Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips agar Pintar, Asah Ketajaman Pikiran dengan Semangat Belajar

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Edmond Dantès)

Apakah hanya pelajar dan mahasiswa yang perlu pintar? Kepandaian seharusnya gak luntur atau mundur ke belakang hanya karena dirimu tidak lagi berstatus sebagai murid atau mahasiswa. Kepintaran mesti dirawat bahkan terus ditingkatkan supaya kapasitas berpikirmu mencapai maksimalnya.

Menjadi pribadi yang pandai juga akan mendatangkan banyak manfaat. Tidak hanya dalam kehidupanmu, melainkan orang-orang di sekitarmu bahkan dunia. Maka berusaha untuk lebih pandai daripada sebelumnya bukan tindakan yang terlalu ambisius.

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dikaruniai pikiran. Jangan sampai cuma sebagian kecilnya yang digunakan lantaran kepandaian malah dianggap sebagai sesuatu kurang baik. Namun, jangan pula sekadar bersikap sok pintar. Dirimu mesti sungguh-sungguh cerdas dengan mengikuti enam tips di bawah ini.

1. Merasa bodoh dulu

ilustrasi melamun (pexels.com/BOOM 💥)

Kamu gak akan menjadi orang yang pintar apabila rasa bodoh saja tak punya. Bisa menyadari kurangnya pengetahuan diri merupakan hal yang positif. Itu menjadi titik awal untukmu merasa perlu belajar lebih banyak. Seandainya kamu merasa telah pandai, keinginanmu hanyalah sesumbar.

Dirimu berambisi untuk mengajari orang lain tanpa dasar keilmuan yang memadai. Merasa bodohlah guna membuka jalan panjang yang menghubungkanmu dengan ilmu. Terpenting kesadaran mengenai diri yang masih miskin ilmu tidak hanya berhenti sampai di sini.

Kamu kudu menindaklanjutinya dengan bergegas menimba ilmu. Apabila dirimu sebatas merasa bodoh lalu tak melakukan apa-apa, kamu justru menjadi pribadi yang rendah diri.

Akibatnya, kamu menjauh dari segala yang berkaitan dengan pengembangan diri. Ada perasaan tak mungkin mampu mempelajari hal-hal baru atau mendalami ilmu yang sudah pernah dipelajari.

2. Tahu kapan perlu bicara, apa yang akan dibicarakan, dan cara yang tepat

ilustrasi percakapan (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Orang disebut pandai tidak hanya karena kesukaannya dalam belajar. Kamu juga mesti benar-benar memperhatikan perkataanmu. Sebab dalam setiap kata yang terlontar akan mewakili dalamnya ilmu yang dimiliki. Dari ucapanmu saja, orang lain bisa tahu tingkat kepandaianmu.

Apakah kamu sungguh-sungguh berilmu tinggi atau sekadar berusaha terlihat pintar? Latih kepekaanmu mengenai saat yang tepat untukmu angkat bicara. Tak setiap situasi atau fenomena perlu dikomentari. Andai pun kamu ingin berbicara pastikan tahu betul hal-hal penting yang hendak disampaikan.

Jangan biarkan dirimu membicarakan hal-hal yang sebetulnya tidak dipahami dengan baik. Itu hanya akan memperlihatkan kedangkalanmu. Juga perhatikan caramu dalam mengatakan sesuatu.

Kebenaran memang penting. Akan tetapi, cara yang baik dalam menyampaikannya jangan dikesampingkan. Percuma bila isi perkataanmu benar, tetapi cara penyampaiannya buruk. Pesan gagal tersampaikan dan malah memicu kesalahpahaman.

3. Menghormati guru dan kompetitormu

ilustrasi belajar (pexels.com/Mary Ghanati)

Keduanya adalah penyampai ilmu. Kamu bisa belajar banyak sekali hal penting baik dari guru maupun orang yang dianggap sebagai pesaingmu. Guru di sini tidak terbatas pada guru di sekolah dan dosen. Apabila dirimu menemukan sosok-sosok yang berilmu di sekitarmu, mereka juga guru walau tak mengajarimu secara langsung.

Termasuk di dalamnya adalah kawan sepantar yang lebih arif daripada kamu. Di dalam dirinya terdapat ilmu yang mungkin tak dimiliki banyak orang seusia kalian. Demikian pula jangan memandang kompetitor dengan terlalu negatif. Seakan-akan mereka perlu dibenci serta dijauhi.

