6 Pesan Berharga Bisa Kamu Dapatkan di Film "The Pursuit of Happyness"

Bila kamu tengah mencari sosok yang punya determinasi tinggi, cobalah mengamati karakter Chris Gardner.

Sosok pria berkulit hitam ini menghabiskan seluruh uang tabungannya untuk berinvestasi mesin pemindai kepadatan tulang. Sejumlah dokter maupun rumah sakit menilai harga yang ditawarkan Chris terlalu mahal. Alhasil, ia harus berusaha ekstra menjual mesinnya itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Bila ia tak berhasil menjual setidaknya dua unit mesin dalam sebulan, biaya hidupnya tidak akan tertutupi.

Saat Chris berjalan melewati depan kantor pialang saham Dean Witter, ia iseng bertanya kepada salah satu broker. "Bagaimana caranya kamu bisa memiliki mobil sebagus itu?," tanya Chris. Lantas broker tersebut menjawab bila dirinya bekerja sebagai broker saham. Dari situlah, Chris mengirimkan surat lamarannya kepada pihak Dean Witter.

Ia terus mencoba mendekati pimpinan, mengikuti proses pelatihan, dan diterima sebagai pegawai baru di Dean Witter.

Saat Chris berada di titik terbawah dalam hidupnya, sang istri bernama Linda memilih meninggalkan suami dan anaknya untuk mencari kehidupan baru.

Sikap Linda adalah contoh yang sebaiknya tak patut dicontoh. Ia tak menunjukkan dukungan terhadap suaminya yang berusaha mencari jalan keluar dari kesulitan ekonomi.

Saat berjualan mesin, Chris benar-benar mendapat cobaan-cobaan hidup terberat. Chris ditinggalkan oleh istrinya, banyak tunggakan yang harus ia bayar, pindah-pindah kontrakan, motel, dan bahkan ia pernah bermalam di toilet. Bahkan, mesinnya tersebut hampir dicuri oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Belum lagi, Chris harus mengasuh anak semata wayangnya. Tapi, ia selalu bersikap bijak dan tak pernah terlihat mengeluh atas cobaan hidupnya.

Salut!

Chris masih berjualan mesin sembari menjadi pegawai magang guna menyambung hidup. Ia sama sekali sadar, hampir tak ada waktu istirahat baginya apalagi kesibukannya di Dean Witter tak dibayar selama pelatihan.

Tapi, ia memanfaatkan waktu dengan berusaha sebaik-baiknya dan berhasil lolos menjadi pegawai.

Andaikata Chris pada saat itu tak memanfaatkan peluang, mungkin kisah hidupnya takkan difilmkan.

Usaha Chris untuk mengejar kebahagiaan memang layak diacungi jempol. Keteguhan hidupnya membuat Chris berhasil menjadi sosok inspiratif. Di akhir cerita, setelah perjuangan panjang, ia berhasil mencapai sesuatu yang dideklarasikan Thomas Jefferson saat Amerika Serikat berdiri. Yakni, kebahagiaan.

Di akhir cerita, Chris menjual sahamnya dan mendirikan usaha pialang saham sendiri. Selain itu, sosok berusia 64 tahun ini juga mendirikan penampungan bagi tunawisma.

Itulah karakter dan sikap Chris yang bisa dijadikan contoh bagi kita yang tengah berjuang. Semoga kita sama-sama berhasil seperti Chris Gardner, ya!