6 Penyebab Tak Mengembalikan Buku Pinjaman, Itu Tetap Bukan Milikmu!

Pinjaman dalam bentuk apa pun harus dikembalikan pada pemiliknya. Akan tetapi, adakah buku pinjaman yang ternyata belum kamu kembalikan? Meski bukunya hanya sebuah dan tak baru lagi, ini tidak menggugurkan kewajibanmu buat mengembalikannya.
Jangan lagi menyepelekan soal pengembalian buku seolah-olah hanya pinjaman berupa uang yang wajib dibalikin. Bagi pemilik buku, kembalinya buku tersebut tetap amat penting. Bahkan, orang yang sangat menyukai buku dan menjadikannya bagian dari belanja rutin akan sedih sekali bila bukunya tidak kembali.
Secara umum, kejadian dirimu melalaikan pengembalian buku dapat dipicu oleh kesengajaan maupun tidak. Ingat baik-baik, bahwa kamu masih memiliki tanggungan berupa buku. Hindari enam penyebab yang paling sering bikin orang cuma suka meminjam buku, tapi abai pada kewajiban mengembalikannya.
1. Lupa pernah pinjam atau tempat menaruhnya

Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Namun, ini tidak berarti kamu gak perlu latihan agar lebih mudah mengingat sesuatu. Apalagi jika hal tersebut berkaitan dengan orang lain. Sifatmu yang mudah lupa bakal merugikan mereka. Lain dengan sekadar dirimu lupa belum menyetrika baju sendiri sehingga terpaksa mengenakan pakaian yang kusut.
Orang-orang tak perlu dipusingkan oleh kebiasaanmu yang kurang memperhatikan berbagai hal. Lakukan cara sederhana supaya kamu gampang mengingat benda-benda pinjaman. Seperti dengan memasang papan di dinding kamarmu dan tulis setiap barang yang baru saja dipinjamkan seseorang.
Catat hari dan tanggal peminjaman serta kapan kesepakatan untukmu mengembalikannya. Kalau kamu takut keburu lupa selagi dalam perjalanan pulang dari kampus atau kantor, catat dulu di smartphone. Baru salin di papan tersebut setibanya di rumah.
Dengan ditulis pada papan di dinding kamar, kamu selalu melihatnya setiap sebelum dan setelah bangun tidur. Pun selalu letakkan barang pinjaman di tempat yang mudah terlihat sehingga dirimu tidak kesulitan mencarinya.
Kamu harus rajin membersihkan barang-barangmu di rumah karena kondisi yang berantakan menyulitkanmu menemukan apa pun. Bila perlu, taruh semua barang pinjaman di rak khusus agar tak bercampur dengan barang pribadi.
2. Hasrat memiliki tanpa perlu membeli

Manusia dan hasratnya untuk memiliki apa saja juga mesti diwaspadai. Memang rasanya enak jika kamu dapat mempunyai berbagai barang tanpa perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Ini sebabnya orang suka menerima hadiah dan produk yang diberikan secara gratis.
Sadari kecenderungan ini biar dirimu mampu membatasi situasi yang membolehkanmu mengambil barang gratisan. Misalnya, kamu cuma suka mencari produk beli 1 gratis 1 dan tak pernah menolak pemberian semurah apa pun. Namun, barang yang sifatnya pinjaman akan tetap dikembalikan tepat waktu. Baik barangnya istimewa, biasa saja, mahal, atau murah; ini bukan milikmu.
Kamu harus merasa cukup dan mensyukuri kebaikan orang-orang yang mau meminjamimu sesuatu. Jangan membalasnya dengan gak mengembalikan barang yang dipercayakan padamu. Orang yang sama tentu tak mau barangnya hilang lagi olehmu sehingga makin lama kamu makin kesulitan mendapatkan pinjaman apa pun darinya.
3. Bukunya ada, tapi kondisinya rusak

