Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Mengapa Seseorang Tidak Bisa Melepaskan Dendam, Hati-hati!

ilustrasi wanita ngambek (pexels.com/shvetsproduction)

Ada banyak alasan mengapa seseorang mungkin kesulitan untuk melepaskan dendam yang telah menetap di dalam hati mereka. Dendam, entah itu terhadap individu atau situasi tertentu, sering kali menciptakan ikatan emosional yang kuat dan memengaruhi pikiran serta perilaku seseorang.

Dalam prosesnya, ada faktor-faktor psikologis, emosional, dan bahkan sosial yang berperan, membuat proses melepaskan dendam menjadi lebih rumit dan sulit dilakukan. Cari tahu beberapa alasan mengapa seseorang tidak bisa melepaskan dendam lewat artikel berikut!

1. Trauma emosional yang belum sembuh

ilustrasi menghibur teman yang sedih (pexels.com/karolinagrabowska)

Trauma emosional yang belum disembuhkan menjadi faktor yang sering kali terkait dengan kesulitan seseorang untuk melepaskan dendam. Ketika seseorang mengalami pengalaman traumatis yang menyebabkan luka emosional, seperti pengkhianatan, penipuan, atau perlakuan tidak adil, hal ini dapat meninggalkan bekas yang dalam dalam pikiran dan hati.

Proses penyembuhan trauma emosional memerlukan waktu dan upaya yang cukup, dan dalam beberapa kasus, individu mungkin tidak pernah sepenuhnya memproses atau mengatasi pengalaman traumatis tersebut. Ketika trauma emosional tidak disembuhkan sepenuhnya, orang tersebut mungkin terus-menerus mengalami rasa sakit, kemarahan, atau kesedihan yang terkait dengan pengalaman yang dialami. 

2. Merasa memiliki kekuatan

ilustrasi kedua wanita bercengkrama (pexels.com/cliffbooth)

Dalam banyak kasus, menyimpan dendam dapat memberikan rasa kontrol atau kekuatan yang palsu bagi seseorang yang merasa terluka atau tidak adil. Hal ini dapat membuat individu tersebut merasa bahwa mereka memiliki kendali atau kekuatan atas situasi yang ia hadapi.

Merencanakan balas dendam atau merasa bahwa diri memiliki "kekuatan" untuk menyakiti atau merugikan pelaku dapat memberikan rasa puas yang singkat. Hal ini dapat memberikan rasa puas yang sementara pada psikologis dan membuat diri merasa memiliki kendali atas situasi yang menyebabkan dendam tersebut.

"Seseorang mungkin merasa bahwa dengan menyimpan dendam. Mereka memiliki keunggulan psikologis atas situasi atau orang tersebut. Mereka pun merasa bahwa itu adalah cara untuk melindungi diri dari kemungkinan terluka seterusnya," kata Rachel Fleischman, LCSW, pendiri Bliss Counseling, dilansir Verywell Mind.

3. Tidak menemukan penyelesaian

ilustrasi couple berbicara hal yang serius (pexels.com/rdne)

Salah satu alasan sulitnya seseorang melepaskan dendam karena mereka merasa bahwa situasi yang menyebabkan sakit hati tidak memiliki penyelesaian yang memuaskan atau jelas. Apalagi, manusia secara alami menginginkan penyelesaian yang memuaskan sebelum melepaskan perasaan negatif seperti dendam.

Dilansir Verywell Mind, menurut Sarah Baroud, LICSW, seorang pekerja sosial klinis independen berlisensi mengatakan, mungkin menunggu pengakuan atau tindakan dari pihak lain yang membuatnya merasa terluka. Sebuah permintaan maaf atau pengakuan kesalahan dari pihak lain dapat menjadi kunci untuk membebaskan diri dari dendam. 

4. Sebagai bentuk pertahanan diri

ilustrasi pasangan yang berkonflik (pexels.com/keiraburton)

Bagi sebagian orang, mempertahankan dendam bisa menjadi cara untuk melindungi diri dari rasa sakit yang mendalam. Mereka mungkin percaya bahwa dengan memelihara dendam, mereka menjaga diri mereka dari kemungkinan disakiti lagi di masa depan.

Dalam hal ini, dendam berfungsi sebagai tembok pelindung emosional yang mencegah individu tersebut merasakan kerentanan atau kelemahan yang mungkin terjadi jika mereka memaafkan atau melupakan kesalahan orang lain. Meskipun mempertahankan dendam hanya memperpanjang penderitaan, bagi beberapa orang, hal ini masih dianggap sebagai bentuk pertahanan diri yang penting untuk menjaga keseimbangan psikologis mereka.

"Misalnya, ketika seseorang berada dalam suatu hubungan dan pasangannya berselingkuh, mempertahankan rasa dendam bisa menjadi cara untuk melindungi diri dari terluka lebih lanjut. Ini membuat enggan individu tersebut untuk melanjutkan ke depan, mencari hubungan baru, dan berisiko mengalami sakit hati yang serupa," kata Amy Robbins, PsyD, direktur kesehatan mental di BIÂN Chicago, dilansir Verywell Mind.

5. Kurangnya keterampilan dalam mengelola emosi

ilustrasi menangis (pexels.com/karolinagrabowska)

Kurangnya keterampilan dalam mengelola emosi dapat menjadi hambatan signifikan dalam proses melepaskan dendam. Orang yang tidak terbiasa mengidentifikasi atau memahami emosi mereka secara tepat mungkin merasa terjebak dalam perasaan negatif, seperti kemarahan, kekecewaan, atau sakit hati tanpa tahu bagaimana cara mengatasi atau meredakannya.

Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif dan mengendalikan reaksi emosional juga penting, karena ketidakmampuan dalam hal ini dapat memperpanjang siklus dendam. Inilah pentingnya bagi seseorang yang mengalami kesulitan dalam melepaskan dendam untuk mengembangkan keterampilan pengelolaan emosi melalui terapi atau dukungan psikologis, yang dapat membantu memecahkan siklus dendam dan mencapai kedamaian emosional.

6. Tidak ingin terlihat lemah

ilustrasi pasangan sedang berkonflik (pexels.com/alexgreen)

Melepaskan dendam sering kali membuat seseorang merasa seolah-olah mereka telah mengalami kerugian atau kekalahan. Ini karena dendam dianggap sebagai cara untuk menegakkan keadilan atau membalas perlakuan yang tidak adil.

Sentimen yang seseorang rasakan mungkin disebabkan oleh perasaan bahwa pelaku masih harus bertanggung jawab atas tindakannya atau harus dihukum. Sebagai hasilnya, mereka mungkin memilih untuk mempertahankan perasaan dendam sebagai cara untuk mempertahankan citra kekuatan atau kendali diri. Dalam hal ini, keinginan untuk menjaga image yang kuat atau dominan dapat menjadi faktor yang menghalangi seseorang untuk melepaskan dendam.

"Melepaskan dendam bisa terasa seperti menyerah, seolah-olah membiarkan orang lain keluar tanpa hukuman. Ini bisa membuat seseorang merasa seolah kalah dalam konflik tersebut," kata Sarah Baroud.

Meskipun memelihara dendam mungkin memberikan rasa kekuatan atau kendali atas situasi yang menyakitkan, pada akhirnya membiarkan dendam bertahan hanya akan memperpanjang penderitaan. Oleh karena itu, untuk mencapai kedamaian batin dan kesejahteraan emosional, penting bagi seseorang untuk memahami akar penyebab dendam dan mencari solusi untuk pemulihan diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Shasya Khairana
EditorShasya Khairana
Follow Us