dari trauma masa kecil, bisa memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan pasangannya.
Ketika menjalin hubungan dengan seseorang yang punya luka inner child, kamu mungkin perlu memahami dan menghadapinya dengan kesabaran. Maka dari itu, coba perhatikan apakah si dia memiliki tanda-tanda luka inner child berikut ini. Simak selengkapnya, yuk!
1. Sulit mengekspresikan perasaan

Trauma masa kecil memang memiliki efek berbeda pada setiap orang. Namun, salah satu yang umum dirasakan adalah mereka cenderung sulit mengungkapkan perasaan. Biasanya, ini terjadi ketika mereka kerap diabaikan sejak kecil sehingga terbiasa memendam apa yang dirasakan.
Tak heran jika pada akhirnya mereka jadi sulit terbuka, terutama jika terkait dengan pengalaman traumatis masa kecil. Jika pasanganmu mengalami hal ini, sebaiknya jangan paksakan ia untuk bercerita kecuali ia sudah merasa siap, ya!
2. Lebih suka menyendiri saat sedih dan marah

Buntut dari sulit mengekspresikan perasaan juga terlihat dari caranya yang kerap menyendiri saat dilanda kesedihan atau sedang marah. Si dia mungkin menghindari konflik sehingga memilih mengurung dirinya sendiri.
Ini menjadi strategi andalannya dalam mengatasi perasaan insecure dan rasa takut akibat trauma masa kecil yang dia alami. Sayangnya, hal ini bisa menghambat komunikasi dalam hubungan. Ketika menghadapi konflik, masalah dapat terus berlarut-larut dan akhirnya menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
3. Menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain

Ketergantungan emosional yang berlebihan pada orang lain juga bisa menjadi tanda bahwa pasangan memiliki luka inner child. Si dia mungkin sangat membutuhkan dukungan dan validasi dari kamu sebagai pasangannya, karena ia tak pernah merasa cukup dihargai atau dicintai saat masih kecil.
Namun, hal ini dapat menimbulkan tekanan dan konflik dalam hubungan. Karena kamu mungkin tak selalu bisa memenuhi semua kebutuhan emosionalnya. Maka dari itu, kamu bisa membantunya untuk menerima dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu agar merasa penuh dan bisa memandang dirinya dengan positif.
4. Cenderung bereaksi berlebihan terhadap hal kecil

Seseorang yang memiliki luka inner child juga cenderung berreaksi berlebihan terhadap situasi-situasi kecil. Mereka jadi mudah marah, merasa terluka, atau gelisah dalam kondisi yang seharusnya tidak menjadi masalah besar.
Misalnya, ketika mendapatkan makanan yang berbeda dengan yang dipesan, ia jadi meledak dan meluapkan emosinya. Padahal, ini bisa diatasi dengan baik-baik. Jika pasangan punya kecenderungan seperti ini, ini bisa menjadi tanda bahwa si dia memiliki beban emosional dari masa kecil dan memproyeksikannya ke dalam hubungan.
5. Bersikap terlalu posesif

Rasa insecurity mendalam juga dapat menyebabkan rasa ketakutan akan ditinggalkan. Ini membuat pasangan menjadi sangat cemburu dan bersikap posesif, sehingga mengganggu keharmonisan dalam hubungan. Ditambah lagi, seseorang dengan luka inner child cenderung memiliki trust issue sehingga kesulitan untuk memercayai orang lain, termasuk pasangannya sendiri.
Dalam sebuah hubungan, penting untuk memahami bahwa kita mungkin memiliki luka inner child masing-masing. Dengan kesabaran, pengertian, dan dukungan satu sama lain, kamu dan pasangan bisa bekerja bersama untuk mengatasi luka ini agar bisa membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Jangan ragu juga untuk meminta bantuan kepada tenaga profesional seperti psikolog agar luka trauma bisa ditangani dengan tepat, ya!