Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Perjuangan Pedagang di Musim Hujan, kalau Ada Rezeki Dibeli, Ya!

ilustrasi pedagang buah (pexels.com/KBDB PHOTOGRAPHY)
ilustrasi pedagang buah (pexels.com/KBDB PHOTOGRAPHY)

Apa yang ada di benakmu saat hujan turun dan terlihat sejumlah pedagang pontang-panting menyelamatkan dagangannya? Sementara dirimu bisa duduk nyaman di dalam rumah atau kantor. Tentu setiap pekerjaan ada tantangan masing-masing.

Namun, berempati pada orang-orang yang bekerja di luar ruangan juga penting. Apalagi di musim hujan ketika cuaca bisa tiba-tiba berubah tak bersahabat. Hujan lebat, petir, dan angin kencang amat membahayakan keselamatan orang-orang yang beraktivitas di luar.

Tidak terkecuali pedagang yang harus tetap menjaga barang dagangannya. Jangan sampai dagangan basah, rusak, atau berhamburan. Mereka juga mesti tetap berusaha mendapatkan uang apa pun yang terjadi karena modal kudu terus diputar. Belum lagi buat makan sekeluarga. Berikut gambaran perjuangan pedagang di musim hujan.

1. Beberapa jenis dagangan kurang laku

ilustrasi pedagang minuman (pexels.com/Nandhu Kumar)
ilustrasi pedagang minuman (pexels.com/Nandhu Kumar)

Di musim kemarau sekalipun, banyak orang masih suka mengonsumsi makanan panas seperti bakso dan soto. Akan tetapi, di musim hujan mereka cenderung menghindari minuman dingin. Mereka beralih ke minuman yang menghangatkan badan biar gak gampang masuk angin.

Padahal, hujan bisa turun dari pagi sampai malam. Artinya, para pedagang es mengalami penurunan omzet. Sebagian dari mereka segera mengganti jenis dagangan begitu musim hujan tiba. Atau, setidaknya melengkapi pilihan dengan menyediakan minuman hangat juga.

Namun, sebagian penjual lagi merasa berganti dagangan bukan hal mudah. Terutama kalau di sekitarnya sudah banyak saingan. Mereka merasa tak enak untuk menyamai dagangan para penjual di sekitarnya. Nanti pendapatan mereka menurun karena makin ketatnya persaingan. Pedagang minuman dingin harus mencari cara lain agar tetap dapat bertahan sampai kemarau kembali datang.

2. Pedagang keliling kesulitan menjajakan dagangannya

ilustrasi pedagang (pexels.com/Huy Phan)
ilustrasi pedagang (pexels.com/Huy Phan)

Tantangan bagi pedagang keliling menjadi berlipat-lipat di musim hujan. Di musim kemarau, mereka memang harus berjuang di bawah panas matahari. Namun, itu masih terasa lebih baik dibandingkan dengan musim hujan. Lebatnya hujan dan licinnya jalan membuat usaha mereka buat memperoleh rezeki jauh lebih sulit.

Terlebih mereka membawa muatan yang gak ringan di sepeda atau motor. Bahkan sebagian pedagang mesti terus mendorong gerobak yang sangat berat di tengah guyuran hujan. Bila mereka menunggu hujan benar-benar berhenti, jarak tempuh per harinya menjadi terlalu pendek.

Artinya, makin sedikit dagangan yang bisa terjual. Walaupun hujan masih lumayan deras, mereka mungkin berusaha untuk tetap berkeliling. Pun boleh jadi dagangannya justru lebih dibutuhkan orang ketika hujan deras. Seperti pedagang makanan keliling dinantikan keluarga yang ingin jajan, tetapi malas keluar.

3. Pedagang tanpa tempat permanen sering terempas angin kencang

ilustrasi pedagang (pexels.com/Faheem Ahamad)
ilustrasi pedagang (pexels.com/Faheem Ahamad)

Meski sering menjadi target operasi penertiban, berjualan dengan tempat yang tidak permanen sebenarnya sangat gak mudah. Selama musim hujan, para penjual harus bertarung melawan angin kencang. Hujan lebat saja sudah bikin banyak orang gentar dan memilih berlindung di dalam bangunan.

Apalagi kalau disertai angin kencang dan petir. Akan tetapi, pedagang tak bisa melakukannya begitu saja. Sering kali mereka harus tetap bertahan di bawah tenda yang ala kadarnya buat menjaga barang dagangan. Khususnya, untuk mereka yang menjual makanan dan pakaian. 

