9 Kisah Nyata Orang Bertahan Hidup di Alam Liar & Mencekam

Sebagaimana dilaporkan dalam The National, pada Januari 2006 Megee mengemudi melewati Wilayah Utara Australia. Diperjalanan, tiga orang pria menipunya dengan memberikan minuman yang dikasih obat tidur. Saat Megee pingsan, mereka merampas semua barang milik Megee dan meninggalkan pria malang itu.

Saat Megee terbangun, dia sudah tidak memiliki apa-apa. Ditambah lagi tidak ada air, tidak ada makanan, dan tidak ada harapan. Setelah dua hari, ia terpaksa meminum air seninya sendiri karena kehausan dan juga tidak makan apa pun sampai hari kelima.

Dia pun mencoba berjalan untuk mencari apapun yang bisa menyelamatkan tubuh ringkihnya, sampai akhirnya ia menemukan sebuah bendungan yang terisi air. Dia tinggal di sana selama hampir dua bulan tanpa menemukan satu orang pun. Akhirnya, setelah 71 hari, Megee diselamatkan oleh petugas stasiun terdekat yang kebetulan sedang melakukan survei di daerah tersebut.

Pada tahun 1985, Joe Simpson dan temannya Simon Yates mendaki puncak Siula Grande di Andes Peru. Mereka berhasil mendaki setinggi 21.000 meter, tetapi ketika turun, mereka dilanda musibah. Badai salju menerpa mereka dan meremukkan kaki Simpson.

Temannya berusaha menyelamatkan Simpson dengan membaringkannya di tandu darurat yang diikat ke tali dan dengan perlahan menurunkannya. Ketika Simpson diwawancarai People, ia mengatakan kalau dirinya secara tidak sengaja justru jatuh ke jurang yang sangat dalam. Temannya pun ikut ketarik hingga akhirnya dia harus memotong tali agar tidak ikut terjatuh ke bawah. Namun sayangnya dia harus mengorbankan Simpson yang justru meluncur kencang ke bawah jurang, dan Yates pun akhirnya kembali ke perkemahan dengan perasaan sedih dan bersalah.

Namun Simpson ternyata masih hidup dan sadar, meskipun hal ini tidak diketahui Yates. Dia kemudian merangkak sejauh 6 mil untuk kembali ke kemah (butuh sekitar 60 jam untuk melakukannya). Bukan saja patah kaki, Simpson juga kehilangan bobot tubuhnya sekitar 42 pon. Tapi dia bisa bertahan hidup-hidup dan berhasil menulis buku serta membuat film tentang kisahnya tersebut.

Jan Baalsrud adalah pria Norwegia yang pernah menentang Nazi, karena niatannya ingin membunuh Nazi, ia akhirnya memiliki masalah dengan sikapnya tersebut. Seperti yang dilansir dari The Scotsman, setelah membunuh beberapa orang Jerman dalam baku tembak, Baalsrud segera pergi ke arah Swedia, sebuah negara yang netral di mana Nazi tidak bisa menemukannya.

Dia berjalan selama hampir satu minggu tanpa berhenti. Tapi di tengah perjalanan, ada longsoran yang menerpa dan menjatuhkan dirinya sejauh 300 meter. Dia tersadar namun harus mengalami gegar otak. Karena dia memiliki tujuan untuk pergi ke Swedia, dia akhirnya memaksakan diri berjalan di salju yang lebat selama dua bulan. Perjuangannya itu tak sia-sia, ia pun menemukan desa Furuflaten, dan bertemu dengan kelompok perlawanan Nazi yang membantu merawat dirinya. Mereka kemudian membawanya ke beberapa anggota suku Lapp di gunung Revdal, mengirimnya dengan menggunakan kereta luncur untuk membawanya ke Swedia.

Meskipun Baalsrud selamat, ia harus kehilangan berat badannya, dan karena cuaca yang sangat dingin, dia juga harus kehilangan sembilan jari kakinya karena diamputasi. Ia kemudian menjadi bangsawan oleh Ratu Inggris. Dan meninggal pada tahun 1988 di usia 70 tahun.

