Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sisi Positif Pertemanan di Lingkungan Buruk, Jarang Disadari!

ilustrasi pertemanan
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Savannah Dematteo)
Intinya sih...
  • Lingkungan buruk bisa jadi cermin untuk diri sendiri, mengingatkan kita tentang apa yang tidak ingin kita lakukan.
  • Ajang latihan menjaga prinsip, memperkuat karakter dan mental dalam pertemanan.
  • Kesempatan memberi pengaruh positif, melatih empati, ujian kontrol diri, dan membantu memilih inner circle dengan bijak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Orang-orang selalu memperingati kita untuk menjauhi pertemanan di lingkungan yang buruk. Konon, kita bisa terbawa oleh kebiasaan jelek kalau berteman di sana. Tentu saja, tidak ada yang salah dari ungkapan itu. Cara kita berpikir dan bertindak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Walaupun begitu, bukan berarti kita harus menghindari semua pertemanan di lingkungan seperti itu. Justru, ada kalanya kita menemukan sisi positif lingkungan buruk yang jarang orang sadari. Pertemanan seperti ini bisa memperkuat prinsip dan membentuk karakter diri kita. Berikut enam hal yang bisa membuka pandangan baru soal pertemanan di lingkungan buruk.

1. Lingkungan buruk bisa jadi cermin untuk diri sendiri

ilustrasi tersenyum di depan cermin
ilustrasi tersenyum di depan cermin (freepik.com/satura86)

Terkadang, kita baru menyadari dan menghargai sebuah bentuk kebaikan ketika melihat kebalikannya secara nyata. Berada di pertemanan dengan lingkungan yang buruk bisa mengingatkan kita tentang apa yang tidak ingin kita lakukan. Dengan demikian, kita mencoba menegaskan batasan dalam diri sendiri.

Cermin ini penting, karena tanpa perbandingan, kita mungkin akan terlena dalam zona nyaman. Ini adalah bentuk refleksi yang berharga. Oleh karena itu, jangan menganggap semua pengalaman buruk sebagai sesuatu yang sia-sia.

2. Ajang latihan menjaga prinsip

ilustrasi menolak
ilustrasi menolak (pexels.com/Monstera Production)

Tidak mudah menolak ajakan seseorang untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai dan prinsip kita. Dari keadaan tersebut, keberanian kita diuji. Ketika kita mampu menjaga prinsip di tengah godaan itu, karakter kuat dalam diri kita terutama dalam pertemanan bisa terbentuk.

Hal ini bukanlah tentang keras kepala, melainkan konsistensi memegang teguh nilai yang diyakini. Apabila berhasil, mental kita akan lebih kuat dalam menghadapi berbagai kondisi.

3. Kesempatan memberi pengaruh positif, sekecil apa pun

ilustrasi berbuat kebaikan
ilustrasi berbuat kebaikan (pexels.com/RDNE Stock project)

Kebaikan tidak selalu harus besar dan mencolok. Tanpa disadari, orang-orang bisa terinspirasi oleh konsistensi kita dalam melakukan perbuatan baik. Pertemanan di lingkungan buruk bisa menjadi ruang kecil untuk menebar pengaruh positif. Tidak perlu mengubah segalanya sekaligus, cukup dengan menunjukkan contoh-contoh kecil yang berbeda. Lambat laun, sikap itu bisa menular kepada orang-orang di sekitar.

4. Melatih empati dengan melihat sisi orang lain

ilustrasi empati
ilustrasi empati (pexels.com/Anna Shvets)

Di balik perilaku negatif, sering kali tersembunyi perjalanan hidup yang tidak mudah dan cerita yang tidak sederhana. Pertemanan semacam itu mengajarkan kita bahwa setiap orang bertindak berdasarkan alasan yang mungkin tidak kita ketahui.

Dari sana, kita belajar untuk memahami secara perlahan tanpa harus terburu-buru menghakimi. Rasa empati ini mampu memperluas sudut pandang kita terhadap hidup. Pada akhirnya, hal tersebut membuat kita lebih bijak dalam memperlakukan orang lain.

5. Ujian kontrol diri

ilustrasi tersenyum
ilustrasi tersenyum (pexels.com/Sky Miller)

Berada di lingkungan buruk biasanya menguji kekuatan kita dalam menjaga diri. Jika mudah terbawa arus pada perilaku negatif, itu menandakan bahwa karakter dalam diri kita masih rapuh. Sebaliknya, ketika mampu bertahan, hal tersebut menunjukkan bahwa prinsip yang kita yakini sudah cukup kokoh.

Kontrol diri tidak lahir dari teori, melainkan dari pengalaman nyata seperti ini. Pada akhirnya, setiap pertemanan bisa menjadi ruang latihan untuk mengasah keteguhan hati.

6. Membantu kita lebih bijak memilih inner circle

ilustrasi persahabatan
ilustrasi persahabatan (pexels.com/Adrienn)

Tidak ada salahnya berteman dengan siapa saja. Akan tetapi, tidak semua teman bisa masuk ke lingkaran terdekat kita. Dari pengalaman berteman di lingkungan yang buruk, kita belajar mengetahui siapa yang benar-benar memberi dampak positif bagi hidup kita. Intinya bukan menghakimi, melainkan menjaga kualitas energi positif di sekitar. Dengan begitu, karakter yang kuat dalam pertemanan tetap terjaga tanpa harus memutus hubungan.

Lingkungan buruk memang penuh risiko, tapi bukan berarti tidak ada hikmahnya. Justru di sana kita bisa menemukan banyak sisi positif lingkungan buruk yang membentuk kedewasaan diri. Pertemanan seperti ini bisa membuat kita lebih bijak dalam menilai orang lain sekaligus melatih kontrol diri. Hal terpenting adalah kita tetap sadar akan batas dan tidak larut dalam arus yang salah.

Pada akhirnya, pertemanan di lingkungan buruk bukan tentang siapa yang mengubah siapa, tapi bagaimana kita tetap berdiri kokoh dengan karakter kita. Karakter kuat dalam pertemanan adalah benteng yang menjaga kita agar tidak goyah. Jadi, jangan hanya melihat buruknya, tapi juga memaknai pelajaran yang bisa kita ambil dari sana.


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Life

See More

Apa Itu KTP Pink? Pengertian, Fungsi, dan Cara Membuatnya

11 Sep 2025, 09:51 WIBLife