Perjuangan mereka sama dengan mempertaruhkan nyawa. Semuanya dilakukan demi gak banyak kerugian selama musim hujan. Bagaimanapun juga, ada keluarga yang harus dinafkahi. Apabila semua pedagang punya dana lebih tentu mereka memilih menyewa tempat yang permanen demi keamanan diri. Namun, modal terbatas memaksa mereka menghadapi hujan serta angin kencang.

4. Tanpa kerja sama dengan layanan pesan antar auto sepi

ilustrasi pedagang (pexels.com/Markus Winkler)
ilustrasi pedagang (pexels.com/Markus Winkler)

Dengan adanya layanan pesan antar saja, hujan yang sangat lebat akan mengurangi pemesanan. Sebagian orang tidak tega pada driver kalau harus menembus derasnya hujan. Begitu pula tak sedikit pengemudi yang memilih buat beristirahat dulu sembari menunggu hujan reda.

Namun, ikut dalam layanan pesan antar masih lebih baik daripada mengandalkan konsumen datang secara langsung. Gerimis yang rapat saja telah menahan orang-orang di rumah. Apalagi ketika hujan bertambah deras. Pilihan mereka ialah menggunakan layanan pesan antar.

Pedagang yang masih berjualan dengan cara lama perlu menyiapkan cadangan modal yang lebih besar. Jika tidak begitu, modal bisa habis sebelum kemarau tiba. Saat hujan turun sepanjang hari, terkadang tak ada satu pun pembeli yang datang. Pedagang yang telah lanjut usia sering kali tak punya banyak pilihan selain terus menunggu pembeli.

5. Dagangan mudah busuk

ilustrasi pasar tradisional (pexels.com/BUI QUANG)
ilustrasi pasar tradisional (pexels.com/BUI QUANG)

Musim hujan juga membuat sejumlah jenis dagangan lebih cepat rusak. Utamanya buah dan sayuran. Kualitasnya menurun saat curah hujan tinggi. Dari proses panen sampai ke tangan konsumen, proses pembusukan makin kentara. Ditambah penjualan yang kurang lancar.

Di musim kemarau, barang yang tersisa masih dapat dijual kembali besok. Akan tetapi, di musim hujan sebagian besarnya telah dalam kondisi yang gak layak jual. Potensi kerugian pedagang pun menjadi lebih tinggi. Mereka harus menghitung barang yang akan dijual setiap harinya dengan cermat.

Jangan sampai sebagian besarnya tak laku lalu busuk. Bila barang telah dalam kondisi yang kurang baik, bisa balik modal saja sudah disyukuri. Ini masih mending daripada sama sekali tidak terbeli. Sebagai konsumen, kamu pun perlu memaklumi apabila kualitas sejumlah produk menurun selama musim hujan.

6. Pasokan tidak lancar

ilustrasi pedagang ikan (pexels.com/kong reach)
ilustrasi pedagang ikan (pexels.com/kong reach)

Kendala berikutnya yang dialami pedagang adalah terkait pasokan. Utamanya untuk produk yang langsung diambil dari alam seperti hasil kebun dan laut. Panen sayur dan buah dapat kurang maksimal sehingga pasokan ke pedagang-pedagang pun berkurang. Akibatnya, harganya menjadi lebih tinggi dan barangnya terbatas.

Begitu pula dengan hasil laut seperti ikan. Cuaca buruk serta gelombang tinggi membuat nelayan tidak bisa melaut seperti biasanya. Apabila konsumen kesal karena sejumlah barang kebutuhan dapur sulit ditemukan dan mahal, pedagang apalagi.

Mereka juga ingin pasokan segera lancar kembali agar dapat menjual lebih banyak. Akan tetapi, apa boleh buat? Faktor alam sulit untuk dilawan. Belum lagi jika terjadi bencana alam yang menyulitkan proses distribusi barang. Contohnya, banjir dan longsor di rute yang biasa dilalui kendaraan pengangkut.

Mayoritas pedagang tidak mengeluhkan berkurangnya pemasukan mereka selama musim hujan. Mereka sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Namun, bila kamu sudah tahu perjuangan pedagang di musim hujan dan ada rezeki, tak ada salahnya untuk melariskan dagangan mereka. Terutama pedagang yang ada di sekitarmu. Kecil kemungkinan orang-orang yang lebih jauh mau datang serta membeli ketika turun hujan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us