Dua orang remaja, Tommy Hendricks dan Matthew Smith pergi hiking pada November 2016, namun berakhir malapetaka. Dilansir dari Backpacker, saat badai salju melanda sehari lebih awal dari perkiraan, mereka berada di tengah Cross Couloir setinggi 1.200 meter. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk turun, tetapi salju yang turun begitu banyak, badai yang menyilaukan pengelihatan, dan hari yang sudah gelap membuat rencana mereka untuk turun terasa tidak mungkin. Dengan angin berkecepatan 50 mph dan suhu -20 derajat Fahrenheit, mengharuskan mereka bertahan.

Setelah selamat dari malam yang mencekam, mereka memutuskan untuk turun pagi harinya. Namun karena kondisi tubuh yang kurang fit, mereka justru tersesat dan salah jalan. Ditambah lagi makanan mereka sudah habis, kompas tidak berfungsi, pemantik api tidak menyala, dan baju mereka basah kuyup. Smith berkata, "Tommy, kita bisa mati di sini."

Ketika mereka berdua hampir menyerah karena terserang hipotermia, tak sengaja sebuah helikopter datang karena abis mengisi bahan bakar. Mereka berdua pun segera diselamatkan.

Pada Mei 2017, Marcus Mazzaferri mengarungi sungai deras di Taman Nasional Yosemite, namun ia tergelincir karena menabrak batu. Dia sempat tenggelam dan kehilangan perlengkapan beserta kacamatanya, kabar baiknya dia berhasil mendarat dengan selamat.

Mazzaferri berusaha mengikuti jejak kakinya tanpa kacamata, karena hanya itu yang bisa dia lakukan, namun karena hari sudah gelap dan hawa dingin menyerangnya, ia terpaksa berhenti sebab ia tahu kalau hipotermia bisa saja membunuhnya jika dia tidur, dia pun hanya beristirahat selama 20 menit, melanjutkan perjalanan, lalu istirahat lagi 20 menit.

Mazzaferri hanya bisa mengikuti suara sekitar yang ia dengar, sampai ketika dia mendengar sekelompok orang yang melintasi sungai. Mazzaferri pun mengikuti suara itu untuk meminta pertolongan.

Pada 1981, Yossi Ghinsberg bepergian dengan tiga orang temennya melintasi Amazon Bolivia. Setelah beberapa minggu dihadapkan dengan kondisi dan masalah yang sulit, akhirnya kelompok itu terbagi menjadi dua. Tragisnya, setengahnya dari kelompok itu tidak pernah terdengar lagi kabarnya. Sementara itu, Ghinsberg dan temannya Kevin pergi menggunakan rakit. Namun mereka kehilangan kendali karena dihadapkan dengan air terjun, yang akhirnya memisahkan mereka berdua.

Ghinsberg menceritakannya kepada The Jewish Chronicle bahwa selama tiga minggu, dia hanya melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk bertahan hidup. Dia memanfaatkan semprotan serangga sebagai penyembur api untuk mengusir binatang buas seperti jaguar. Untuk bertahan hidup, dia memakan telur mentah. Dia juga dihadapkan oleh kondisi-kondisi buruk seperti disengat kerumunan semut api, dan diganggu oleh sekawanan rayap.

Tapi, penyelamatannya terjadi karena ketidaksengajaan. Kevin, teman arung jeramnya, selamat dan mencarinya namun sempat mengira kalau dia sudah meninggal, tapi batinnya mengatakan hal sebaliknya. Jadi dia memutarbalikan kapalnya dan secara kebetulan melihat Ghinsberg yang sudah tak berdaya. Mungkin itu ya yang disebut dengan keberuntungan. Ketabahan dan ketangguhannya selama bertahan di hutan belantara, akhirnya dituangkan ke dalam film Hollywood, yang diperankan Daniel Radcliffe.

