6 Tips agar Tak Menjelek-jelekkan Saudara Sendiri, Lembutkan Hatimu

Saat kamu dan saudara masih anak-anak, pertengkaran yang terjadi biasanya cepat membaik. Kalian bahkan kembali bermain bersama seolah-olah tadi tidak terjadi apa-apa. Ketika kalian beranjak remaja, dirimu serta saudara lebih fokus ke teman-teman.
Kalian menjadi agak jarang berinteraksi dan tidak terjadi gesekan yang serius. Baik kamu maupun dia seperti hidup di dunia masing-masing. Perseteruan yang serius biasanya baru terjadi saat kalian sama-sama sudah dewasa. Watak kalian telah terbentuk dan bila keras bertemu keras maka akan terjadi benturan hebat. Atau, dia bersifat lembut tetapi kamu yang amat keras.
Menjelek-jelekkan saudara sendiri menjadi hal yang terasa lumrah dilakukan apabila kamu merasa tak cocok dengannya. Dirimu memiliki banyak alasan untuk mengatakan hal-hal buruk itu. Menurutmu, dia memang tidak layak mendapatkan pujian sedikit pun. Sikap begini mesti dihentikan daripada hubungan kalian rusak untuk selamanya. Jika enam tips berikut dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, perasaanmu padanya akan membaik.
1. Jangan ada rasa persaingan dengan saudara

Meski kamu suka bersaing, hindari melibatkan saudara. Berkompetisilah di luar rumah dengan banyak lawan. Namun, di rumah kesukaan akan persaingan itu mesti diredam. Dengan begini, interaksimu dengan saudara tetap adem. Bila diam-diam ada perasaan kamu selalu ingin unggul dari saudara, akibatnya dirimu kurang menyukainya.
Keberadaannya di dekatmu sedikit banyak terasa sebagai ancaman. Ini sebabnya kamu ingin terus menjelek-jelekkannya. Sedikit saja kekurangan atau kesalahannya dibesar-besarkan sampai sedemikian rupa. Apalagi ketika ia berhasil mencapai sesuatu yang gak dapat diraih olehmu. Hatimu kian panas.
Misalnya, dia menyelesaikan pendidikan pascasarjana sedangkan kamu cuma lulusan S1. Ketika dia tidak tahu tentang sesuatu dan bertanya padamu, tanggapanmu langsung ketus. Ujarmu, masa lulusan S2 bertanya ke lulusan S1? Apakah ia hanya ingin menguji kepandaianmu bahkan mengejek?
Di depan orang-orang, kamu membodoh-bodohkannya dan mengatakan kepandaiannya tak mencerminkan pendidikannya. Padahal, lulusan apa pun tidak berarti tahu segalanya. Apalagi sesuatu yang ditanyakan gak berkaitan dengan latar belakang studinya. Apa susahnya menjawab saja pertanyaannya kalau kamu tahu jawabannya?
2. Memperbesar kasih sayang dalam diri

Daripada kamu sulit merasa damai dengan terus menjelek-jelekkan saudara sendiri, mending cek ke dalam hati. Jangan-jangan rasa kasih sayang dalam dirimu memang tipis. Tidak hanya pada saudara, melainkan juga pada siapa pun. Maka kamu lebih mudah membenci ketimbang mencintai.
Apakah dirimu ingin selamanya seperti ini? Hidup dengan cinta kasih jauh lebih nyaman daripada sedikit-sedikit membenci. Terlebih pada saudara sendiri yang tentunya akan terus berinteraksi denganmu. Yuk, beri perhatian pada kehidupan batinmu yang gersang.
Latih dirimu agar menjadi pribadi yang penuh kasih sayang. Kalau kamu merupakan pribadi yang penuh cinta, niscaya gak akan tega buat menjelek-jelekkan siapa pun. Apalagi saudara sendiri yang dengannya kamu tumbuh bersama. Bila pun dirimu menceritakan masalah di antara kalian pada orang lain pastikan sesuai realita saja. Tidak usah ditambah-tambahi biar ia terlihat lebih buruk dari aslinya.
3. Serius menghormati dan menyayangi leluhur