Bersyukurlah atas keberadaan pesaing. Makin tangguh lawanmu, makin banyak ilmu yang dapat dipelajari darinya. Kompetitor adalah pengajar yang memaksamu untuk berlari mengejarnya. Bersikaplah penuh rasa hormat pada guru dan kompetitor agar ilmumu terus bertambah. Merendahkan mereka malah bikin hidupmu tidak berkembang. 

4. Lebih membuka pikiran

ilustrasi percakapan (pexels.com/George Milton)

Bagaimana cara untuk membuka pikiran? Di antaranya ialah jangan merasa kamu sudah tahu segala hal. Dengarkan orang lain, baca lebih banyak buku dan analisis mendalam, serta perhatikan hal-hal yang terjadi di sekitarmu. Kamu juga boleh punya sejumlah prinsip hidup.

Namun, jangan malah prinsip itu menghalangimu dari bersikap mau memahami serta menghargai hidup orang lain yang berbeda darimu. Hindari berpikir hanya dengan satu kebenaran. Kebenaran bisa memiliki banyak versi sesuai jumlah manusia di dunia ini.

Sama halnya dengan kebaikan. Jangan berpikir hanya kamu yang dapat melakukan kebaikan. Atau, tindakanmu ialah yang terbaik dibandingkan apa yang dilakukan orang-orang.

Meski cara kalian berbeda, berpeganglah pada maksud baik setiap orang. Dengan lebih membuka pikiran, dirimu terhindar dari sikap mudah menghakimi.

5. Selektif dalam pertemanan

ilustrasi tiga orang (pexels.com/olia danilevich)

Bersikap selektif dalam pertemanan tidak bermakna lingkaran pergaulanmu menjadi kecil. Secara umum, kamu dapat berkawan dengan siapa saja. Dirimu bersikap baik pada semua orang selama mereka juga gak jahat padamu. Lingkaran pertemananmu besar.

Akan tetapi, di dalam lingkaran yang besar itu terdapat lingkaran-lingkaran lain yang makin lama makin kecil. Di sinilah sikap selektifmu bekerja. Kamu memilah dan memilih siapa saja orang yang tepat buat menempati setiap lingkaran tersebut. Lingkaran terdekatmu harus berisi orang-orang yang sangat positif dan menularkan semangat belajar.

Orang-orang yang sebaliknya ditempatkan di lingkaran terluar. Tujuannya, agar kamu tak mudah terpengaruh sikap mereka yang tidak memandang penting kepandaian. Dirimu gak memusuhi siapa pun, melainkan menjaga jarak aman dengan teman yang pengaruhnya kurang baik.

6. Terus mencari ilmu meski telah lulus kuliah dan bekerja

ilustrasi membawa buku (pexels.com/BOOM 💥)

Rasa cinta terhadap ilmu baru akan tampak jelas justru setelah dirimu tidak lagi duduk di bangku sekolah atau kuliah. Masihkah kamu memiliki rasa keingintahuan yang tinggi tentang berbagai ilmu? Maukah dirimu mencari waktu buat terus belajar? Atau, lulus kuliah terasa amat melegakan karena kamu menjadi tidak perlu lagi belajar?

Wajib belajar sesungguhnya tidak hanya 9 atau 12 tahun, melainkan seumur hidup. Justru dengan kamu telah bekerja, secara keuangan dirimu lebih mampu buat membeli banyak buku dan mengikuti pelatihan. Jadikan belajar sebagai napasmu. Artinya, tidak belajar sama saja dengan gak hidup.

Selalu sempatkan waktu buat mengembangkan diri. Hindari ribet dengan pertanyaan, belajar terus buat apa? Manfaat dari belajar begitu banyak dan bentuknya tidak terbatas hanya pada uang.

Ilmu yang diperoleh dari proses belajar kalau diterapkan dalam kehidupan menjagamu dari berbagai keburukan. Juga memampukanmu menjadi pribadi yang lebih bermanfaat buat banyak orang.

Jangan mempersempit kepintaran sebatas nilai pelajaran atau mata kuliah. Kepandaian adalah kekuatan pikiran. Maksimalkan anugerah terbesar dalam hidup manusia ini dengan bersungguh-sungguh menimba ilmu. Jangan habiskan masa mudamu dengan keengganan belajar lebih banyak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us