Dikutip dari Reader's Digest, pada 13 Agustus 2011, Evans dan keluarganya naik pesawat Cessna untuk pergi ke rumah baru mereka di Anvik, Alaska. Namun, langit berubah menjadi mendung dan mengaburkan pandangan pilot. Pesawat yang mereka tumpangi akhirnya menabrak gunung, menewaskan pilot dan penumpang yang lain.

Evans berhasil selamat dalam kecelakaan itu, namun dengan punggung, rahang dan kakinya yang patah, serta giginya yang tanggal. Evans sempat menganggap kalau keluarganya tewas, tapi ternyata tidak, mereka ditemukan terluka parah. Istrinya yang sedang hamil mengalami patah tulang, dan batuk darah, tengkorak putranya remuk tertimpa papan lantai pesawat, dan usus putrinya terputus. Namun Evans memaksakan tubuh ringkihnya untuk menghampiri dan membantu keluarganya itu dengan merangkak.

Ketika malam tiba, suhunya berubah menjadi sangat dingin, tapi belum juga ada penyelamat yang datang. 15 jam berjuang, Evans merasa tidak sanggup lagi dan akhirnya memberikan beberapa jeruk sebagai makanan terakhir kepada keluarganya, dan membiarkan mereka tidur.

The National Guard segara mengirimkan bantuan, helikopter datang hanya beberapa menit saat Evans dan keluarganya sudah tak memiliki harapan. Namun berita baiknya, mereka semua selamat, termasuk janin yang dikandung istrinya.

Pada 6 Agustus 2014, Mike Vilhauer memancing di California. Saat tiba di tempat pemancingan, dia mencari belalang dulu sebagai umpan ikan. Tapi dia lupa waktu dan berkeliaran cukup jauh sampai akhirnya dia tersesat.

Dialnsir dari ABC News, Mike mengalami dehidrasi dan tidak memiliki apapun untuk diminum ataupun dimakan. Sangking hausnya, ia terpaksa minum genangan air, bahkan dia pun sudah tak peduli seberapa kotor dan terkontaminasinya genangan air itu.

Di hari keempat, ia berada di titik terendah. Mike kedinginan, lemah, lelah, kelaparan, dan kehabisan ide. Dia pun meninggalkan jejak dengan mengukir ucapan selamat tinggal kepada istrinya di atas sepotong kayu, jaga-jaga kalau dia tidak selamat. Dia juga menuliskan "help" di pohon.

Keesokan paginya, dihari kelima, dia makan dandelion sebagai makanan pertamanya sejak pertama kali tersesat, dan tak lama setelah itu tim pencari menemukannya. Mereka sebenarnya sudah mencarinya sepanjang akhir pekan.

Field and Stream menceritakan kisah Brent Prokulevich, saat itu ia sedang berburu rusa di Ontario Barat menggunakan panah. Pada pagi hari tanggal 26 September 2011, ia menyiapkan busurnya dan mulai memburu rusa. Sayangnya dia tidak melihat seekor rusa pun di hutan. Dia justru dipertemukan dengan beruang, Prokulevich berusaha untuk mengusirnya namun Beruang itu tidak peduli dan malah mengejarnya.

Prokulevich berusaha menembakkan panah ke beruang itu, tapi tidak berhasil. Beruang itu berhasil menggigit lengan dan lehernya. Teringat dengan putranya, Prokulevich berusaha untuk tidak menyerah. Dia menikam kepala beruang itu dengan panah sampai tak berdaya, dan kemudian ia kembali ke perkemahan, di mana dia dibawa ke ruang gawat darurat.

Rupanya, Prokulevich sangat beruntung karena gigitan beruang itu hanya beberapa inci hampir mengenai paru-parunya dan merusak sumsum tulang belakangnya.

Dari sembilan orang diatas kita bisa mengambil pelajaran kalau ketidakberuntungan bisa terjadi kapan dan di mana saja, serta kepada siapa saja. Namun hanya orang-orang tangguh dan memiliki harapan besar saja lah yang dapat bertahan.