Siapa pun saudara yang dijelek-jelekkan olehmu, tentunya kalian memiliki leluhur yang sama. Jika dia kakak atau adik kandung, berarti orangtua kalian sama. Kalau kalian saudara sepupu, kakek dan nenek kalian sama. Sejauh apa pun hubungan persaudaraan kalian, menjelek-jelekkannya sama dengan kamu gak menghormati dan menyayangi leluhur.
Leluhur kalian hanya mengajarkan nilai-nilai yang baik. Mereka ingin seluruh keturunannya hidup dengan berkasih sayang. Kerukunan di antara kalian akan menjaga nama baik keluarga besar. Tapi dengan dirimu menjelek-jelekkan saudara, nama leluhur akan ikut tercoreng.
Bahkan di masyarakat tak jarang ada keyakinan bahwa bila antarsaudara tidak akur, jangan-jangan kalian dibesarkan dengan uang haram. Uang haram yang digunakan untuk membelikan makanan bikin sifat kalian juga negatif. Terlepas dari benar atau tidaknya, nama leluhurmu malah rusak karena ulahmu yang gak bisa menahan perkataan.
4. Pahami bahwa citra dirimu justru hancur bila melakukannya

Tidak hanya nama baik leluhurmu yang rusak, citra dirimu juga hancur dengan kebiasaan menjelek-jelekkan saudara. Jangan berpikir orang-orang mau menelan mentah-mentah semua hal yang kamu katakan tentangnya. Kian panjang ucapanmu yang memburuk-burukkannya, kian mereka punya penilaian yang berbeda.
Mereka akan lebih respek pada saudaramu yang tak pernah ganti menjelek-jelekkanmu. Dengan atau tanpa dia tahu kerap dijelek-jelekkan olehmu, setidaknya ia sendiri tak memiliki kebiasaan buruk yang sama denganmu. Dengan demikian, justru kamu yang akan dicap negatif oleh orang-orang.
Mereka yakin dasar dari perkataan burukmu tentang saudara hanyalah rasa iri yang tak berdasar. Terlebih kalau menurut mereka, saudaramu adalah sosok yang santun. Hasil pengamatan mereka selama berinteraksi dengannya sangat berbeda dari perkataanmu. Tentu mereka lebih memercayai hasil pengamatan sendiri daripada ucapan-ucapanmu.
5. Jika kalian ada masalah, bicarakan baik-baik

Memang di antara saudara terkadang timbul masalah. Namun, sebaiknya kamu jangan memperpanjangnya. Agar rasa bencimu padanya tidak mendarah daging. Segera saja mengajaknya duduk bareng dan membicarakan persoalan itu baik-baik. Agar masalah kalian selesai sampai di situ.
Kalau persoalan didiamkan saja tetapi hatimu gak kunjung bisa netral kembali, pasti akan membuatmu senang menjelek-jelekkannya. Kamu sebetulnya kesal padanya. Kekesalan itu diluapkan dengan memburuk-burukkan saudara. Bahkan hingga ke hal-hal yang tidak berkaitan dengan masalah kalian.
Ini seperti setetes noda di selembar tisu yang dengan cepat menyebar. Masalah di antara kalian merupakan nodanya. Tugasmu adalah menyegerakan pemecahan persoalan tersebut bersamanya biar tak merambat ke mana-mana. Kamu akan terhindar dari kebencian padanya dan hanya fokus ke masalahnya.
6. Lebih banyak mengingat kebaikannya

Kamu sangat mengenal saudaramu. Meski kini kalian sedang berselisih atau ada ketidakcocokan dalam beberapa hal, mustahil jika dalam dirinya tidak ada kebaikan sedikit pun. Bahkan pasti dirimu pernah atau malah berkali-kali menerima bantuannya dengan atau tanpa kamu memintanya terlebih dahulu.
Jangan sampai 1 atau 2 masalah yang terjadi belakangan seolah-olah menghapus seluruh kebaikannya selama ini. Dirimu tidak boleh menutup mata atas sisi baik seseorang sekalipun ia melupakan kebaikanmu. Malah sebisa mungkin ukir kebaikan siapa pun di atas batu dan tuliskan kesalahannya di atas pasir.
Maknanya, kamu harus lebih mudah mengenang kebaikan seseorang sehingga itu abadi. Sebaliknya, kesalahannya sebaiknya segera dimaafkan. Ingat masa-masa kecil dan remaja kalian dulu. Dia mungkin pernah memberimu jajanan, menolongmu saat kamu terjatuh, menjadi teman bercerita serta bercanda yang menyenangkan, dan sebagainya. Ingatan akan kebaikannya bakal melembutkan hatimu ketika ada persoalan di antara kalian.
Semua orang ada sisi plus dan minusnya, tidak terkecuali kamu sendiri dan saudaramu. Akan tetapi, usahakan supaya kekuranganmu bukan senang menjelek-jelekkan saudara. Itu berarti melebih-lebihkan suatu kesalahan atau kekurangannya agar citra dirinya rusak di mata orang lain. Dengan kata lain, sama saja dengan dirimu memfitnahnya.