Bukunya masih ada di kamu. Dirimu sama sekali tidak melupakannya. Hanya saja, kondisinya yang tak lagi sebaik ketika kamu meminjamnya menimbulkan beban di hati. Kian parah kerusakan pada buku, kian dirimu merasa tidak enak untuk mengembalikannya.
Meski sebetulnya kamu pun merasakan dilema. Idealnya, dirimu harus siap bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Contohnya, kamu mengembalikan buku itu bersama dengan buku yang sama tetapi baru agar pemiliknya tidak kecewa. Namun apabila dompetmu lagi tipis, hal ini menjadi sulit dilakukan.
Lalu, bagaimana solusinya? Kamu tetap harus mengembalikan buku itu apa pun risikonya. Bila pemilik memintamu menggantinya dengan buku yang baru, lakukan meski dirimu mesti menabung dulu. Namun, kalau bukunya sudah tidak diterbitkan, carikan buku bekas yang kondisinya lebih baik daripada bukunya yang telah rusak olehmu.
Terakhir jika buku bekas pun sulit ditemukan, gantilah dengan sejumlah uang yang patut. Syukur jika pemilik buku mau menerima penggantian berupa uang darimu. Apabila ia menolak, setidaknya dirimu sudah berusaha menunjukkan tanggung jawab.
4. Buku telah berpindah tangan dan sulit memintanya kembali

Barang apa pun yang dipinjamkan seseorang padamu tidak boleh dioper ke orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Risiko dari meminjamkan sesuatu secara berantai begini amat besar. Jika peminjam berikutnya kurang bertanggung jawab, pemilik barang menjadi yang paling dirugikan.
Walaupun antara kamu dan peminjam selanjutnya saling mengenal dengan cukup baik, belum tentu mudah buatmu mengambil kembali barang itu darinya. Ia mungkin teledor sehingga barangnya hilang, rusak, atau sama sepertimu yang meminjamkannya lagi ke orang lain. Batasi orang yang terlibat dalam peminjaman biar lebih aman.
Apabila ada teman yang tertarik dengan buku pinjaman yang sedang kamu baca, minta dia bilang sendiri pada pemiliknya. Bila pemiliknya menyetujui, berarti tanggung jawab pengembalian buku tak lagi ada padamu. Pemiliknya tahu siapa yang harus ditagihnya kalau buku itu gak kunjung dikembalikan.
5. Berpikir cuma buku perpustakaan, koleksinya masih banyak

Koleksi perpustakaan memang melimpah. Makin besar perpustakaan yang kamu kunjungi, makin lengkap juga koleksinya. Akan tetapi, adanya buku sebanyak ini bukan untuk dihilangkan para peminjam. Buku-buku tersebut disediakan guna kepentingan masyarakat luas.
Satu saja buku yang kamu pinjam dan gak dikembalikan sama dengan merampas hak baca begitu banyak orang. Pun tak semua perpustakaan memiliki cukup anggaran buat terus menambah koleksi bukunya. Jangan sampai koleksi bukunya kian berkurang karena ulah peminjam yang tidak bertanggung jawab sepertimu.
Malah kalau bisa, kamu sesekali mengembalikan buku pinjaman sambil mendonasikan koleksi bukumu yang telah tak terpakai. Dengan demikian, ada hubungan yang saling menguntungkan antara dirimu dengan perpustakaan. Kamu dapat meminjam buku-buku yang tidak dipunyai, sedangkan perpustakaan memperoleh koleksi baru darimu.
6. Yakin pemiliknya sudah selesai membaca dan tak butuh lagi

Untukmu yang meminjam buku pada perseorangan, sikap meremehkan soal pengembalian diakibatkan oleh cara berpikir yang keliru. Kamu kurang memahami dan menghargai hak setiap pemilik barang. Baik barang itu masih digunakannya atau tidak, kepemilikannya gak berubah.
Tak lantas dirimu atau siapa pun dapat mengambilnya sesuka hati. Buku pun begitu. Pemiliknya memang sudah selesai membacanya. Kamu juga tahu dia tidak suka mengulangi membaca buku yang sama. Namun, tetap saja buku tersebut mesti dikembalikan tepat waktu.
Dia bakal merasa tidak tenang karena koleksi bukunya gak lengkap. Lagi pula, ia yang membeli buku tersebut. Peminjam sama sekali tak berhak bersikap seakan-akan menjadi pemilik barunya. Walau buku itu hanya akan mengisi rak di rumah pemiliknya, ini sama sekali bukan urusanmu. Tugasmu cuma mengembalikannya sesuai kesepakatan.
Kemampuanmu mengembalikan buku tepat waktu bisa menjadi cerminan sikapmu ketika meminjam benda-benda yang bernilai lebih tinggi. Benda yang lebih mahal daripada buku bakal meningkatkan hasratmu dalam memilikinya sehingga kamu makin enggan mengembalikannya. Yuk, latihan menjadi peminjam yang dapat dipercaya dengan sesimpel mengembalikan buku pinjaman.